Front gate

46 33 7
                                        

.
.
.
.

Halooooooo
Let's read and gimme a vote and some comments, 🤗

Tim alpha, tim utama SEA yang dikirim ke Murmansk, masih bertarung melawan suhu rendah dan hujan salju selama perjalanan melewati hutan pinus.

Mereka memang direncanakan mendarat di titik terdekat, namun terdekat itu masih terhitung jauh karena mereka harus menghindari adanya kemungkinan orang Kvozde mendengar suara pesawat.

Chi Na merapatkan jaket kulitnya, mendadak ingin mengumpat lantaran bukannya dapat pakaian tebal, malah cuma diberi tambahan rompi. Ia melirik Lake yang masih jalan di sebelahnya, laki-laki itu juga hanya pakai tiga lapis baju. Satu kaos, satu rompi anti peluru, dan paling luar adalah jaket army-nya tadi.

Chi Na kemudian mengalihkan penglihatannya ke anggota tim lain. River cuma pakai jaket sederhana warna abu gelap. Para prajurit lain juga hanya pakai setelan kerja mereka. Intinya, tidak ada yang bersiap pakai baju super hangat untuk misi ini.

"Kak?"

"Ya?"

"Kenapa tidak ada yang memberikan kita pakaian tebal sebelum kemari? Kenapa SEA tega sekali? Suhu di sini bisa setara dengan suhu kutub, kita bisa membeku kalau kelamaan di sini. Kenapa-"

"Haisssh, kenapa kau menanyakan hal tak mutu seperti itu, heh?!" River malah asal sahut. Laki-laki yang membawa tas hitam di bahunya itu berjalan mundur agar bisa melihat Chi Na dan Lake yang ada di belakang.

"Bagian mana yang tidak mutu? Apa karena telinga satu sen-mu itu yang mendengar?" balas Chi Na, garang.

River berdecak. "Dasar anak ini!" ucapnya menahan geram. Tapi kemudian ia tersenyum kecil, menahan tawa.

"Kenapa?" tanya Chi Na, heran. Apa kakak senior rempong itu mulai gila?

"Kau mau tahu alasan kenapa kau tidak diperkenankan pakai baju tebal?" pancing River.

Chi Na menggeleng.

"Karena kau sudah berat, nanti parasutnya tidak kuat kalau beban badanmu tambah. Bisa jatuh, deh," jelas River santai. Orang itu kemudian berbalik dengan senyum lebar.

Chi Na memutar bola mata. Lake melirik sekilas, membatin, tumben anak ini kalem waktu dihujat River, biasanya langsung meledak. Apa terjun bebas dari pesawat membuat kadar ke-bar-baran gadis ini menurun?

Bugh

"ADUH, HOLY SHIT!" River tiba-tiba mengumpat.

Anggota tim serempak menatap sang agen. Orang yang barusan berteriak itu sudah terjerembab di salju dengan wajah sepenuhnya tenggelam. Tak lupa, bekas cap bulat warna putih di bagian punggungnya tercipta dengan jelas. Makhluk itu telah dijatuhkan.

Enam orang yang menatap heran dalam hening, secara kebetulan mengalihkan arah mata ke sisi lain-mungkin satu pemikiran kalau orang yang jadi biang keroknya pasti si gadis pirang.

Chi Na, gadis itu masih dalam posisi serang, khas habis melempar bola. Badan condong nyaris membungkuk, kaki kiri depan, dan tangan kanan masih terjulur. Kepala gadis itu lalu mendongak, ekspresi wajahnya puas.

"Yes, headshot!" pekiknya, lantas berdiri tegak sambil mengepalkan tangan.

"Headshot, gundulmu!" bentak River, dia bangkit dan menepuk-nepuk pakaiannya. Menghilangkan serpihan salju yang menempel.

"Hahahahahahaha, harusnya headshot, malah gagal. Tapi ga papa, itu pun sudah lumayan," ucap Chi Na, tertawa keras.

"Lum-" River baru saja hendak membalas, tapi terpotong.

"Tunggu sebentar, semuanya!" Mayor Griff mendadak bersuara. Wajah seriusnya membuat River menangguhkan omelan khusus miliknya untuk Chi Na.

"Kita sampai," lanjut Mayor Griff pelan, irisnya menatap layar tipis sebesar ponsel, lalu ganti beralih ke depan.

Chi Na buru-buru lari mendekat, diikuti oleh Lake dan yang lain. Gadis itu ikut melirik GPS, melihat kalau memang posisi mereka sudah benar-benar mepet dengan titik merah, lokasi tujuan.

Gadis berambut pirang itu menatap ke depan, ke arah yang sama yang Mayor Griff tengah amati. Tidak ada apa-apa, hanya hamparan salju yang sudah familiar dan puluhan pinus lain.

"Di mana?" tanya Chi Na, memecah hening di antara delapan orang itu.

"Jika di atas tak terlihat, maka mungkin tempatnya ada di bawah," salah satu tentara menyahut, mengutarakan pendapatnya.

Alis Chi Na naik sebelah. "Bawah tanah?" Ia mengedarkan pandangan ke setiap orang, bahunya naik dengan ekspresi seolah, yang benar saja, man!

"Yeah, dia benar, agen muda," Mayor Griff menimpali. "Lokasi sebenarnya...." Ia mengusap layar GPS, membuat tampilan dari atas berubah jadi dari samping.

Kini yang terlihat adalah lima obyek berbentuk persegi dengan beberapa garis penghubung. Mayor Griff membalikkan posisi lain, membuat sudut pandang berubah. Satu persegi besar ada di tengah, dengan empat persegi kecil lain di setiap titik temu garis.

"Wow, keren." Chi Na berdecak kagum. Membangun sebuah gedung besar di dalam tanah, apalagi di daerah pegunungan yang penuh akar pohon, bukanlah hal yang mudah. Syarat pertama, kau harus punya banyak budget.

"Astaga, berapa luas tempat itu?" Kali ini River yang bersuara.

"Bangunan tengah seluas dua puluh ribu meter persegi, tinggi sekitar lima lantai. Empat lainnya dua kali lebih kecil," jelas Mayor Griff.

"Strategis sekali, dengan tempat sembunyi seperti ini, mustahil kau ketahuan," ujar Lake berpendapat.

"Yang jadi pertanyaannya...." Chi Na mendadak mengangkat jari telunjuknya, menggantungkan kalimat. "Bagaimana bisa kepolisian Murmansk menduga kalau ada kegiatan ilegal di sini?" lanjutnya.

Mayor Griff menatap Chi Na. "Kritis sekali," pujinya tiba-tiba.

Chi Na nyengir lebar, senang sekali dapat sanjungan. Well, itu bukan hal mudah untuk didapatkan dalam sejarah ia jadi agen SEA.

"Pos pak polisi terdekat ada di km 20 dari sini, kau pikir masuk akal ia patroli sampai hutan ini?" River tiba-tiba menyambung.

Raut muka Chi Na mendatar seketika. "Jadi apa argumenmu, profesor sok tahu?"

"Kepolisian Murmansk tidak pernah kemari. Beberapa hari lalu ada seorang pendaki di sini, berniat main ski di lereng sana." Lake menunjuk tempat yang agak tinggi di sebelah kanan atas mereka.

"Dia melihat ada mobil yang berjalan masuk, menerobos tanah bersalju lalu hilang seketika. Dia melaporkannya ke polisi. Awalnya polisi menganggap bahwa itu hanya bualan, mengingat laporan yang dibuat sang pendaki tidak masuk akal." Lake diam sejenak, memastikan tujuh orang pendengarnya paham.

"Tapi sehari kemudian, pendaki itu memaksa untuk pergi memeriksa bersama polisi itu. Pendaki itu pergi ke sini, lalu hilang misterius. Polisi itu pun pulang sendirian-"

"Miris." Celetuk Chi Na tiba-tiba. Suaranya bagai angin lewat, tak digubris.

"Dan ia melapor ke atasan, seperti biasanya... SEA mengetahui kasus ini. Lalu kebetulan sekali, hal itu tenyata bersinggungan dengan kasus serangan presiden. Yeah, pelaku yang sama," lanjut Lake.

"Oke, mari bekerja!" perintah Mayor Griff setelah mereka semua selesai mendengarkan kisah.

"Gali titik ini!" katanya kemudian, menginjak salju dan membersihkan sedikit sampai terlihat tanahnya yang basah.

"Sorry?" Chi Na berseru tak menyangka. "Hei, aku tidak mendaftar untuk ini, bung!"

What do you think about Chi Na?

What do you think about Chela?

Lake?

River?

.
.
.
.

See you next time, babayyyy 💛

FYS : C vs C [Slow Update]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora