Ketika lift naik, jantungku mulai berdetak kencang. Aku merasa gugup, tanganku berkeringat sampai aku tiba dilantai apartemen Jeon, menarik napas dalam-dalam dan melangkah keluar.

Langkahku teredam karpet saat aku perlahan mendekati pintu. Suasana di lorong begitu sunyi sehingga aku bahkan bisa mendengar detak jantungku sendiri.

Jeon, Tolong jangan membenciku.

Berhenti di depan pintu dengan gugup. Aku sudah terbiasa masuk tanpa mengetuk, tapi sekarang aku tahu bahwa aku telah kehilangan hak istimewa itu sekarang.

Ya Tuhan. Bagaimana jika aku juga kehilangan Jeon?

Perlahan, aku mengangkat tangan, membentuk kepalan pada tangan.

Ayo, lakukan saja!

Menutup mata dengan rapat saat aku mengetku pintu. Tapi tidak ada jawaban dari dalam.

Bagaimana jika resepsionis meneleponnya dan mengatakan bahwa aku datang, dan bagaimana jika Jeon tidak mau bertemu denganku?

Ketika tidak ada jawaban, aku mengabaikan rasa bersalah saat menginvasi privasinya dan menekan kode untuk membuka pintu.

Ya Tuhan, bagaimana jika Jeon mengubah kodenya?

Tapi itu terbuka dengan mudah.

Menelan benjolan di tenggorokan, aku melangkah. Apartemennya sangat gelap dan sunyi. Aku berjalan ke ruang tamu, melewati sofa tempat Jeon suka berbaring dan menyangga kakinya di atas meja. Dalam pikiranku aku melihatnya memalingkan kepalanya untuk menatapku.

"Bagaimana dengan makan malam, Red?"

Hatiku retak. Aku berkedip dan bayangan Jeon pergi. barueumurr hidup, baru kali ini aku merasa sangat menyesal saat mengedipkan mata. Selimut yang ia gunakan untuk menutupiku malam itu bahkan masih ada di lantai.

Apa Jeon belum pulang sama sekali? Dimana dia?

Aku melewati dapur, tersenyum sedih ketika kembali mengingat bagaimana dia memasak makan malam dengan cemberut karena aku menyuruhnya untuk memakai celemek.

"Kentang goreng sudah siap! Aku akan menyebutnya kentang goreng The Amazing Chef Jeon!"

Aku ingat tertawa. Jeon tampak sangat bangga. Dia telah membakar kentang goreng dan itu benar-benar asin, tetapi aku berhasil memakan semuanya.

Aku merindukannya.

Kemudian pada hari itu, kami pergi ke balkon dan belajar untuk ujian, tetapi Jeon adalah tipe yang cepat bosan. Dia mulai bermain dengan rambutku, memutarnya di jarinya dan menggelitik pipiku dengan itu. Ketika aku mengabaikannya, dia akan menarik rambutku pelan agar aku memperhatikannya.

"Ow.... Jeon, itu sakit!" tidak benar-benar sakit sebenarnya, hanya saja aku ingin memprotesnya.

Dia hanya tersenyum padaku dengan nakal. Menangkup wajahku agar aku menghadapnya dan berkata. "Jika kau berkedip, berarti kau menginginkanku."

"Tunggu, tunggu!"

Aku berkedip, dan Jeon tertawa dengan gemas mencubit pipiku.

"Aku tahu itu." katanya, meraih pinggangku dan menarikku untuk duduk di pangkuannya. "Aku tahu kau selalu menginginkanku, Red."

Jeon menahanku agar tidak jatuh dari pangkuannya ketika ia membungkuk untuk meraih bukuku. "Ini, berpura-puralah bahwa aku adalah kursi favoritmu saat kau membaca bukumu."

Aku memelototinya, tapi di dalam aku merasa pusing. Aku telah menatap halaman yang sama selama sepuluh menit sementara Jeon memelukku, meletakkan dagunya di pundakku dan mencium rambutku.

"Aku bertemu seorang teman lama tempo hari. Aku mengatakan padanya bahwa kau adalah kekasihku, dan dia berkata ingin bertemu denganmu."

Aku hanya diam, penasaran dengan teman yang disebutkan Jeon. Pria atau Wanita.

Tersadar, aku mengedipkan mata dengan cepat berusaha menarik diri dari memori yang kembali terlintas. Sekarang aku tau, bahwa temannya yang ingin bertemu denganku adalah Tzuyu. Kejadian itu beberapa minggu sebelum aku bertemu dengannya. Jadi, wanita itu mungkin sudah merencanakannya saat itu.

Membuka pintu kamarnya, dan mendapati kamar itu kosong juga berantakan. Satu hal yang pasti adalah Jeon tidak ada dirumah. Tapi....

Tuzyu baru saja keluar dari lift. Apa Jeon pergi bersamanya? Aku tidak melihat Jeon bersamanya di lobby, dan mobilnya ada di basement. Aku melihat Tzuyu naik taksi, dan jika mereka pergi bersama, Jeon pasti akan member wanita itu tumpangan, bukan?

Keluar dari apartemennya secepat mungkin, setengah berlari untuk segera mencapai tempat parkir. Aku harus bertemu dengan Jeon hari ini.

Chaeng membunyikan klaksonnya ketika ia melihatku yang baru saja sampai di basement. Aku telah mengirim pesan padanya bahwa aku berada di apartemen Jeon. Bersyukur karena dia datang menjemputku.

"Jeon tidak ada di rumah." aku memberitahunya, merasa sedih.

Chaeng mendesah keras. "Masuklah. Detektif Chaeng memiliki semua keterampilan yang kau butuhkan."

Aku tersenyum. Chaeng selalu bisa membuatku merasa lebih baik hanya dengan kalimat-kalimat konyolnya.

🌼🌼🌼

Nana jantungan woy 😭

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nana jantungan woy 😭

Agustus BLACKPINK rilis new single. BTS juga rilis new single.

Oktober mereka juga sama² rilis Album 😭

Semoga aja ArmyBlink ga pada rusuh ya, apalagi masalah viewers Youtube kayak kemaren.

Coba sini absen kalian team beli album atau tim streaming?

Love, Nana ;)

Red  ✔️Where stories live. Discover now