Ali menghidupkan ponsel Ayla. Wajahnya tetap datar saat ia menyadari penyebab kemarahan dari istrinya itu. Bahkan ia tidak tahu bahwa Karamella melakukan ini padanya, ia benar-benar tidak sadar.

"Aku tidak sadar, Ayla." ucap Ali.

Ayla menggeleng kuat, "aku gak tahu disitu kamu gak sadar atau kelelahan!! Dari kemarin perasaan aku bener-bener gak enak."

Degup jantung Ali berpacu lebih cepat. Namun, ia sangat pandai menutupi kecemasan itu dengan wajah datarnya. Ayla luruh kelantai. Ia tidak dapat menopang tubuhnya lebih lama lagi. Hal itu membuat Ali langsung merengkuh tubuh Ayla.

Ayla memukul dada Ali brutal, "Demi Tuhan! Aku sangat kecewa padamu!!"

Ali memejamkan matanya, "maafkan aku."

Ayla mendorong dada Ali, membuat pelukan itu mengurai, "Tuhan gak kasih aku keturunan apa karena Tuhan gak percaya sama aku atau kamu yang punya kekurangan?"

Plak!

Satu tamparan melayang ke pipi Ayla. Gadis itu tertawa sambil memegang pipinya yang terasa ngilu. Lalu menatap Ali dengan senyuman miringnya.

"Selama ini, kamu tahu sendiri aku selalu cek kesuburanku dan kamu udah lihat hasilnya. Apa selama ini memang benar karenamu?"

Ali menggeleng. Ini bukan Ayla yang ia kenal.

"Jaga ucapanmu, Ayla!" bentak Ali.

Ayla tertawa sinis menyeka darah disudut bibirnya, "apa perlu aku jaga ucapanku ketika suamiku juga tidak bisa menjaga kepercayaanku?"

"Aku memang melakukannya dengan Karamella! Puas kamu?" teriak Ali.

Ayla tertawa getir, air matanya mengalir begitu saja saat mendengar pengakuan Ali, "aku akan bereskan semuanya."

--oOo--

Ayla memberhentikan mobilnya. Ia keluar dari mobil dengan kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya. Wanita cantik itu berjalan melewati gundukan tanah.

Setelah sampai ditujuannya, ia mengusap nisan orang tuanya. Air matanya mengalir begitu saja. Mengingat ia sangat merindukan pada Bella dan Kevin.

"Hai Bunda Ayah." ujar Ayla.

Ia menyeka air matanya, "maaf, Ayla baru kesini lagi."

"Setahun yang lalu, hubungan Ayla dan Ali membaik, bahkan Ayla sangat bahagia. Tapi kenapa sekarang perasaan Ayla rasanya seperti sedang di jatuhkan?"

"Ali mengkhianati Ayla."

Ayla terus menumpahkan keluh kesahnya sambil menangis. Saat Ayla sudah merasa tenang, ia bergegas untuk pulang. Tidak lupa untuk mencium nisan kedua orang tuanya.

Keadaan Ayla sedikit membaik. Setidaknya ia merasa tenang sekarang. Untuk kedepannya, biar ia pikirkan lagi dengan kepala dingin.

--oOo--

Gosip tentang Karamella dan Ali menyebar. Seluruh karyawan dikantornya tahu. Bahkan, Ali sampai memecat tiga karyawan yang sedang membicarakannya.

Ali belum sempat pulang ke rumah. Ia hanya meminta asisten rumahnya untuk membawakan setelan kerja ke kantornya dan membersihkan dirinya di kamar pribadi.

"Apa maumu?" tanya Ali pada gadis depannya.

Karamella sedikit menunduk ditatap Ali begitu dingin, "maafkan saya pak, saya tidak bermaksud membuat kehancuran pada rumah tangga bapak."

"Tidak bermaksud? Dengan cara mengirimkan foto dan video itu, kamu bilang tidak bermaksud?!" bentak Ali. Rahangnya mengeras, tatapan matanya jauh lebih tajam lagi.

Karamella mendongak, memberanikan diri untuk menatap Ali, "walaupun begitu, bapak tetap menikmatinya kan?" tanyanya dengan senyum miringnya.

Satu alis terangkat, "bahkan saya tidak sadar setelah meminum kopi buatan kamu."

Karamella terkekeh pelan, "sengaja saya tambahkan obat tidur."

Dimata Ali, Karamella gadis yang berani, itu yang membuat Karamella terlihat lebih sexy. Gadis cantik itu mampu membuat lelaki terpukau dengan badannya. Kulitnya putih, tinggi, berambut panjang, dan selalu memakai lipstik berwarna merah.

"Kamu, saya pec-

Karamella melangkah mendekati Ali, wajahnya ia dekatkan, "pecat saya? Yakin?" bisiknya dengan suara sensual.

Ali menggeram, "jangan dekati saya!" bentaknya lalu mendorong bahu Karamella sampai ia terjatuh dan kepalanya terbentur pada ujung meja.

Karamella pingsan, Ali yang melihat itu panik. Namun, wajahnya tetap datar. Ia tidak akan mungkin membawa Karamella keluar. Yang ada akan menambah gosip lagi.

Ali menggendong Karamella membawanya pada kamar pribadi. Ia membaringkan tubuh Karamella. Setelah itu ia menelepon dokter untuk segera datang ke kantornya.

Karamella sadar. Gadis cantik itu memanggil Ali, membuat Ali langsung menutup teleponnya, "kamu pusing? Perlu kita ke rumah sakit?" Karamella menggeleng pelan.

Gadis itu berniat untuk bangun namun Ali segera menahan bahu Karamella dengan refleks ia memegang tangan Ali, "berbaring saja." ujar Ali.

Karamella kembali berbaring, pusingnya belum reda.

"Saya minta maaf." ujar Ali tanpa menoleh kearah Karamella.

"Harusnya saya yang minta maaf, pak."

"Memang, tapi saya minta maaf karena sudah mendorong kamu."

Karamella tersenyum, "saya tahu bapak marah."

"Tapi jika seperti ini..." Karamella menarik tangan Ali begitu kuat membuat lelaki itu seperti berada diatas Karamella, "apa bapak masih marah?" tanyanya sambil mengalungkan tangannya dileher Ali.

"Jangan salahkan jika saya bermain kasar!"

Ali langsung menindih Karamella. Ali langsung meraup bibir Karamella dengan kasar. Melumatnya dengan tergesa sampai suara decapan memenuhi kamar itu. Tangan lentik Karamella membuka satu persatu kancing kemeja Ali, sampai lelaki itu membuka kemejanya tanpa melepaskan pangutan bibir mereka.

Ciuman Ali kini turun pada leher Karamella. Ia bahkan meninggalkan jejak disana. Tangannya berusaha melepas kemeja Karamella. Setelah itu, tangannya menyusuri punggung Karamella mencari pengait bra dan membukanya dengan kasar.

Ali meremas payudara sintal milik Karamella. Gadis itu mengerang nikmat. Sampai Ali tidak bisa mengontrol nafsunya dan ia benar-benar membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya.

Karamella tersenyum disela-sela ciumannya, "oke baby, kita aman. Sekarang kamu sudah ada ayah baru." batinnya.

--oOo--

Gimana nih?

Siapa yang makin kesel sama Karamella dan Ali?

Masih ada gak yang berharap Ayla dan Ali tetep bersatu?

Atau ingin cepet-cepet mereka pisah?

Hihihi jgn lupa tinggalin jejak ⭐

I Love U semuanya ❤️

My Cold Husband [COMPLETE]Место, где живут истории. Откройте их для себя