S I X T Y F O U R T H ; Lost Control

Start from the beginning
                                    

Berhenti di hadapan Kendrick, Piya kembali memperagakan adegan sebelumnya. Membuka mulutnya, memperlihatkan giginya dan menggeram.

Akhirnya, Kendrick menatap Elica dengan tatapan rumit. “Queen, ada sesuatu yang tidak kau harapkan terjadi di wilayah Vampire.”

***

Melihat aura kegelapan di sekitar Kennan semakin tebal, Cailan tidak bisa menahan diri untuk berteriak, “Menjauh!”

Sulur yang terbuat dari api hitam langsung tertuju pada Aristides. Embusan angin kencang. Perhatian tiga orang yang bertarung langsung teralihkan. Nolan dan Alardo segera melompat jauh. Aristides pun berusaha menghindar, namun sulur tersebut lebih cepat dan segera menembaknya. Menghancurkan bahu kirinya.

Seolah tidak cukup, bola-bola api langsung berterbangan ke arah Aristides. Aristides berlari dengan bola api yang mengejar.

“Kita harus pergi.”

“Tidak! Oline ada di sana!” Aila segera meraung marah. Dia ingin pergi membawa Oline, walaupun sahabatnya tidak bernyawa lagi. Air matanya terus mengalir.

“Oline sudah mati! Kita tidak bisa menyelamatkannya. Kalau kita terus di sini, selain Raja itu, kita akan terkena dampaknya.” Uniar segera menggendong Aila, membawanya paksa.

Aila memukul punggung punggung Uniar marah. Dia terus menangis. Saat mendongak melihat ke arah di mana Oline berada, matanya melebar.

“Raja bajingan! Kenapa kau lari ke sana?! OLINE! Tidak, tidak! Turunkan aku. Kita harus menyelamatkan... Oline....” Mata Aila terpejam begitu kesadarannya menghilang. Uniar menghela napas pelan, melirik Alardo yang menatap sendu ke arah Oline.

Aristides berlari menuju arah Oline dan segera menghilang, membuat bola api mengenai tempat Oline berada. Debuman keras langsung terdengar.

Kabut perlahan naik. Di antara kabut, sepasang mata beriris merah menyala tajam. Aristides terus mengumpat. Tiba-tiba sinar merah dari sepasang mata itu hilang dari penglihatannya.

Aristides melangkah mundur, matanya tidak berani berkedip walau sedetik saja. Tidak pernah terbayangkan kekuatan Kennan akan seperti ini. Pundaknya terus mengalirkan darah. Pahanya tersobek parah. Keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Suhu semakin rendah. Dingin ini tidak seperti biasanya.

Sesuatu menarik pergelangan kaki Aristides kuat, sehingga Vampire itu jatuh tertelungkup. Aristides segera membalikkan badannya, dan matanya langsung bertubrukan dengan sepasang mata merah diantara kabut putih yang semakin tebal.

Tatapan Kennan kosong. Sorot matanya lebih dingin dari sebelumnya. Tangan kirinya terangkat, lalu perlahan sebuah tombak kristal terbentuk. Sudut bibir Kennan tiba-tiba bergerak membentuk seringaian. Ketika tombak tersebut turun tepat ke arah jantung Aristides, gerakan Kennan terhenti.

Aristides terbelalak begitu ujung tombak tersebut beberapa senti dari dadanya. Kennan mengerahkan kekuatannya untuk menyelesaikan ini, namun sulur-sulur tanaman yang menjalar ke seluruh tubuhnya semakin erat.

Kennan berdecih. Dari ujung tombak, semburan api hitam keluar, membakar dada Aristides.

“ARGHH!!!”

Teriakan kesakitan Aristides menggema. Kennan masih berusaha melepaskan diri, namun sulur tanaman itu semakin banyak melilit di tubuhnya, dan semakin kuat.

Elica dan Kendrick melangkah mendekat. Tatapan Kendrick jatuh pada Aristides yang berbaring kesakitan di tanah. “Alfred, bawa dia.”

“Ya, Yang Mulia.” Alfred segera menyeret Aristides dari sana, membiarkan Elica bebas melangkah mendekati Kennan.

Prince in a Dream ✓Where stories live. Discover now