part1

43.5K 1.2K 21
                                    

Anak kedua dari dua bersaudara itulah aku, mempunyai kaka cowo yang ganteng, pintar, dan jelas sangat populer. Mungkin menurut kalian kaka ku ini sangat perfect untuk menjadi kaka bahkan menjadi seorang pendamping, tapi dia sangat menyebalkan terangat sangat bagiku.

Perkenalkan namaku Cinta Rizkia Pangestu, satu-satunya cucu wanita dari keluarga Pangestu, yah bisa dibilang sodara-saodaraku laki-laki semua, dari anak-anak kakek ku aku lah cucu nya yang paling cantik. Perawakanku sangat bagus, badan ideal menurut teman-temanku, wajahku lumayan, mungkin aku termasuk orang populer disekolah tapi aku tak terlalu peduli akan hal itu, sedangkan otakku jelas saja encer, dengan bukti peringkat pertama dikelas dan satu angkatanku, serta banyak kejuaraan yang aku menangkan.

Lanjut akan keluarga Pangestu, Ayahku merupakan anak pertama dari kakek, karena itu perkerjaannya selalu menumpuk sehingga aku jarang bertemu dengannya, namun ayah sangat menyayangiku, semua keluarga pangestu sayang padaku, terlebih lagi karena aku perempuan.

Karena pengaruh jarangnya ayah dirumah membuat kaka ku menggantikan posisinya, yah itu lah yang membuat dia sangat menyebalkan.

"Kaka!"

"Apa sih Ta? berisik."

Yah ini lah kaka ku, Andrew Rizqu Pangestu. Dia sangat over protective padaku, lihat tinggkahnya saat ini, duduk di kursi kesayangannya dibalkon rumah sambil membaca bukunya yang tebal itu.

"Masa Cinta ga boleh main sih!"

"Engga boleh, kamu itu perempuan Cinta masa iya main malem-malem." omelannya ini sudah kesekian kalinya pada hari ini, sejak tadi pagi aku terus membujuknya untuk mengizinkan ku main bersama Silvi sahabatku, dan hasilnya nihil.

"Ka aku mainnya di rumah Silvi ko, di dalam rumahnya engga pake keluyuran."

"Engga, Silvinya aja ajak main di sini."

"Kaka kan rumah Silvi deket, cuma beda 5 rumah dari kita!" oke sekarang aku benar-benar sebal pada kakaku ini, dia jelas-jelas tau kalau rumah silvi tidak jauh dari rumahku ini, dia membuat semuanya terlalu berlebihan.

Bunda yang melihat aku gigih meminta izin, akhirnya angkat bicara, "Dre izinin aja, toh ini juga pertama kalinya cinta mau main malem di rumah silvi."

Ah mendengar suara bunda yang lembut ini membantu ku rasanya bahagia sekali. Yah meskipun percuma bunda membujuk kakaku ini, karena pasti ka andre tetap takan mengizinkanku.

"Iya ini pertama kali, nanti pasti minta lagi bun. Aku ga mau jadi kebiasaan buat Cinta."

Oke aku benar-benar kalah telak dari ka Andrew, sampai besok pagi pun aku membujuknya pasti takan berhasil.

"Udah ga apa-apa bun, Cinta nanti kasih tau Silvi Cinta ga dizinin sama orang yang dia sayang."

Oke karena sudah muak, aku memberi informasi yang berharga buat ka Andrew. Lihat saja mukanya yang merah, mulai salah tingkah kan.

Sebenarnya aku sudah tau dari dulu kaka ku ini tertarik pada sahabatku, cara memandangnya yang berbeda membuat aku sadar bahwa dia jatuh cinta. Pantas saja kan jika dia melarangku berkunjung ke rumah silvi malam ini, dan menyuruh silvi yang bermain di rumah ku, dasar tukang modus!

"Ya udah Cinta ke kamar dulu bun, muak disini terus liat muka orang ini." ucapku cukup kasar dan langsung pergi menuju kamarku dilantai atas.

'Bak..'

Aku membanting pintu ku keras-keras mungkin terdengar sampai bawah, aku sudah tidak peduli lagi.

Pintu ini sudah biasa aku banting jika mood ku jelek seperti ini, terutama jika berurusan dengan ka Andrew.

Protective?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang