"Bukan suatu kemungkinan kalau bunga ini bisa masuk sendiri ke dalam kaus kaki Harsa, kan?" Pertanyaan Yuno itu direspon anggukan cepat oleh partner wanitanya.

     "Aku yakin, Harsa sengaja meninggalkan pesan ini untuk kita. Lagipula, di sekitar gudang itu aku sama sekali nggak menemukan pohon bunga melati tertanam di sana."

      Disela diskusi serius itu, tahu-tahu terdengar suara ketukan pintu ruangan itu. "Sorry for distrubing you both, but, Pak Yuno, sepertinya kita harus segera membahas kasus ini." Ujar Riza, yang kemudian langsung diiyakan oleh keduanya.

      Ruangan rapat sudah terisi dengan anggota tim yang sudah menunggu ketua tim mereka. Tanpa basa-basi, Yuno langsung membuka rapat dadakan tersebut.

      "Ada beberapa hal yang harus kita cari tau. Mengapa keduanya bisa ditemukan di tempat yang sama, dengan keadaan yang tak jauh berbeda. Juga, apa hubungan keduanya sampai-sampai mereka bisa ditemukan bersama." Buka Yuno.

     Mas Didi tak mau kalah. Beliau juga ikut mengungkapkan sesuatu yang mengganjal di hatinya. "Saya menemukan hal yang tidak biasa dari Mr. Kim." Ujarnya sambil membuka lembaran kertas di hadapannya.
"Mas Didi nemuin apa?" Tanya Lenna sudah tak sabar.

     "Daripada menemukan sesuatu, saya malah tidak menemukan sesuatu yang seharusnya wajar ada bersama Mr. Kim."

     Alis Lenna berkerut, masih tak mengerti dengan penjelasan Mas Didi yang setengah-setengah. Melihat respon seluruh anggota timnya, Mas Didi melanjutkan ucapannya. "Handphone."

      Jari Lenna spontan menjentik. "Benar! Aku pikir, ponsel keduanya sudah dibawa oleh tim penyidik, ternyata memang benar tidak ada."

     "Ada lagi," Kali ini Riza yang berbicara. "Saya tidak menemukan dash cam pada mobil Mr. Kim."

     Yuno mengangguk mengerti. "Sepertinya, pelaku berniat untuk menghilangkan semua jejak pada Mr. Kim dan Harsa yang menyangkut dirinya. Sudah pasti, ada sesuatu yang penting yang hanya terdapat pada ketiga benda itu."

      Ketua tim itu lalu mengambil keputusan, "Kita harus membagi tugas lagi. Mas Dendra, Mas Nicky, dan Alwin, kalian bisa pergi ke rumah Mr. Kim untuk mengambil beberapa keterangan dari pekerja di sana perihal sikap Mr. Kim belakangan ini. Kalau bisa, bawa surat geledah dan periksa setiap sudut rumah Mr. Kim. Mungkin kita bisa mendapatkan sesuatu di sana." Yang ditunjuk mengangguk mengerti, lalu bersiap untuk pergi.

      Lelaki berkebangsaan Korea itu kemudian beralih pada Mas Didi yang juga sudah siap menerima tugas. "Mas Didi, tolong caritahu latar belakang Harsa, juga alamat dan pekerjaannya sekarang. Lelaki itu mungkin sedang menyelidiki sesuatu yang penting, dan berakhir dibunuh seperti itu. Riza, bantu Mas Didi, ya." Mas Didi dan Riza mengangguk.

     Yuno juga memerintahkan tiga anggota lainnya untuk memeriksa riwayat panggilan telepon Mr. Kim selama beberapa bulan terakhir. Sementara Lenna, masih menunggu tugasnya. "Aku? Aku harus apa?" Tanyanya kemudian.

      Yuno menghela nafas. Berat sekali memberikan tugas kepada satu-satunya detektif wanita di timnya itu. Yuno sadar, yang mereka hadapi ini bukanlah penjahat biasa. Seorang Harsa yang sudah terkenal sebagai 'paket lengkap'nya seorang detektif saja bisa dengan mudah dihabisi oleh pembunuh ini, apalagi Lenna yang hanya seorang gadis lemah yang berusaha tegar ini. Yuno benar-benar takut nantinya Lenna kenapa-kenapa.

     "Kamu, Lenna Adira, tetap di sampingku. Apapun yang terjadi, kamu harus terus bersama aku."

*******

      Sementara di tempat lain, seorang lelaki tampan berambut pirang sedang asik membuka folder demi folder yang terdapat pada dua buah handphone yang ia ambil tadi dari kedua korban barunya. Korban yang tidak masuk dalam hitungan korban-korban sebenarnya, karena tidak memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi.

• AMYGDALA ERRORED •Where stories live. Discover now