You're too weak

153 54 15
                                        

Satu....

Dua....

Tiga....

Tiga detik berlalu dengan tegang. Chela kemudian memutuskan kontak mata. Memilih mengambil novelnya yang sempat jatuh, lalu berjalan pergi. Tak lupa ia sengaja menyenggol bahu Chi Na dengan kasar.

Chi Na sedikit oleng, tapi tidak jatuh. Itu wajar karena tubuhnya jauh lebih mungil daripada tubuh Chela. Ia terkekeh remeh dengan kerlingan sinis, lalu segera berjalan menyusul Chela yang hampir sampai di ambang pintu kelas.

"Ck."

Decakan kesal itu terdengar bersamaan dengan Chi Na yang menarik paksa lengan Chela. Chela sedikit tersentak, ia menatap tajam ke arah si pelaku. Chela kemudian membenarkan posisi hingga ia sepenuhnya menghadap Chi Na.

"Menjauhlah!" peringatnya tegas. Ia menepis tangan Chi Na sekuat tenaga. Tidak peduli saat melihat ekspresi Chi Na yang seperti ingin membunuhnya.

"Kau mau kemana, heh?" seru Chi Na.

"Bukan urusanmu."

Chi Na menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Wajahnya santai, tapi dengan tatapan pisau. Khas Chi Na saat hendak beraksi. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Chela yang tampak datar dari tadi.

"Kau pikir masalah ini sudah selesai..." Chi Na mendorong dahi Chela dengan satu jari tangannya. Membuat gadis berambut hitam itu mengepalkan tangan, berusaha tidak terpancing akal-akalan si bocah brandal.

"KAU SALAH KALAU BEGITU!"

BRAKK!

Suara nyaring nan mengangetkan itu terlepas bertepatan dengan gebrakan meja. Chi Na yang melakukannya. Gadis itu melotot, yang seharusnya bisa membuat semua orang ketakutan.

Tapi Chela beda. Sudah tertebak bukan. Hanya gadis itu yang kuat berhadapan dengan seorang Chi Na. Yang artinya juga... menjadi target tetap Chi Na.

"Kau pikir aku peduli? Persetan dengan semua itu!" ujar Chela. Ia berbalik. Menghentakkan kakinya di lantai. Berharap emosi yang membakar jiwanya berkurang.

Tapi bukan Chi Na namanya kalau menyerah dengan mudah. Ia tidak akan berhenti. Lagi-lagi ia menarik lengan Chela. Bedanya kalau sekarang ia menggunakan kekuatan fisik sepenuhnya.

Alhasil. Tidak hanya terhenti, tapi tubuh Chela juga terbentur pintu. Chela meringis kecil. Tidak ingin memperlihatkan kalau ia sedang menahan rasa sakit. Untuk saat ini, harga diri adalah yang terpenting.

"Kau benar-benar kurang ajar!" ucap Chela berapi-api. Ia sudah mulai tersulut.

"Lalu? Apa? Kau mau memukulku?" Chi Na mengangkat dagunya angkuh.

Chela mendorong tubuh Chi Na. Mau tak mau gadis Korea itu terhempas menjauh. Tapi hanya setengah langkah. Ia sudah memasang kuda-kuda kali ini. Cukuplah kalau hanya melawan Chela.

"Mau mati, heh!" ancam Chela sadis.

Chi Na memiringkan kepalanya. Kemudian ia menegakkan badan lagi. Tertawa terbahak-bahak seraya bertepuk tangan heboh. Terpingkal, gadis itu nyaris limbung.

Chi Na memutar leher ke arah Chela. Ia berhenti mendadak. "Coba saja kalau bisa."

Chela menggeram. Ia sudah naik pitam. Jika saja bisa terlihat, pasti dari kedua telinganya keluar asap tebal dengan tanduk merah di atas kepala. Tanda sang iblis terbangun.

Chela maju, menerjang tubuh ramping Chi Na. Tapi dengan gesit Chi Na mengelak. Ia menggeser posisinya beberapa derajat. Sepersekian detik saat tubuh Chela melewatinya, dengan santai ia memukul sekeras mungkin punggung Chela.

Chela terbanting ke lantai, berdebum keras. Meringis dan nyaris mengumpat, ia segera berdiri. Tangannya mengepal sampai memperlihatkan pembuluh darah yang menonjol. Ia maju, hendak menghajar wajah songong Chi Na.

Tapi lagi-lagi Chi Na berhasil menghindar. Ia memutar tangan Chela. Lalu memelintirnya ke belakang. Chela menggigit bibir. Gadis ini bukan hanya lawan yang kuat, tapi juga lawan yang pintar jika dibanding dengan dirinya yang tidak bisa ilmu bela diri.

Chi Na mendorong paksa tubuh Chela hingga menabrak bangku kelas. Wajah mulus Chela mencium permukaan meja yang terbuat dari plastik berkualitas tinggi. Ia tidak bisa bergerak, Chi Na berhasil menguncinya.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" suara berat khas laki-laki mendadak muncul, menghentikan aksi Chi Na.

Gadis bersurai pirang itu menoleh. Lalu tersenyum manis. Ia segera melepaskan Chela lalu menepuk-nepuk tangan sendiri seakan ada debu di sana.

Chela melakukan hal yang sama. Ia segera berdiri tegak, merapikan baju seragamnya dan juga menetralkan ekspresi wajahnya kembali. Dingin dan judes.

"Kenapa kalian harus bertengkar setiap waktu? Apa tidak bosan?" tanya suara berat itu lagi.

"Jangan hiraukan kami, Claire!" balas Chi Na santai.

Murid sekelas dengan mereka itu bernama Claire. Entah siapa nama lengkapnya, Chi Na tak ingat. Ia juga tidak peduli. Karena siapa pun yang tidak menarik di matanya tidak akan ia anggap penting.

Padahal kalau dilihat, Claire itu tampan. Dia tinggi dan juga pintar. Bahkan dia juga termasuk mostwanted boy di sekolah ini. Tapi sayang, di kedua mata Chi Na maupun Chela, dia tidak lebih dari sekadar orang asing yang suka ikut campur.

FYS : C vs C [Slow Update]Where stories live. Discover now