46 | Alone

16.9K 2K 419
                                    

"ikut gue yuk, gue mau bikin surprise buat Yura" Jeno tersenyum sambil menatap foto Yura di handphonenya.

Jaemin, Haechan, dan Renjun cuma bisa diam dan ngikutin kemauan Jeno, udah tiga bulan lamanya semenjak Yura dibawa ke Ausie untuk perawatan, semenjak itu juga Jeno berubah.

Jeno lebih sering melamun, ngomong sendiri seakan-akan yang diajak omong itu Yura.

Badannya juga tambah kurus, Jeno jarang makan akhir-akhir ini.

"lo semua gak mau nemenin gue? yaudah gue sendiri aja" Jeno langsung beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan teman-temannya.

Jaemin menggelengkan kepalanya, "lo gak ada kabar dari bang Yuta tentang keadaan Yura?" tanya Jaemin

Haechan menggidikkan bahunya, "udah gue chat, tapi cuma diread"

"gue juga bilang keadaan Jeno disini" lanjutnya.

Renjun cuma diem, mandangin punggung Jeno yang mulai menjauh dari markas mereka.

"gue gak suka Jeno kayak gini" sahut Renjun

Jaemin mendengus sebal, "siapa juga yang mau Jeno kayak gini, gue juga gak suka"

Haechan menepuk bahu kedua sahabatnya itu, "turutin aja mau Jeno selagi kita bisa"

Jaemin dan Renjun mengangguk pelan, "semoga aja ini bisa ngebantu Jeno biar kayak dulu lagi" ujar Jaemin.

"tanpa Yura kita gak bisa ngembaliin Jeno kayak dulu"

















Jeno menghias kamar Yura, kenapa bisa masuk karena Yuta ngasih kunci cadangan rumahnya ke Jeno, kata Yuta kalo misalnya kangen Yura ke rumah aja.

Jeno memasang balon-balon diatap kamar Yura, Jeno juga menghias kamar Yura dengan lampu tumblr.

Gak lupa Jeno juga nempel foto mereka berdua didinding kamar Yura. Jeno juga bawa lcd dan layar besar yang pasti isinya itu moment mereka berdua.

Jeno menghias kamar Yura dengan sedemikian rupa, gak lupa Jeno juga nabur bunga mawar dilantai kamar Yura.

"udah selesai, gue mandi dulu ah biar seger" ujar Jneo dengan senyum lebarnya.

Selesai Jeno mandi, dia langsung bergegas ngambil kue tart yang dia pesen tadi. Dia tarus dimeja kecil yang biasanya buat mereka makan sama kado-kado yang Yura mau.

"tinggal lima menit lagi, apa lagi ya yang kurang" Jeno natap sekeliling, meneliti apa ada yang kurang.

Jeno menggeleng, "udah semua oke sip"

Jeno menyiapkan layar besar didepannya dan lcd.

"tiga, dua, satu"

Jeno menghidupkan lcd yang ia bawa dan langsung menampilkan moment dimana mereka lagi bercanda ria.

"happy birthday sayang" lirih Jeno.

"aku rindu kamu, cepet balik ya sayang"

"aku bahagia, aku juga sedih. bahagianya aku bisa merayakan ulang tahunmu seperti kamu merayakan ulang tahun ku waktu itu dan sedihnyaㅡdisini gak ada kamu" suara Jeno mulai serak.

"aaa sebelum aku curhat, yuk tiup lilin, satu, dua, tigaㅡfyuhhh"

"happy birthday sayang"

Jeno mengambil pisau untuk memotong kuenya, "aku potongin ya sayang"

"sini makan kuenya"

Tiba-tiba Jeno diam, dia ngeletakin piring kue ke meja terus nunduk.

"kamu jahat, kenapa gak ada kabar sih"

"maaf"

"..."

"kamu dimana?sayang!!! kamu disinikan? ta-tapi kenapa kamu bisa disini? jangan bilang kamuㅡenggak kan, gak mungkin kan?"

"maaf"

"YURAAA, KAMU DIMANA"

"aku tau kamu disini iya kan? kalau gitu dengerin aku curhat ya"

"aku rindu kamu, apa kamu gak rindu aku? kamu jahat, kamu ninggalin aku disini sendiri, aku akhir-akhir ini juga jarang makan dan aku juga nyebat"

"maafin aku, kamu balik ya"

"janji kamu harus balik sama aku, kalau kamu pergi aku juga ikut pergi"

"jangan"

"apa kamu udah pergi? kalau gitu tunggu aku"

Jeno beranjak dari duduknya dan langsung kebalkon kamar Yura, Jeno natap kebawah sebentar terus natap langit yang penuh bintang.

"aku nyusul kamu"

"tunggu aku"



"JENOO!!! LO JANGAN GILA"

Jeno membuka matanya, "bang Yuta, Yura gimana bang? dimana Yura? didalem ya bang? "

Jaemin yang nahan tangan Jeno langsung nunduk sama juga kayak Haechan dan Renjun.

Mata Yuta mulai berkaca-kaca, dia menggeleng pelan terus nunduk.

"bang, Yura gimana"

"kenapa gak jawab bang"

"Yura didalem kan?"

Isakan keluar dari mulut Yuta, Jaemin, Haecan, dan Renjun.

"kenapa kalian nangis sih"

Jaemin menepuk pundak Jeno, "lo yang kuat"

Jeno yang paham langsung ikut menundukan kepalanya, "jadiㅡYura beneran pergi? " lirih Jeno

"JAWAB BANG!!! YURA MANA"

Badan Yuta langsung merosot kebawah, ia menutup wajah sedihnya dengan kedua tangannya.

"Yuraㅡudah tenang" lirih Yuta.

Pandangan Jeno langsung kosong, bahkan ia gak mampu nahan beban tubuhnya.

"gue juga harus ikut berarti, Yura pergi gue juga"

"jangan gila, Yura gak bakal tenang kalo lo gini, Jen"

Jeno terdiam.

"gue sayang Yura"

"gue cinta Yura"

"tapi kenapa dia pergi, dihari bahagianya?"










































































Sad or happy?

Udah lama ga up, mian

Bastard | Jeno ✔Where stories live. Discover now