"Kan gua Dirga," sambungnya lagi.

DEG !! Perasaan gua ga enak nih, batin Andis.

"Lu pikir siapa? Tirta?" ucap Dirga.

"Wah nge-prank lu,Ini yang tiduran di kasur siapa?" tanya Andis lagi.

"Nah itu dia, kayaknya gua juga dah," ucap Dirga.

Andis dengan cepat menerjang tubuh Dirga yang tertidur di kasur, ia menyentuh dada kiri Dirga untuk merasakan detak jantungnya sambil tangannya merasakan denyut nadi Dirga.

Masih idup, ucap Andis yang merasakan detak jantung dan denyut nadi Dirga.

Ia menoleh ke Dirga yang sedang duduk, Dirga menatapnya, "Gimana masih idup ga gua?" tanya nya.

Andis hanya mengangguk. Mereka berdua menghela nafas lega.

"Tapi tunggu deh, kalo Dirga masih idup, kok arwahnya ada di luar?" tanya Andis heran.

"Cara masuknya lagi gimana si? gua udah rebahan ngikutin pola tubuh gua tapi kok ga bisa-bisa dah," jawab Dirga.

"Ayo kita tanya Yama," ucap Andis lagi.

"Jangan!" ucap Dirga yang kelihatan panik.

"Kalo ga gitu gimana caranya? gua juga ga tau harus gimana, baru kali ini nih kasus begini."

"Mati suri?" tanya Andis lagi.

"Di bilang mati suri, tadi lu bilang gua masih idup," jawab Dirga.

Koma? Dirga koma? batin Andis.

Andis tiba-tiba menghubungi Ajay dan menyuruhnya untuk datang ke rumah sakit, ia menjelaskan kondisi Dirga.

Tak butuh waktu lama, Ajay segera datang bersama dengan Karmila.

"Kok Mila ikut?" tanya Andis.

"Khawatir katanya," sambung Ajay.

"Ih apaan si, orang ga sengaja ikut," ucap Mila.

"Gimana caranya ga sengaja?" tanya Andis.

"Adalah pokoknya ih, jangan ditanya. Sekarang Dirga gimana keadaannya?"

"Kayaknya Dirga terjebak di dalam mode astral projection Jay," ucap Andis menarik kesimpulan.

"Coba lu bimbing dia balik?" timpal Andis lagi.

"Dirga astral projection?" Ajay tak percaya.

"Ada tali yang menghubungkan arwah Dirga sama tubuhnya ga?" tanya Ajay.

Andis memperhatikan Dirga dan tak ada sedikit pun tali atau pun penghubung yang menghubungkan arwahnya dan tubuhnya.

"Dis," panggil Dirga.

Andis menoleh ke arah DIrga.

"Feeling gua ga enak," ucap Dirga.

Tiba-tiba waktu seakan melambat, Dirga dan Andis paham betul pola ini, "Ngumpet Dir!" ucap Andis.

Dirga segera pura-pura masuk ke dalam tubuhnya, padahal ia masih berada di luar jasadnya. Yama datang bersama dengan Kiddie.

"Yo bocah," ucap Yama.

"Kata Kiddie tadi nanya soal arwah yang dibunuh ya?"

"E...emang ya? enggak tuh," jawab Andis berbohong.

Yama melepas topi hitamnya lalu memperhatikan Kiddie, "Serius tadi dia nanya," ucap Kiddie.

Kiddie memperhatikan tubuh Dirga, nampak ada sesuatu yang aneh dengan tubuh itu.

"Bos--" belum sempat Kiddie menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba Andis merangkul mereka dan berjalan menuju luar kamar.

"Dirga nya lagi sakit, ja...jangan berisik ya, Dirganya mau bobok"

"Hmmm...oke," ucap Yama.

Sebelum pergi, Yama menjentikkan jarinya, "Tik!"

"Dirgaaaa," ucap Mila.

Andis menoleh ke arah belakang, ia melihat Karmila yang sedang tersenyum sambil sedikit mengeluarkan air mata.

"Aw sakit," Dirga merasakan sakit pada bahu kirinya yang kemarin sempat tertusuk Bapang.

"Heeee! kok bisa?" tanya Andis pada Yama yang melihat Dirga tiba-tiba sadar.

"Tadi arwahnya keluar, jadi ya harus dimasukin lagi" ucap Yama enteng.

"Orang itu harusnya sudah mati," lanjut Yama lagi.

Yama membalikkan kembali tubuhnya dan kembali berjalan sambil memakai topi hitamnya lagi.

"Tapi takdir berkata lain, takdir benar-benar berubah."

"Keluarga Martawangsa memang selalu menarik ...." gumam Yama yang perlahan menjauh.

Tiba-tiba kabut tebal menutupi pandangan semua yang berada di kamar itu, Yama menghilang di tengah kepulan kabut suratma.

Dirga sangat berterimakasih pada Yama yang sudah membantunya kembali pada jasadnya.

"Lah kok nangis?" ucap Dirga yang melihat Karmila tak kuasa membendung air matanya.

Andis menarik Ajay keluar ruangan, "Ke kantin skuy," ia tak mau mengganggu momen yang full emotional itu.

"Seandainya yang ada di posisi lu waktu itu, gua," Andis menghentikan kalimatnya, "Pasti---"

"Semua udah ada yang atur Dis," timpal Ajay.

"Entah yang ada di sana itu elu atau Tama, tuhan punya jalan lain buat nyelamatin Dirga," lanjutnya lagi.

"Gua balik ke ruangan Dirga dulu," ucap Ajay.

Andis menarik baju Ajay, "Biarin mereka berdua."

"Dis, ini rumah sakit, lu mau mereka kepergok mesum?"

"Yeee pe'a," ucap Andis menjitak kepala Ajay.

"Biar gimana pun Dirga, dia itu orang yang paling menjunjung tinggi harga diri seorang wanita,"

"Sesekali gapapa, biar dia ga melulu mikirin tentang dendam atau masalah keluarganya," ucap Andis lagi sambil tersenyum.

"Ya, gua pikir lu ada benernya juga--" Ajay menghentikan omongannya.

"Kadang-kadang." sambil melirik Andis dengan tatapan merendahkan.

"Kampret lu si Anjay," memukul pelan lengan Ajay.

"Bahahahaha," mereka tertawa bersama sambil membeli minuman di kantin rumah sakit.

.

.

.

Mantra Coffee ClassicTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon