"Aku yakin dia tidak akan melakukan itu kalau ia tidak terdesak. Ia merasa terancam, dan dia harus menyelamatkan diri sampai petugas keamanan datang." Petugas keamanan berkepala burung menghela napas. "Aku juga sebenarnya tidak ingin melakukan semua ini, tapi kami harus berjaga-jaga."
Aizawa mendengus pelan. "Lupakan semua itu. Kami akan menangani gadis ini dan kami akan pastikan semua ini baik-baik saja."
"Baiklah. Tapi aku ingin melihat lisensimu dulu."
Kau tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka berdua lakukan, tapi masing-masing dari mereka menyodorkan sebuah kartu. Dua petugas keamanan mengamati kartu itu dengan seksama sebelum akhirnya mengangguk kepada salah satu petugas yang memegangmu. Ia membuka kunci borgol di tanganmu dan menuntunmu ke arah si duo pria berpakaian aneh.
Semua itu berakhir begitu saja sebelum kau sempat memproses apa yang baru saja terjadi. "Whoa, apa itu barusan? Kalian tidak..." Kau mengecilkan suaramu lalu mendekatkan kepalamu ke telinga Hizashi. Aizawa terlihat tidak tertarik sama sekali. "Kalian tidak menyuap polisi itu, kan?"
"Ah, tidak. Pertama, petugas keamanan mall itu tidak sama dengan polisi. Kedua, sebagai Pro Hero? Tentu saja kami memiliki hak untuk ikut campur dalam urusan macam ini." Hizashi menyengir, mengarahkan jarinya yang ia bentuk seperti pistol ke arahmu. "Hanya dengan begitu, kau bisa kami selamatkan! Dor!"
Desingan pelan lampu mall terdengar begitu jelas di telingamu. Orang-orang yang berlalu-lalang seakan menjadi latar. Bau kayu cedar dari toko hewan terasa begitu menyengat. Kau bisa merasakan rasa lidahmu sendiri dan berusaha mengabaikannya.
"Kalian berdua adalah Hero?"
Kedua pria di hadapanmu meniru ekspresi bodohmu.
Setelah terdiam cukup lama, Aizawa mengacak-acak rambutmu. Sekarang kau bisa berhenti mempertanyakan dari mana kekuatan tangannya itu berasal. Banyak hal yang kini bisa dijelaskan. "Berdiri di sini hanya akan membuang-buang waktu. Ayo kita makan siang."
Kau merasa malu dari ujung kaki sampai ujung telinga, dari luar sampai dalam. Kau bahkan belum menyentuh makananmu; kau hanya mengaduk-aduknya tanpa selera dan berharap kau terlihat seolah sudah menyuap beberapa sendok.
Kau tidak pernah merasa sebodoh ini seumur hidupmu. Kau pernah berkali-kali dibodohi, tapi ini? Ini benar-benar sepenuhnya karena kebodohanmu sendiri.
Rasa malu itu tak kunjung pudar, belum lagi Present Mic yang tertawa terbahak-bahak. "Kau benar-benar tidak tahu?! Kukira kau bisa menebaknya dari awal!"
Orang orang menoleh ke arah kalian. Kau menggunakan tanganmu untuk menutupi wajahmu yang memerah. "Bagaimana bisa aku menebaknya? Aku saja jarang memperhatikan hal-hal macam itu!" Pro Hero yang benar-benar bisa kau kenali dengan sekali lihat salah satunya adalah All Might. Endeavor juga, karena pria itu terlihat sangat mencolok dengan jenggotnya yang selalu terbakar ke manapun dia pergi. "Tidak semua orang sering bertemu dengan Pro Hero, kan?"
Aizawa memelototi temannya, yang terlihat sedang setengah mati menahan tawa. Kemudian, dia menolehkan kepalanya ke arahmu. Hizashi sekarang mengenakan kostumnya, sedangkan Aizawa hanya mengenakan baju kasual biasa. Padahal penampilan Aizawa saat ini tidak terlihat jauh berbeda dari kostum jumpsuit hitamnya. "Kukira Hizashi atau Midnight sudah memberitahumu. Maaf karena sudah membuatmu kebingungan."
"Kayama juga sama seperti kalian?" Alismu berkerut. "Jadi dia bukan seorang dominatriks*?"
Tak satupun dari mereka berkomentar. Mereka terlihat begitu tertarik dengan makanan mereka masing-masing.
"Seharusnya ada seseorang yang memberiku petunjuk. Kalau saja aku tahu lebih awal..."
Lalu, apa?
Kenyataannya, kau tak akan bersikap berbeda kalaupun kau tahu hal itu dari awal. Kau mungkin akan lebih menghindari mereka jika berada di hadapan publik. Dan kau bisa menghindari perasaan merasa bodoh seperti ini. Tragedi aneh yang melibatkanmu dengan mereka beberapa waktu lalu? Tetap akan sama seperti itu.
"Makanlah." Aizawa mendorong pelan nampan makananmu.
Ketika kau melihat pantulan cahaya di sepasang matanya, kau bersumpah bahwa manik itu terlihat berwarna merah. Berkilat dan tajam, seperti tatapan hewan liar yang tersorot cahaya bulan. Menakutkan. Memikat.
Kau mulai memakan makananmu.
Yamada masih saja terkikik sampai akhirnya Aizawa menampar tengkuknya saat si surai kuning tengah menyuap makanan, dan kemudian terbatuk. "Tidak sopan!"
"Kaulah yang tidak sopan. Diam dan biarkan dia menenangkan diri."
Hizashi tersenyum lalu mengedikkan bahu. "Kau benar, Shouta. Aku lupa kalau orang-orang biasa tidak akan menghadapi kejahatan sesering kita. Kau baik-baik saja? Apa kau terluka?"
"Aku baik-baik saja."
Tbc.
===
TN:
*Dominatriks: Perempuan yang mendominasi pasangannya secara fisik dan psikis dalam hubungan seks dengan kekerasan (semacam masokisme).
Sumber: https://lektur.id/arti-dominatriks/
---
Halo!
Terima kasih buat pembaca yang sudah setia menunggu update cerita ini! Terima kasih juga udah banyak dukung author buat terus update, komen komen kalian sweet banget aku terharu<3<3
YOU ARE READING
Lazy Egg [Aizawa x Reader] Translated fic
FanfictionKau bekerja di sebuah penangkaran hewan. Saat Aizawa Shouta mengadopsi kucing kesayanganmu, hidupmu mendadak jadi terikat dengannya. Anehnya, takdir itu seakan membawa keberuntungan kepadamu. Translated fanfic from Ao3 writer: mighty-mighty-man(Pair...
![Lazy Egg [Aizawa x Reader] Translated fic](https://img.wattpad.com/cover/219288539-64-k141571.jpg)