Prolog

189 22 12
                                    

"Aku hanya bisa mengingat senyuman sang lelaki tanpa wujud yang sedang aku tunggu kedatangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku hanya bisa mengingat senyuman sang lelaki tanpa wujud yang sedang aku tunggu kedatangannya. Lelaki yang dengan sangat aku sadari bahwa aku merindukannya."









Musim Dingin Tanpamu..?








***

Hari ini menjadi hari yang membahagiakan dan paling ditunggu-tunggu bagi sosok gadis bersurai kecokelatan itu. Hari dimana ia telah memasuki usia dewasanya. Sudah 20 tahun ia hidup dan untuk pertama kalinya sebuah perayaan dilaksanakan bersama keluarga dan sahabat terdekatnya. Ia harus merayakan usia dewasanya ini.

Bukan suatu perayaan besar yang mereka laksanakan, hanya suatu perkumpulan antara keluarganya dan keluarga sahabatnya. Menghabiskan waktu bersama-sama di rumahnya yang syukur punya halaman cukup luas di bagian belakang. Sejak pukul 7 tadi mereka memulai acara sampai sekarang sudah hampir pukul 11 malam. Merayakan sebuah kebahagiaan membuat mereka lupa akan waktu. Memang begitulah manusia.

Pastinya menghabiskan waktu berjam-jam untuk bersenang-senang sangat menguras tenaga. Bahkan hanya duduk dan melontarkan banyak cerita dan candaan sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka lelah. Tak tahu pastinya, mungkin tepat tengah malam atau lebih, pesta kecil-kecilan ini harus berakhir.

Malam begitu ia telah bersih diri dan berganti pakaian, ditambah rasa kantuk sampai-sampai kedua matanya terpejam saat ia berjalan dari kamar mandi ke atas ranjang, tentu saja tanpa pikir panjang gadis itu dengan cepat terlelap dalam damainya.

Tapi ketenangan itu tak sampai cukup lama. Dalam tidurnya, sebuah bayangan mengerikan datang. Bising suara klakson dan sirine, juga teriakan-teriakan dari berbagai sisi. Gadis itu tampak gusar, bergerak tak menentu di atas ranjangnya sambil berusaha menutup telinganya rapat.

Sialan.

"Pergi.."

"Tolong aku..."

"Aku bilang pergi!"

"Aku mohon.."

"PERGI!!!"

Gadis itu terlonjak bangun dari tidurnya. Peluh memenuhi keningnya, rambutnya basah juga air mata mengalir dari sudut-sudut matanya. Bibirnya pucat dan penampilannya tampak berantakan serta ekspresi ketakutan jelas tergambar dari wajahnya. Tak berapa lama pintu kamar itu terbuka, menampilkan sepasang suami istri yang sedang menatap sang gadis khawatir.

"Ibu.. Ayah.."

Tangisan gadis itu pecah. Kim Chaewon menangis dengan frustasi begitu ibunya memeluk dirinya erat. Semakin sesak dan menyakitkan. Ia tidak tahu apa maksud dari perasaan ini. Apa maksud dari mimpi mengerikkan yang entah secara acak datang dalam tidurnya. Semua tampak nyata dan cukup membuat Chaewon ketakutan.

LOVE IN WINTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang