**Chapter 3b**

784 21 2
                                    

Setelah Mike berangkat kerja, sepanjang pagi aku sibuk berkeliling sayap timur mansion bersama salah seorang pelayan perempuan bernama Jane. Yang dengan penuh semangat memperkenalkan ruang demi ruang yang ada di mansion besar ini. Hingga pada akhirnya aku penasaran dengan sisi lain yang tak kunjung disebut-sebut oleh Jane, yaitu sayap barat.

Ketika akan melangkah menuju lorong sayap barat, bukan hanya nyonya Robinson saja yang tiba-tiba muncul untuk mencegahku. Beberapa pelayan yang sedang membersihkan perabot juga ikut-ikutan menghentikanku.

"Tidak untuk sayap barat, Nyonya," tegas nyonya Robinson.

Para pelayan sedikit cemas karena melihatku yang hendak melangkahkan kaki ke "area terlarang" itu. Wajah Jane pun juga berubah menjadi pucat.

"Nyo-nyonya... saya rasa Anda pasti akan lebih suka jika melihat halaman di luar. Mengapa kita tidak berjalan-jalan saja ke sana?" tanya Jane sambil membujukku di tengah kepanikan para pelayan.

Aku ingin memprotes dan bertanya mengapa aku dilarang mengunjungi sayap barat, akan tetapi mengingat jawaban nyonya Robinson kemarin rasanya percuma saja.

Ini semua perintah dari master Michael.

Merasa apa yang kulakukan hanya akan berakhir sia-sia, akhirnya aku mengangguk setuju dengan usul Jane, membuat para pelayan lainnya pun menghela nafas lega. Kuamati wajah nyonya Robinson, apakah ia juga memberikan reaksi yang sama, tapi ternyata hanya wajah tegas seperti biasa yang terlihat.

Aku dan Jane melewati taman bunga yang dirawat baik oleh tukang kebun. Meskipun dilarang mengunjungi sayap barat, setidaknya aku masih bisa melihat-lihatnya dari luar bukan?

"Jane, apa kau tahu dimana penghuni lain mansion ini? Aku belum pernah bertemu mereka sekalipun," tanyaku ketika kami menginjakkan kaki di atas rumput-rumput setinggi telapak kaki. Sekarang kami sedang melangkah melewati sisi sayap timur. Aku akan terus mengajak Jane berbicara hingga kami melewati sisi sayap barat dan mengamatinya diam-diam.

"Penghuni mansion ini hanya master Michael, Anda, dan para pelayan, Nyonya.".

"Apakah sebelum kedatanganku hanya Michael seorang sebagai tuan rumah yang ada di sini?" Pelayan itu pun mengangguk mengiyakan.

"Lantas, dimana orangtua dan saudara-saudaranya?"

"Saya tidak tahu dengan pasti karena saya bekerja di sini masih belum terlalu lama, hanya saja yang saya dengar orangtua dan adik master Michael telah lama meninggal saat ia masih remaja dulu."

Aku mengangguk tanpa bisa berkomentar. Kasihan sekali Mike. Jadi selama ini ia hidup seorang diri. Aku mendadak merasa iba akan hidupnya. Tapi jika demikian, siapakah yang menatapku saat pertama kali tiba di tempat ini kemarin? Pelayan rumah inikah? Tapi tatapannya terasa aneh.

"Di balik hutan sana apakah ada pemukiman penduduk atau yang lainnya?" tanyaku sambil menyapukan telunjuk ke sekitar hutan yang mengitari mansion ini saat kami telah melewati bagian belakang.

"Ada sebuah danau," sahut Jane pelan. "Untuk pemukiman penduduk, semuanya hanya ada di dekat jalan utama."

Mendengar hal itu mataku seketika langsung berbinar. Aku akan berenang di danau itu untuk mengusir kebosanan. "Maukah kau menemaniku untuk berenang di sana nanti?" tanyaku penuh harap.

Jane terlihat kaget dengan permintaanku. "Maafkan saya, Nyonya. Tapi untuk sampai ke sana tidak lah mudah. Kita harus melewati hutan dan jalan yang tidak rata. Sulit sekali mencapainya. Saya rasa master Michael tidak akan setuju dengan ide ini."

Aku benar-benar sebal mendengar nama Mike yang selalu disebutkan bila aku meminta sesuatu yang dianggap tidak lazim oleh mereka. Sambil mendongkol, tanpa terasa kami telah tiba di sisi sayap barat. Sama seperti apa yang ada di bagian timur, sisi barat ini juga memiliki barisan bunga-bunga yang terawat rapi. Beberapa meter sebelum barisan pohon yang terlihat seperti pintu masuk ke dalam hutan, ada sebuah pohon lainnya yang berdiri sendiri tak jauh dari sana.

GeheimnisWhere stories live. Discover now