N I N E T E E N T H ; Miss Me, Huh?

52.9K 6.4K 166
                                    

PEMUDA beriris mata abu itu menatap seseorang di hadapannya dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PEMUDA beriris mata abu itu menatap seseorang di hadapannya dingin. Seseorang yang sedang bertekuk lutut sambil memohon ampun berulang kali.

"Saya mohon, Pangeran, jangan bunuh saya."

Kennan berdecih pelan. Dirinya jadi teringat ajaran Kendrick dulu. Jangan pernah percaya pada ucapan para penjahat.

Bahkan tidak ada rasa iba sedikit pun yang Kennan rasakan saat membunuh kawanan bandit ini.

Hutan terlarang, tempat yang menjadi persembunyian para bandit ini. Untuk menemukan lokasi mereka memanglah sukar. Karena para bandit itu menggunakan sihir yang dapat menyembunyikan hawa keberadaan mereka.

Sebenarnya bagi Kennan, membunuh mereka semua itu sangatlah mudah. Cukup menggunakan sedikit kekuatannya saja, dan mereka akan tewas. Tak peduli seberapa kuat sihir yang mereka pelajari. Karena bagi semua makhluk dunia Dracania, seorang Demon adalah penguasa. Demon yang terkuat, tak berperasaan atau berdarah dingin.

Kennan sontak tertawa dalam hati. Bagaimana mereka bisa memiliki pandangan seperti itu jika saja Demon yang sangat mereka agung-agungkan dan takuti memiliki sifat yang berbanding terbalik begitu bersama istrinya?

"Sayangnya aku diajarkan untuk tidak mempercayai itu." Kennan mengebaskan tangannya. Beberapa detik bandit itu tak bergeming, hingga tiba-tiba saja dia memuncratkan darah dari mulutnya lalu ambruk begitu saja.

Demon itu berbalik. Menatap para prajurit yang ikut dengannya. Lalu pandangannya tertuju pada pojok ruangan. Mata Kennan menyipit namun kemudian dia memutuskan berjalan meninggalkan tempat tersebut.

"Mohon maaf, Pangeran. Tapi masih ada yang hidup." lapor salah satu prajurit yang berjalan di belakang Kennan.

Kennan tidak menjawab. Dia diam dengan pandangan lurus ke depan. Kemudian Demon itu berbalik, menatap para prajurit yang mengekorinya membuat para prajurit itu dengan segera menunduk.

"Mereka tawanan para bandit itu. Bawa mereka dan tempatkan di daerah yang aman."

"Baik, akan kami laksanakan, Pangeran."

***

Gadis itu menatap langit yang mulai berubah warna. Dia merasa ada yang hilang. Padahal dirinya tidak tahu pasti apa itu.

Karena sudah terbiasa tinggal di daerah ini, Oline jadi lebih mudah berjalan sendiri tanpa bersama Aila. Sedangkan Elf itu, entah apa yang dilakukannya sekarang karena katanya ingin mengerjakan sesuatu.

Oline menghela napas pelan. Pemuda itu berkata tidak akan datang sehari, namun ini sudah memasuki hari kelima dirinya tak datang.

Prince in a Dream ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang