Hospital

2.8K 178 4
                                    

Sayup sayup kudengar banyak suara, makin lama semakin jelas, suara beberapa orang wanita. Kucoba membuka mata tapi sangat berat, kantuk ini sangat menderaku. Badanku terasa kaku, bahkan jari-jari tanganku juga amat susah untuk digerakkan.

Cukup lama kukumpulkan tenaga untuk membuka mulut, mencoba bersuara namun masih belum juga bisa. Kucoba kembali membuka mata sedikit demi sedikit, tampak cahaya yang terang dan menyilaukan netraku. Penglihatanku masih sangat kabur, kemudian kupejamkan lagi mataku yang terasa berat. Sampai suara itu terdengar sangat nyaring ditelingaku.

"Bagun Tian..... Bangun....., Please bangun"

Suara dari seorang wanita, ya suara ini suara yang tak asing kudengar. Suara yang sangat nyaring, tapi aku biasa merasakan kecemasan dalam suaranya. Kubuka perlahan mataku dan ternyata aku mulai bisa melihat sedikit demi sedikit, tidak sesilau awal.

Ya kulihat perlahan wajah Hana tepat disampingku, berbisik dengan durja yang pucat dan ada tangis kecemasan diwajahnya, ya... wajah sahabat ku.

"Tian Loe udah bangun.... ya ampun Tian, gue cemas banget... Mama tian udah bangun...., Hana panggil dokter dulu ya ma.."

Hana memanggil mama mertuaku dan segera berlari entah kemana. Kulihat samar-samar wajah mama mertuaku mendekat. Tangannya menggenggam tanganku, terasa dingin.

"Tian........ Syukurlah kamu udah sadar...."

Kulihat wajah mama begitu muram dan sembap. Tak lama tampak wanita dengan stelan Jas putih, dua wanita berpakaian perawat dan Hana memasuki ruangan. Dokter dan perawat tersebut segera memeriksaku dengan rentetan prosedur kesehatan. Segera ku elus perutku, dan sekejab teringat pada calon bayiku.

" Dok... Ba..yi...ku.?"

Dengan sangat kuat aku berusaha berucap. Ini adalah suara paling kuat yang aku teriakan. Walaupun terdengar sangat samar.

"Ibu... Alhamdulillah bayi ibu gak kenapa-kenapa, bayi ibu kuat sekali... Ibunya juga harus kuat ya..!"

Suara lembut dokter wanita itu sangat menenangkan hatiku, penjelasan singkat darinya membuatku bisa bernafas lega. Terimakasih Tuhan!

" Tapi ibu harus bedrest ya, ibu harus dirawat dulu.. Jangan banyak pikiran, harus bener-bener istirahat, makan yang bergizi, minum obat ya.. ibu tatiana...."

Dokter tersebut menyebut namaku, yang ia lihat pada map laporan kesehatan berwarna kuning dan mulai mengisi yang banyak bagian dengan balpoint.

"Ya dok... maka..sih dok..."

Tangis bahagiaku pecah jua, aku sangat bahagia, calon bayiku sangat kuat bertahan. Dialah alasanku untuk selalu sabar dalam kesakitanku. Tak lama dokter dan perawat pun pergi meninggalkan ruangan.

"Tian... Surat rawat Loe ntar gua yang urus ya, Loe gak usah mikirin urusan kantor, Loe bener-bener istirahat ya... Gue sayang banget Ama lu nyet...., Jaga calon ponaan gua ya"

Celetukan Hana membuatku tersenyum. Hana memang sangat menyayangiku. Ia akhirnya bercerita panjang lebar, tentang kedatangannya pagi itu untuk menjemputku untuk kembali ketempat kerja. Saat Hana sampai dirumah mama mertuaku, dia mendapatiku digendong Arya memasuki mobil untuk kerumah sakit. Ceritanya yang begitu penuh intonasi, cerita tentang betapa paniknya ia, Arya, mama. Ternyata Aku sudah tidak sadarkan diri selama tiga jam.

Lambat laun kudengar suara daun pintu ruangan terbuka, kulihat Arya masuk dengan wajah muramnya. Hana segera menghentikan ceritanya, ada rasa kaku, rasa sakit menyeruak kembali di hatiku, rasanya aku belum sanggup melihat wajah itu. Hana segera beranjak dari sampingku, dia segera meminta izin untuk kembali kekota tempat kami bekerja.

BAD HUSBANDWhere stories live. Discover now