43. Perihal Mengurus Anak

Start from the beginning
                                    

"Nam Shin yang sedang kita bicarakan?"

"Ya."

"Menarik sekali!" Pekik Irene dengan suara yang dibuat-buat kaget. "Kebetulan yang serasi! Saya mungkin membuat pernyataan Saya atas dasar kasih sayang, tapi siapa yang bisa menjamin saksi kita tidak membuat pernyataan atas dasar rasa setia kawan atau semacamnya? Bisa saja kan, dia mendapat promosi setelah ini?"

"Keberatan!" Han berdiri. "Tidak relevan, Yang Mulia!"

Kyungsoo mengelus gagang palunya tapi tidak mengetukkan benda itu. "Diterima. Pembela, ingat apa yang Saya katakan pada Anda."

"Maafkan Saya," ujar Irene, mengarahkan kalimat itu pada Kyungsoo dan hanya pada Kyungsoo. Bukan Yoon atau Han. "Saya akan pindah ke topik lain, kalau begitu. Jadi Shin adalah bos Anda, ya?"

"Benar."

"Apa Anda mengenal Jisung?"

Yoon refleks memandang Jisung yang balik memandangnya di bangku depan. "Saya pernah beberapa kali melihatnya."

"Bagaimana hubungannya dengan Shin?"

Maksud pertanyaan tersebut jelas, dan Yoon langsung menyanggah tuduhan yang belum terucap itu. "Shin tidak pernah melakukan kekerasan apapun padanya. Dia sosok ayah pengganti yang baik."

"Benarkah? Bisa tolong sebutkan contohnya?"

Yoon mengambil lebih banyak jeda untuk berpikir, hampir semenit penuh. "Shin biasanya membawakan dia makanan. Terakhir kali, Shin membelikannya bubur saat dia sakit."

"Tapi kita tidak tahu pasti bubur itu masuk ke perut Jisung atau tidak, bukan?"

"Benar."

"Ada contoh lain? Perlakuan yang mengindikasikan dia 'ayah pengganti yang baik', seperti istilah Anda?"

"Dia ... Shin ... Eh一" Yoon kesulitan menyelesaikan ucapannya. Berakhir dengan berdeham-deham layaknya orang yang terkena radang tenggorokan.

"Sungguh ayah pengganti yang sangat baik." Seloroh Irene dengan wajah datar. "Sekian dari Saya, Yang Mulia."

Sidang ditunda selama 30 menit untuk makan siang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sidang ditunda selama 30 menit untuk makan siang.

Di luar, matahari menjanjikan hari yang bagus meski salju masih terus gugur. Orang-orang merapatkan mantelnya menahan gempuran hawa dingin, termasuk seorang pria dengan wajah sebal yang membuka pintu Jeep-nya dengan kasar. Jeep itu terparkir di dekat sebuah mobil hitam mengkilap yang elegan, lantas setelah terbuka, dia menyalakan pemanas dan minggat secepatnya dari gedung pengadilan.

Tapi Irene tidak.

Ada saksi lain. Ada perdebatan lain. Dia tertahan di sini, terikat dengan tempat ini, sampai Kyungsoo mengetukkan palu dan mengumumkan keputusannya. Irene memikirkan lalat dalam jeratan jaring laba-laba, dan bertanya-tanya apakah dia sudah menjadi seperti itu, sebab untuk pertama kali dalam hidupnya, pekerjaan ini membuatnya takut.

Determination ✔️Where stories live. Discover now