28. Flashback - A Meeting That Changes Everything (Part 2)

1.9K 256 50
                                    

Note: Chapter ini lanjutan dari chapter 16. Bagi yang sudah lupa, mungkin bisa baca ulang dulu biar nggak bingung baca bagian ini.

#-#-#

Seungcheol dan Taehyung duduk di bangku taman rumah sakit. Seungcheol bercerita panjang sedangkan Taehyung menjadi pendengar. Ke dua bocah yang belum genap berusia sepuluh tahun itu tidak terganggu dengan pasien lain yang meramaikan taman.

"Jadi setelah kejadian itu, Won-ie harus menjalani perawatan untuk menyembuhkan traumanya. Won-ie baru bisa mengenaliku setelah dua minggu di rumah sakit." Seungcheol mengakhiri ceritanya dengan helaan nafas panjang. Berdecak sebal karena sedari tadi Taehyung terus terisak.

"Mau sampai kapan kau menangis?" tanyanya malas. Sejak ia menceritakan kehidupan masa lalunya dan adiknya, Taehyung terus saja menangis.

"Aku tidak bisa hiks ... membayangkan hiks ... bagaimana perasaanmu saat itu. Kalau saat itu aku ada di posisimu, aku hiks ... aku pasti hiks ... sangat terluka melihat keadaan Won-ie."

Dalam diam, Seungcheol tersenyum tipis. Tangisan Taehyung seolah membuktikan kepedulian anak laki-laki itu dengan adiknya. Hatinya menghangat mengetahui Taehyung menyayangi adiknya.

"Kalau aku sudah besar nanti, aku yang akan mematahkan lengan orang itu." Tiba-tiba Taehyung menghentikan tangisnya. Ekspresinya berubah dingin dengan tatapan tajam.

"Saat aku besar nanti, aku akan membuat orang itu merasakan seribu kali lebih menyakitkan dari yang dia lakukan pada Won-ie." Tangan Taehyung terkepal dengan rahang mengeras.

"Terkadang aku berpikir kalau ada orang lain di dalam tubuhmu. Kau menakutkan," komenter Seungcheol. Taehyung langsung menghapus air matanya. Tersenyum lebar yang membuat Seungcheol semakin bingung dengan sifat Taehyung.

"Seungcheol-ah, kau tidak sendiri lagi, ada aku. Kita akan bersama-sama melindungi Won-ie." Taehyung berucap sembari tersenyum cerah. Membuat Seungcheol tertegun dan menatap anak di sebelahnya tanpa berkedip. Namun secepat kilat ia mengalihkan pandangan.

Kalimat itu membawa ketenangan tersendiri untuknya. Bahkan jika kalimat itu bukan sebuah janji, Seungcheol tetap merasa senang mendengarnya. Tanpa sadar, salah satu ketakutannya memudar dengan keberadaan Taehyung.

"Aku mengizinkamu bertemu Won-ie bukan berarti kau bisa menjadi hyung-nya." Gumaman itu hanya Taehyung balas senyuman. Karena ia sudah memiliki seribu rencana untuk membuat Wonwoo mengakuinya sebagai kakak.

"Dan kali ini apa lagi yang kau lukai?" Seungcheol menanyakan alasan keberadaan Taehyung kembali ke rumah sakit. Ia tidak melihat perban dibagian tubuh Taehyung. Biasanya setelah dipulangkan dari rumah sakit, seminggu kemudian Taehyung akan muncul dan membawa luka baru.

"Kepalaku," jawab Taehyung sembari memberikan cengirannya.

"Kau bodoh!" teriak Seungcheol sembari melayangkan pukulannya.

"Sakit ...," keluh Taehyung sembari memegangi kepalanya. Seungcheol baru saja memukul kepalanya sekuat tenaga.

"Kenapa kau memukulku?" tanyanya tidak terima. Bersungut kesal masih dengan mengusap kepalanya.

"Kau bodoh atau idiot? Dari semua bagian, kenapa harus kepalamu?" Seungcheol kembali berteriak marah.

"Cih ... apa bedanya bodoh dan idiot?" cibirnya pelan. Tangannya masih terus bergerak mengusap kepalanya.

The Precious BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang