Welcome To Karanganyar

Comincia dall'inizio
                                    

Pemandangannya indah banget, mirip di negeri dongeng. Aku terpesona. Tatapan Kevin juga nggak lepas dari pemandangan di luar sana. Aku tahu dari posisi kepalanya yang tak berubah, selalu menghadap ke depan.

"MasyaaAllah. Ciptaan Allah sungguh indah." Pak Mursid bergumam takjub.

Aku setuju. Allah bisa menciptakan alam semesta seindah ini, apalagi cuma menciptakan anak blasteran ganteng untukku nanti. Bagi Allah itu pasti hal yang sangat mudah. Aku percaya, impian itu pasti akan Allah wujudkan sebentar lagi.

Mendekati maghrib, mobil kami sampai di perbatasan Magetan-Karanganyar.

Mendekati maghrib, mobil kami sampai di perbatasan Magetan-Karanganyar

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Banyak warung berderet di pinggir jalan. Tapi kami putuskan untuk nggak berhenti, soalnya tadi udah makan siang di Madiun. Kalau sekarang kami berhenti untuk sekedar beristirahat atau menikmati pemandangan, kurasa bukan waktu yang tepat. Matahari sudah nggak tampak sejak tadi. Ditambah, hari udah semakin gelap. Kami juga belum tahu pasti di mana rumah mak Atik berada. Bakal repot kalau nyarinya gelap-gelapan gini.

"Mbak Na, apa nggak sebaiknya kita cari penginapan dulu? Kita lanjutkan lagi perjalanannya besok. Ini hampir maghrib, nyari rumah pas matahari gelap, apalagi di gunung gini kok rasanya nggak enak ya, Mbak."

Pak Mursid kayaknya bisa baca pikiranku. Omongannya sama persis dengan yang kupikirkan. Tapi sebelum kujawab pertanyaan itu, aku meminta persetujuan Kevin dulu. Sayangnya, dia nggak setuju.

"Kita sudah sampai sejauh ini, sekalian saja kita cari sekarang rumahnya."

Dasar bule. Dia nggak tahu kalau tersesat di hutan pas malam-malam itu rasanya horor. Tapi emang bule kebanyakan nggak percaya hantu. Mereka terlalu logis sampai berpikir bahwa makhluk astral tak kasat mata itu nggak nyata, cuma bualan. Belum kenalan aja dia sama mbak Keket atau mas Poci.

"Kita nurut bosnya aja deh, Pak. Lanjut ke Ngargoyoso, terus ke desa Berjo." Aku ngasih jawaban ke pak Mursid sesuai dengan keinginan Kevin.

"Ya deh, Mbak." Pak Mursid terpaksa menuruti permintaan Kevin.

Dalam perjalanan menuju Ngargoyoso, aku mencoba menelepon mak Atik untuk tanya detil alamatnya. Tapi lagi-lagi Hpnya nggak aktif. Aku ganti kirim SMS. Dengan harapan, pas ada sinyal nanti, Mak Atik bisa langsung balas SMS-ku.

Sesampainya di desa Berjo, kami nggak tahu harus menuju ke arah mana. Ternyata desa Berjo luas banget. Kucoba bertanya ke penjual pentol yang sedang berhenti di pinggir jalan.

Dia malah balik nanya,"Poniman yang mana, Mbak? Di desa ini ada banyak nama Poniman. Tapi yang saya kenal cuma lima. Poniman tukang bangunan. Poniman penyadap karet. Poniman tukang nasi goreng. Poniman bengkel sepeda motor. Poniman alumunium. Yang mana?"

Baby Bala Bala (Completed)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora