Kaligrafi Magis

14 3 0
                                    

Tatapan matanya tajam menusuk, tapi tidak dingin, malah ada kesan hangat dan menyiratkan ketegasan. Alisnya sehitam arang. Hidungnya bagai tebing di tepi pantai yang tetap kokoh walau diterpa ombak.  Wajah pualamnya begitu tenang, tapi menghanyutkan.

Tapi diantara semuanya, yang paling membuatku kagum pada sosoknya ialah sikap tenang dan kalemnya itu, yang bagai oase di tengah gersangnya gurun. Adem, sejuk, menentramkan...

Di saat teman-teman cowok yang lain selalu bikin heboh kelas dengan keriuhan 'khas anak cowok', susah diatur dan banyak protes hingga membuat kakak-kakak OSIS kewalahan, atau tanpa jaim tertawa terbahak-bahak saat break and game.. sosok itu hanya tersenyum, tersenyum, dan lagi-lagi cuma tersenyum.

Bahkan sekali dua aku mendapatinya seperti bersembunyi di belakang tubuh temannya setiap kegiatan outdoor, agar tak kelihatan kakak OSIS dan ditunjuk maju ke depan hingga menjadi pusat perhatian.

Dia sangat menutup diri. Disaat yang lain sibuk membuka diri seluas-luasnya pada dunia yang semakin hari semakin bikin gekeng-geleng kepala, dia malah sibuk bersembunyi di balik cangkang. Tapi anehnya, hal itu malah membuatnya terlihat cool dan.. cute.

Aih, dari mana pula aku mendapatkan istilah itu??

Aku mendengus geli mengingatnya. Lalu merasa konyol sendiri. Aku bahkan tak tahu siapa namanya. Kalau ada orang lain yang melihatku saat ini, pasti aku dikira sedang berhalu gaje karena senyum-senyum sendiri.

Hmm.. kalian percaya love at the first sight?

Sebelumnya aku tak pernah percaya kecuali kalau hal itu hanya bisa terjadi di film-film dan di novel-novel. Sampai akhirnya aku menemukan sosoknya di antara sekian banyak murid baru yang sama-sama sedang mengikuti MOPDIK. Lalu perasaan itu tiba-tiba muncul begitu saja.

Saat MOPDIK ini, aku tak seruangan dengannya. Sekolah kami tergolong sekolah berbasis islam yang masih sangat baru. Tapi di tahun ketiga, murid baru yang saat ini masih dalam masa MOPDIK sudah bisa dibagi menjadi dua ruangan.

Meskipun dipisah, tapi ketika kegiatan outdoor kami digabung dan dikumpulkan menjadi satu di lapangan. Dan di situlah aku pertama kali melihat dan memperhatikan sosoknya.

Aku juga tak mengerti kenapa itu bisa terjadi. Baru kali ini aku bertemu orang yang baru pertama kali kulihat dan jantungku langsung bermaraton begitu kencangnya.

*  *  *

Hari terakhir MOPDIK

Sebagai penutupan, hari ini diadakan berbagai lomba antarkelompok lintas ruangan (setiap ruangan ada 5 kelompok) untuk memeriahkan acara MOPDIK ini. Lomba-lomba yang diadakan antara lain lomba kaligrafi, cipta puisi, cipta cerpen, baca puisi, pidato, membuat poster, dan desain batik.

Aku menjadi perwakilan kelompokku untuk lomba cipta cerpen. Setelah ditentukan dan semua anggota kelompok kebagian jatah lomba yang harus diikuti, kami langsung berpencar ke ruangan lomba masing-masing

Waktu yang diberikan hanya 45 menit untuk lomba cipta cerpen. Setelah berjuang merangkai kata demi kata dan kalimat demi kalimat menjadi sebuah cerita yang utuh dan (semoga) menarik, akhirnya aku menjadi orang ketiga terakhir yang keluar ruangan belakangan.

Masih tersisa waktu beberapa menit sebelum kami semua harus berkumpul di lapangan untuk pembacaan hasil lomba sekaligus upacara penutupan. Karena tak tahu mau ke mana, akhirnya aku memutuskan untuk ke ruangan lomba kaligrafi untuk menengok teman sekelompokku yang meminjam pensil warna milikku untuk mengikuti lomba tersebut.

Saat sedang berjalan di koridor menuju ke sana, aku nyariiiis saja menubruk tubuh seseorang. Ini pasti akibat kebiasaanku yang tidak pernah fokus ke depan dan selalu menunduk saat berjalan. Semoga bukan kakak kelas, ringis batinku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Guardian...??Where stories live. Discover now