Not in school, I'm in grandpa's house

75 43 10
                                        

Hello everyone! Back again with a new chapter of this story 🤗

I don't know if I'm talking to myself, or if there's someone here to respond. Well, not having a reader is sad, but having a silent reader isn't any better.

Okay, nevermind! Let just read, and.... whatever lah

.
.
.
.

Sekarang Senin pagi. Hari pertama kembali sekolah setelah libur akhir pekan. Di rumah besar Chela keributan mendadak terjadi. Bagaimana tidak? Gadis itu masih amat jengkel dengan ulah Chi Na yang memaksanya mewarnai rambut.

Kejengkelan itu semakin berkobar-kobar saja setelah ia tahu bahwa warna itu akan bertahan selama sebulan. Demi Tuhan! Ia kira hanya satu dua hari. Si gadis Korea itu berani sekali mempermainkannya.

"Ahh, ini tidak akan bisa hilang!" Chela terus saja mengomel di depan cermin. Sejak satu jam yang lalu, ia masih saja setia berada di walk in closet nya.

"Apa Nona mau pakai wig saja?" saran seorang pelayan yang sedari tadi juga kebingungan karena majikannya tak kunjung tenang.

"Ahh, itu tidak nyaman..." protes Chela. Wajahnya murung.

"Dari pada Nona ke sekolah dengan rambut jagung itu, kan lebih baik pakai wig. Nona bilang sekolah tidak mengijinkan untuk mewarnai rambut, bukan?"

Chela mendengarkan saran itu dengan seksama. Benar. Ia bisa dihukum bila ketahuan mewarnai rambut. Apa lagi warna cerah ini... membuatnya muak saja. Ini kan warna yang identik sekali dengan Chi Na, si gadis kurang ajar.

"Baiklah, ambilkan aku wig yang sesuai," pinta Chela pada akhirnya.

Pelayan itu membuka salah satu lemari. Lalu mengambil sebuah wig bewarna hitam dengan panjang nyaris seperti rambut asli Chela. Butuh waktu setengah jam sendiri untuk membuat rambut palsu itu terpasang rapi. Chela hampir saja menyerah.

"Tidak buruk," komentar Chela. Ia menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.

Pelayan di belakang yang mengawasi tersenyum lega. Chela pun segera berangkat ke sekolah. Ia sudah kesiangan. Berdoa saja semoga perjalanan kali ini tidak memakan banyak waktu. Ia bisa terlambat nanti.

Chela melirik jam di pergelangan tangan. Pukul 6.55. Astaga. Ini waktu paling siang ia datang ke sekolah. Chela bergegas masuk, melewati lobi luas sekolah, menaiki lift lalu segera meletakkan ransel begitu tiba di kelas.

Seraya menenteng topi, Chela berjalan tergesa ke lapangan. Ratusan murid lain sudah berkumpul di sana. Berbaris rapi dibawah arahan komandan OSIS. Mereka sudah siap mengikuti kegiatan rutin itu.

Chela berbaris sesuai kelasnya. Ia berdiri tegak dengan wajah andalan. Datar. Chela menoleh ke sebelah. Mengapa barisan kelasnya ganjil? Ia menilik sekitar guna mengecek siapa yang tidak hadir.

Semuanya berambut hitam. Gadis pirang itu tidak ada... Tunggu– Chi Na tidak ada?! Chela mengrenyit. Apa gadis itu tidak berangkat?

"Rachel! Siapa yang tidak berangkat di kelas kita?" bisik Chela.

"Eum, itu-"

Jawaban Rachel terpotong oleh suara komandan yang memulai upacara. Rachel menggerakkan mulut, berbisik tanpa suara. Meminta Chela untuk menunggu sebentar.  Chela mengangguk paham.

Setelah cukup aman, Rachel mendekat dan berbisik lirih. "Chi Na ijin, katanya ada urusan di tempat kelahirannya..." Rachel menjauhkan badan kembali.

Chela menatap ke depan. Gadis bar-bar itu pergi ke Korea. Memang benar-benar ada urusan... atau hanya akal-akalan saja supaya tidak ketahuan mewarnai rambut?

FYS : C vs C [Slow Update]Where stories live. Discover now