Dari samping, ia bisa melihat dengan jelas wajah pelaku pembunuhan orangtuanya itu. Mempelajari sudut demi sudut, siapa tahu suatu saat mereka akan bertemu lagi. Entah untuk apa, yang jelas Ezra ingin sekali mempraktekkan apa yang sudah ia saksikan siang itu, kepada lelaki yang sudah mengambil nyawa kedua orangtuanya.
*******
Tiga jam sudah Yuno menunggui Lenna yang masih terbaring di ranjang UGD rumah sakit. Badan gadis itu mendadak panas, dengan wajah pucat dan napas yang lemah. Dokter berkata, ini adalah efek dari trauma yang masih membekas di otak, menyebabkan sistem saraf juga ketahanan tubuhnya mendadak drop akibat memori buruk yang kembali memenuhi ruang pikirannya.
Tangan Lenna masih digenggam erat oleh Yuno, berharap gadis itu cepat sadar dari tidurnya. Dipandanginya wajah Lenna dengan tatapan sendu, mengasihani gadis muda itu, harus bertarung dengan segala kesusahan di usianya yang masih terbilang kecil. Ditinggal mamanya, kemudian papanya, yang keduanya dibunuh secara tragis. Tidak mungkin gadis itu tidak trauma. Pasti ketakutan itu ada, membekas abadi di dalam jiwanya. Namun Lenna berusaha untuk terus menyembunyikannya, demi menangkap pelaku yang dengan tega merenggut nyawa kedua orang terkasihnya itu.
Satu kecupan lembut mendarat di dahi Lenna yang masih hangat. Lama, bibir Yuno menempel di sana. Sambil merapalkan do'a yang hanya Yuno sendiri yang tahu apa isi pengharapan dalam do'anya itu. Yang pasti salah satunya, agar wanita itu bisa bahagia sampai akhir hayatnya. Berharap bahwa Yuno yang menjadi salah satu bagian dari kebahagiaan di hidup Lenna.
"Cepat bangun, Lenna. Baru tiga jam kamu tak sadarkan diri, tapi aku sudah sebegini rindunya." Bisik lelaki itu dengan suara yang sangat pelan. Dielusnya lagi dahi itu, menyampirkan helaian rambut halus yang menutupi permukaan wajahnya. Ada baiknya juga Lenna pingsan. Gadis itu butuh istirahat. Raga dan pikieannya sudah terlalu lelah dipakai bekerja belakangan ini. Dan juga, Yuno jadi bisa menatapnya dengan lekat tanpa harus mencuri pandang dengan malu.
Dering ponsel milik Yuno terdengar menggema, membuyarkan lelaki itu dari kesibukannya menatap gadis yang masih terbaring di hadapannya itu. Dari Riza.
"Ada apa, Riza? Kamu sudah dapat apa yang saya perintahkan?"
"Sudah, Pak. CCTV di gerbang sekolah memang tidak menangkap pergerakan dari pelaku, sepertinya pelaku memang mengenal baik tempat ini, sehingga ia bisa menghindar dari rekaman CCTV. Tapi, saya nendapatkan rekaman dari lokasi lain, yang berjarak agak jauh dari sekolah, namun merekam sesuatu yang terjadi di gedung belakang sekolah yang mungkin bisa jadi petunjuk untuk kita." Jelas Riza panjang lebar.
"Apa itu?"
"Sebuah rekaman dari dash cam mobil yang sudah terparkir selama dua hari di sana. Terletak di pertigaan sebelum jalan belakang sekolah. Ketika saya mengecek video di dash cam itu, saya mendapatkan sesuatu. Sebuah mobil dengan plat yang ditutup dengan lakban, melewati mobil tersebut pukul delapan malam. Dan mobil itu kembali lagi lewat di jalan itu pukul setengah empat pagi. Menurut anda, apa yang dilakukan pemilik mobil tersebut sehingga harus berhenti di jalan belakang sekolah yang buntu itu?"
Pikiran Yuno menerawang. "Menunggu hingga dini hari, untuk membunuh Riska. Riza, cari siapa pemilik mobil itu! Mungkin sebelum Lenna terbangun, kita sudah menangkap pelaku pembunuhan itu."
********
Ezra sudah anteng duduk di ruang rahasianya, sambil memangku sepasang tangan Riska yang masih terlihat segar, walau sudah dua hari berada di tasnya. Diambilnya jarum jahit khusus serta benangnya. Tak lupa manekin kesayangannya yang masih terpajang di sudut ruangan itu.
YOU ARE READING
• AMYGDALA ERRORED •
Mystery / ThrillerHealing for him is killing. Take any soul from their body, smile happily when they ask to not kill them in despression voice, is really the best healing for him. His Amygdala was errored, and there's no way to fix it. Amygdala: • noun [ C ] • ANATOM...
• ALMOST COMPLETE •
Start from the beginning
