Compassion Fatigue
-----
Rutinitasmu tidak pernah berubah. Bangun jam tujuh pagi, mandi, sarapan, lalu pergi kerja pada jam delapan. Enam hari dalam seminggu, lima puluh dua minggu dalam setahun, dari tahun, ke tahun, ke tahun lagi. Mulai dari masuk sampai keluar dari pintu tempatmu bekerja, hidupmu selalu stagnan; semua keseharianmu selalu berakhir dengan dirimu yang terlelap karena kelelahan.
Stagnan berarti kekacauan. Waktu menyiksamu tanpa ampun dengan amarah, kekejian dan penderitaan. Penyiksaan dan tragedi. Hidupmu tidak pernah tenang tiap kali kau datang ke tempat kerjamu; penangkaran hewan. Setiap hari, selalu ada orang-orang tidak tahu diri yang bergantung padamu, memanfaatkan tenagamu. Kau tidak pernah merasakan hari di mana kau bisa duduk tenang tanpa kocar-kacir sana-sini.
Kau terjebak dalam lingkaran setan yang perlahan memakanmu hidup-hidup.
Tapi kau beruntung, bukan? Bisa bekerja dengan hewan-hewan menggemaskan di sekelilingmu. Tiap orang yang datang ke tempat kerjamu pasti dengan polosnya akan berkata, "Kuharap aku bisa bekerja di antara hewan-hewan setiap hari!" "Kau selalu bekerja di antara anak-anak anjing dan kucing? Aku iri!" "Tempat ini bagaikan surga!"
Kau dengan sepenuh hati mencintai hewan-hewan di sekelilingmu. Sungguh. Mulai dari yang sangat bersahabat dan tidak pernah malu-malu, yang seringkali ketakutan dan baru bisa memercayaimu setelah berminggu-minggu kau habiskan waktu untuk meyakinkannya kalau kau takkan pernah menyakitinya, sampai yang aneh bagai berasal dari planet lain. Kau membenamkan dirimu dalam kehidupan dan kepercayaan mereka. Walaupun menyakitkan rasanya melihat mereka pada akhirnya diadopsi oleh orang lain setelah semua yang telah kalian lalui bersama, kau berharap mereka dapat mendapatkan rumah baru yang aman dan nyaman.
Manusialah yang membuatmu tak tahan.
Beberapa karyawan mungkin baik-baik saja. Bahkan sangat baik. Namun ada satu-dua dari mereka yang lebih pantas disebut bajingan. Mereka membuat masalah? Kau yang repot. Mereka ingin memindahkan anjing dan tidak tahu ke mana hewan malang itu akan diletakkan? Kau yang repot. Kau mengurus seekor anak kucing selama bertahun-tahun dan sekarang kucing itu buta dan kau terlalu sibuk dan tidak bisa mencarikannya rumah agar setidaknya ia bisa merasa aman sampai ia mati? Kau sendiri yang repot. Ada anak anjing tidak terjinakkan yang kemudian tumbuh besar menjadi anjing yang tidak beradab dan selalu ingin menggigit orang? Kau. Yang. Disalahkan.
Setiap hari.
Setiap hari selalu begitu.
Kamu dibayar murah demi menghadapi orang-orang yang pemarah, egois, bodoh, dan, tentu saja, kejam.
Semua orang tahu kalau kau takkan bisa memecatkan dirimu sendiri, karena, siapa yang akan mengambil alih pekerjaanmu jika kau pergi? Apakah dia yang tidak benar-benar tahu apa yang harus dikerjakan? Seseorang yang acuh tak acuh terhadap binatang?
Inilah hidupmu. Tidak pernah berubah.
Seperti kehidupan seekor kucing yang sangat kau sayangi.
---
Saat kau tiba di tempat kerja, kau menggantungkan kunci pada kabinet di dapur kemudian mengabiskan tiga jam pertama untuk bersih-bersih. Suatu kegembiraan bahwa hari ini kau tidak sendiri; seseorang sedang mencuci kandang dan memberi makan anjing, sehingga kau memiliki banyak waktu untuk mengecek ruang kucing dan ruang karantina. Cairan pembersih berbau pinus kau tuangkan ke dalam botol, baunya memudar saat kau menambahkan air ke dalamnya. Manajemen hanya akan memberikan dana kepengurusan di akhir bulan, jadi kau harus menghemat.
Tidak pengap, namun bau tempat buang air terasa begitu mencekik penciumanmu. Ulah anak kucing. Mereka mengeong dan menggapai-gapaimu, memperlihatkan tapak kaki mungil dari balik jeruji kandang. Kau menepuk pelan tapak mereka lalu mengelusnya, salah satu anak kucing menjilati jarimu. "Tidakkah ibumu telah mengajarimu cara mengubur kotoran? Jorok sekali~!" Godamu.
Kau punya banyak kotoran dan bekas makanan kucing yang perlu kau bersihkan. Demi usaha maksimal, kau pun turut membersihkan tiap sisi kandang lalu memberikan mereka mainan dan makanan baru.
Kemudian melakukan hal yang sama pada kandang berikutnya. Empat kandang berikutnya.
Kau senang melihat anak kucing. Mereka pasti akan mendapatkan rumah baru tak lama lagi. Semua orang menyukai anak kucing lucu, hewan yang gembira, sebagai teman kecil. Sebelum kau sepenuhnya sadar, mereka tiba-tiba sudah menghilang dan kau mendapati dirimu harus membersihkan sampah yang bercecer di lantai. Mereka ke sana kemari menggigiti sapu.
Kau berjalan menuju ruangan selanjutnya. Ruangan untuk kucing-kucing dewasa.
Masa depan mereka lebih tidak pasti. Kau bersyukur tempat ini tidak pernah 'membunuh' hewan. Semua teman-teman berbulumu hidup senang dan sehat, beberapa di antaranya telah tinggal di sini selama hampir setahun. Kau tidak mengerti; mereka ramah terhadap orang-orang, menyenangkan, dan memiliki kepribadian unik tersendiri yang membuat mereka terlihat semakin menarik.
Semuanya butuh waktu, kau mengingatkan dirimu sendiri. Setiap anjing. Kucing pun juga.
Jika kau berhenti meyakinkan dirimu sendiri, kaulah yang akan patah hati.
Kau meletakkan perlengkapanmu kembali ke lemari, mencuci tempat makan, dan menyadari bahwa teman kerjamu tidak lagi berada di sekitar kandang anjing. Namanya Juhi; lelaki yang menyukai apa yang ia yakini, dan entah kenapa keberadaannya selalu membuatmu merasa canggung. Dia juga khatam dalam urus-mengurus anjing, namun sangat polos terhadap orang-orang di sekitarnya lebih dari siapapun yang pernah kau temui.
Kau berjalan menuju dapur. Ruangan itu bukanlah tempat beristirahat yang nyaman dengan tumpukan cadangan makanan hewan dan obat-obatan yang membutuhkan lemari pendingin (begitupula dengan makan siang dan microwave untuk makan siang tersebut). Kau menyeret kursi pijakan yang telah tertendang ke pojok ruangan agar kembali menuju sisi lemari pendingin. Kau naik ke atasnya lalu meraba bagian atas lemari es, yang berada di luar jangkauan penglihatanmu, menepuk-nepuk ke sekitarnya sampai telapak tanganmu menyentuh sebuah buntalan lembut; si teman kesayanganmu.
Tbc.
---
Aaaa maaf banget sempet di unpublish :( waktu itu aku kurang yakin bisa menyelesaikan projek ini. Belum lagi masa masa awal kuliah yang chaos dan masih perlu banyak adaptasi. Tapi, berhubung aku ada sedikit waktu dan kemungkinan besar akhir januari sudah mulai lapang, aku mencoba untuk mempublish kembali projek yang hampir lumutan ini. Semoga selama liburan projek ini sudah selesai dan aku tinggal mempublish satu-dua chapter tiap minggu.
Semoga bisa dinikmati!
YOU ARE READING
Lazy Egg [Aizawa x Reader] Translated fic
FanfictionKau bekerja di sebuah penangkaran hewan. Saat Aizawa Shouta mengadopsi kucing kesayanganmu, hidupmu mendadak jadi terikat dengannya. Anehnya, takdir itu seakan membawa keberuntungan kepadamu. Translated fanfic from Ao3 writer: mighty-mighty-man(Pair...
![Lazy Egg [Aizawa x Reader] Translated fic](https://img.wattpad.com/cover/219288539-64-k141571.jpg)