Bagian Sepuluh

195 18 4
                                    

Kita memang tidak selalu menjalani kehidupan semerah bunga mawar, tapi pasti akan ada keberuntungan semerah bunga mawar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita memang tidak selalu menjalani kehidupan semerah bunga mawar, tapi pasti akan ada keberuntungan semerah bunga mawar. Lihatlah dunia melalui gelas wine yang ada di hadapanmu! itulah yang disebut 'kehidupan seindah bunga mawar'. Itulah yang dikatakan Audrey Hepbum bukan?

Suara seorang DJ radio menggema memenuhi ruang kerja Jaehyun. Tidak ada suara lain selain suara yang berasal dari radio kuno yang bertengger manis di salah satu meja di ruangan itu. Ya, sudah sejak beberapa menit yang lalu, baik Jaehyun maupun Yeri, tidak ada yang berinisiatif membuka suara. Mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing sampai akhirnya Jaehyun membuka suara.

"Ehm..." Jaehyun berdehem pelan bermaksud menarik perhatian Yeri yang sedari tadi menatap layar ponselnya. Mendengar itu mau tidak mau atensi Yeri beralih dari ponselnya pada Jaehyun yang kini sudah berada tepat di hadapannya.

"Kejadian tadi aku tidak bermaksud... aku itu maksudku... dia berbahaya." lanjut Jaehyun gugup. Anehnya ini pertama kalinya dia bicara dengan tidak jelas seperti yang baru saja dia katakan. Bahkan saat Wonwoo mengetahui kalau dirinya ini vampir, dia sama sekali tidak merasa gugup.

"Kau vampir?" tukas Yeri cepat dan menatap lekat-lekat wajah pria dihadapannya itu.

mata Jaehyun terbelalak, tubuhnya kaku, dia tak menyangka akan mendapat pertanyaan itu lagi setelah gadis itu puluhan tahun silam.

"Hei! aku bercanda kau ini jangan terlalu serius." ujar Yeri sambil melambaikan tangannya di depan wajah Jaehyun. Namun, tanpa disangka-sangka dengan cepat Jaehyun menagkap pergelangan tangan Yeri dan menatap lurus gadis itu. Seketika hawa dingin menyergap Yeri, kini rasa gugup berbalik padanya. Yeri melirik layar ponselnya dan suhu udara menunjukkan bahwa suhu kota Daegu tidak sedingin itu.

"Benar, aku vampir."

Perkataan Jaehyun mengalir pelan di telinga Yeri. Sedetik, dua detik, Yeri menantikan Jaehyun mengatakan kalau itu hanya bercanda tapi tidak ada perubahan ekspresi dari wajah pria itu.

"K-kau bercanda kan?" ujar Yeri sambil mengamati wajah Jaehyun berharap ini semua hanya candaan belaka.

Tanpa suara Jaehyun melepaskan pergelangan tangan Yeri, beranjak menuju pantry dan mengambil pisau kecil yang terletak di meja pantry itu. Dengan cepat Jaehyun menggenggam pisau itu. Tidak ada tetesan darah yang mengalir dari telapak tangannya.

"Kau gila! apa yang kau lakukan!" Yeri mendekat dengan panik

Yeri terkesiap begitu melihat goresan luka itu sembuh dalam sekejap. Sejurus kemudian, kedua manik mata mereka bertemu, sorot mata tidak percaya terpancar jelas dari mata Yeri. Tentu saja reaksi itu sama seperti manusia pada umumnya, tapi bedanya alih-alih rasa takut, terselip rasa penasaran yang besar dibaliknya. Sementara itu Jaehyun sedang mempertanyakan alasan dia mengungkapkan identitasnya pada seorang gadis manusia di hadapannya ini. Entahlah, Jaehyun merasa akhir-akhir ini dia seperti bukan dirinya saat bersama gadis ini. Normalnya Jaehyun tidak akan mengungkapkan jati dirinya dengan mudah seperti yang dia lakukan saat ini, tapi dihadapan Yeri dia ingin mengungkapkannya dan tanpa sadar dia ingin gadis itu menerimanya.

The Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang