04; Taehyung is The Key

141 36 6
                                    

Waktu menunjukkan pukul 01.00KST dan mobil Seokjin masih membelah jalanan Seoul yang sudah terbilang sepi. Pria itu sibuk berusaha mencari alamat kediaman Kim Taehyung—pria yang ia duga spesial, seperti dirinya.

"Tuan Min, saya ada keperluan dengan Kim Taehyung. Bisakah anda mempercepat semua ini? Berikan saja alamatnya!" Seokjin bersikeras. Seokjin merasa tertekan karena seolah dipermainkan oleh—delusi, takdir, atau ntah apa yang menghantui pikirannya.

Belum lagi, Tuan Min memperkeruh segalanya. Pria tua itu bagian dari Tata Usaha di kampus. Pria itu memegang data pribadi milik mahasiswa. Namun, dengan embel-embel privasi, pria mengesalkan itu membuat kepala Seokjin semakin memanas. Emosinya tersulut.

Seokjin mencampakkan ponselnya. Kepalanya pusing. Berusaha menyusun teka-teki yang masih terlalu abu-abu. Membuatnya frustasi hingga merasa gila.

Seokjin berkemudi tanpa arah. Terhitung sudah hampir pukul 05.00KST Seokjin berkeliling Seoul tanpa tujuan yang jelas. Isi otaknya hanya dipenuhi oleh; dimanapun Taehyung berada, Seokjin harus menemukannya. Seokjin yakin, pria itu mengetahui sesuatu. Ia yakin, Taehyung adalah kuncinya.

Subuh ini, suasana sekitar Seoul ikut mendung. Pun sesekali gemuruh petir terdengar. Tapi, Seokjin mengabaikan semua itu. Ia bahkan tak sadar, alam seolah memanggilnya. Ia masih berfokus pada Taehyung Kim. Tanpa disadari, tato berlambang petir di tangannya bertambah. Kali ini, tato itu bersinar.

Sama bersinarnya seperti cahaya lampu truk yang berada tepat di hadapan Seokjin. Detik itu—mobil Seokjin hilang kendali. Menabrak pembatas jalan dan berguling bebas hingga dasar jurang.

Semua terjadi begitu cepat. Sedetik lalu ia memikirkan Taehyung lalu sedetik kemudian ia berakhir di dasar jurang. Kesadarannya terenggut perlahan.

Perlahan, memori hidupnya terputar di hadapan matanya. Apakah ini akhirnya? Orang bilang, jika seseorang akan meninggal, maka seluruh memori hidupnya akan terputar perlahan tepat di hadapan matanya. Di ambang kesadarannya, ia tersenyum lemah.

Disana, ia melihat dirinya dan Jeon Yoora—kekasihnya, bermain di taman sembari piknik. Tertawa bebas dan bermanja-manja.

Lalu ia juga melihat Jimin dan dirinya berada di suatu taman dan berlatih panah. Tapi yang aneh—ada Taehyung di sana. Bermain sembari menyeringai dan berkata-kata dengan bahasa yang Seokjin tidak mengerti.

Sebentar. Seokjin—tidak pernah memanah. Apalagi bersama Jimin. Ia juga tidak pernah bertemu dengan Taehyung kecuali sejak hari pertama ia kembali mengajar setelah mengambil cuti sekian lama.

Lalu, memori macam apa ini?

Seokjin masih berusaha menyusun kepingan teka-teki di ambang kesadarannya. Hingga akhirnya ia menyerah, memasrahkan semuanya pada takdir.

"Seokjin! Bangun! Ayo kembali! Kau harus pulang!" Sayup-sayup suara itu terdengar. Suara halus yang menjadi favorit Seokjin. Suara Jeon Yoora—kekasihnya yang dikabarkan meninggal, tetapi masih dapat ia lihat. Sebelum akhirnya kembali hilang tanpa jejak.

"Kembali Seokjin! Kembali ke tempat seharusnya kau berada!"

Seokjin melihat wajah Yoora. Napasnya terputus-putus. Ia tersenyum kecil. Bahkan sebelum aku mati, aku masih mencintaimu. Batinnya sebelum semuanya kembali menjadi gelap.

"Seokjin! Bangun!" Seorang pria berambut blonde dan berjubah hitam mengguncang bahu pria yang sedang tergeletak lemas di hadapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Seokjin! Bangun!" Seorang pria berambut blonde dan berjubah hitam mengguncang bahu pria yang sedang tergeletak lemas di hadapannya.

"Querra, ambilkan ramuan regenerasi. Suntikkan kepadanya." Pria itu memerintah Querra, wanita dengan rambut putih dengan sayap kecil abu-abu menempel di punggungnya.

Wanita berambut abu-abu itu dengan telaten menyuntikkan beberapa ramuan regenerasi ke badan Seokjin Kim—sesuai arahan.

Seokjin berangsur-angsur membaik. Wajah pucatnya berangsur-angsur normal. Beberapa detik kemudian, Seokjin meraup rakus udara di sekitarnya. Matanya terbuka. Silaunya sinar menusuk netranya. Ia berkali-kali mengerjapkan matanya.

"Akhirnya! Seokjin! Kau sadar!" Pria di hadapannya memeluk Seokjin untuk beberapa saat. Kemudian ia kembali menatap wajah Seokjin, memastikan apakah ada gejala penolakan ramuan yang sudah diberikan ke dalam tubuh Seokjin.

"Querra, tolong ambilkan beberapa nektar dalam bentuk pil. Larutkan bersama air kehidupan." Ujar pria itu yang langsung diangguki oleh Querra.

Seokjin merasa asing. Kepalanya pusing bukan main. Dimana lagi ini?! Belahan dunia apa ini?! Seokjin mengacak rambutnya. Pria di hadapannya ini terasa familiar di matanya.

"ZEUS SEOKJIN!" Seorang wanita dengan mahkota di kepalanya berlari ke hadapan Seokjin. Dibawanya Seokjin ke dalam pelukannya. Seokjin membelalak. Semua masih terasa asing di kepalanya. Ia syok.

"Hei, kenapa Seokjin tidak berbicara?! Apa yang kau lakukan pada Keturunan Zeus?!" Wanita itu marah. Menatap sengit pada pria berambut blonde yang merotasikan bola mata.

"Jangan berlebihan. Dia masih syok. Querra masih meracik pil untuknya."

Wanita itu bedecak malas. Ia kembali menatap Seokjin. Tangannya membelai tulang pipi Seokjin lembut yang dipenuhi luka gores. "Hey, kau tak apa? Apa ada yang sakit?"







"Yoora?—Jimin?"






"Iya! Aku Yoora, keturunan Aphrodite. Dan ini kakakku, Jimin. Keturunan Apollo. Kau mengingat kami, Seokjin, Keturunan Yang Mulia Zeus?"

Jenis takdir apa yang membelitku?! Batin Seokjin nelangsa.

TBC

Maaf banget aku telat update terusterus:'
Schedule aku gila banget masaa:( Tugas numpuk terus meeting muluu:( Mana mau masuk minggu penilaian lagii:(

Jadii—masih ada gak yang nungguin work ini?:(

Ah iya, aku belum bisa on WP:( Mungkin aku on akhir Oktober kalo sempat T^T Maaf yaa:(💜

NeverlianWhere stories live. Discover now