"Romeo?" panggil Savanna.

Cowok itu menoleh sekilas.

"Apa mereka akan hate aku kalo kita bersama?"

🎬

"Kita mau ke mana?" tanya Savanna.

"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."

Savanna menoleh heran. Lima belas menit lalu mereka baru saja selesai makan siang bersama di salah satu restoran, sedikit privasi karena ini pertama kalinya bagi Savanna makan bersama di tempat umum dengan Romeo. Savanna kira, Romeo akan langsung mengantarkannya pulang. Namun ini bukan jalan menuju rumahnya.

"Ke mana? Emang kamu nggak ada kerjaan habis ini?"

Romeo menoleh sekilas seraya tersenyum kecil, tidak menjawab pertanyaan Savanna.

"Mau ke mana ih? Aku nggak bilang mama kalo mau pergi sama kamu," ujar Savanna cemberut.

Romeo terkekeh. "Nanti kamu juga tau."

Savanna menyipitkan matanya sebal. Astaga, jangan marah dan jangan merajuk, Sava. Dia idola lo! Savanna membatin.

Sekitar satu jam kemudian, Savanna sadar jalan yang mereka lalui menuju arah mana. Sontak saja, Savanna menoleh pada Romeo yang masih menyetir.

"Pantai? Kamu ... mau ajak aku ke pantai?"

"Hmm." Romeo mengangguk singkat. "Kamu suka pantai, 'kan?"

Savana terdiam sesaat. Ia memang menyukai pantai, sangat suka sekali. Saat kecil, Savanna dan keluarganya sering berlibur ke pantai hampir setiap minggu jika ada waktu. Setelah papanya berubah dan memilih wanita lain, Savanna hampir tidak pernah lagi ke pantai dan itu sudah 8 tahun lamanya.

"Va?"

Savanna tersentak ketika Romeo menyentuh tangannya. Ternyata mereka sudah sampai di area pantai seribu dan Romeo sudah memarkirkan mobilnya.

"Ayo," ajak Romeo.

Savanna tersenyum lalu mengangguk. Untuk kali ini, Savanna ingin abai jika saja ada orang yang mengenali Romeo bersama dirinya. Sekarang, Savanna hanya ingin sedikit mengenang kenangan manis saat keluarganya masih utuh.

Dulu, papanya orang yang sangat penyayang. Karena Savanna anak satu-satunya, jadi ia sedikit dimanja. Apa pun keinginannya pasti akan terpenuhi terutama keinginan berlibur ke pantai. Setiap weekend, Savanna selalu ingin liburan ke pantai meski hanya untuk bermain air sebentar lalu pulang lagi dan itu selalu dikabulkan papanya.

Sampai saat ini, Savanna masih tidak mengerti kenapa papanya bisa berubah secepat itu.

Seno, bukan papanya yang penyayang lagi.

"Savanna," panggil Romeo karena Savanna terus saja diam. "Kamu kenapa? Kamu nggak suka aku ajak ke sini? Kamu nggak suka pantai?"

Savanna menggeleng. "Aku cuma lalu nginget kenangan manis sama keluarga aku di pantai," ujarnya. "Dulu aku sering banget ke pantai kalo libur, saat masih ada papa."

"Papa kamu ... udah meninggal?"

Savanna terkekeh seraya menoleh. "Lebih tepatnya ninggalin aku sama mama."

"Dia pasti menyesal udah ninggalin dua orang secantik dan sebaik kalian," ujar Romeo sambil mengeratkan genggamannya pada tangan Savanna.

Savanna menggeleng. "Sayangnya dia nggak seperti itu." Gadis itu tersenyum, melihatkan jika dirinya baik-baik saja tanpa sang papa. "Makasih udah ajak aku ke sini, ya."

Romeo mengangguk lalu menarik Savanna semakin menuju bibir pantai. "Ayo, aku kasih kenangan yang lain."

"Eh, Romeo!" Jerit Savanna ketika kaki mereka menyentuh air, padahal mereka belum melepas sepatu atau menggulung celana.

"Basah!" rengek gadis itu.

"Ini lebih seru!" Romeo tertawa lalu mencipratkan air ke arah Savanna.

"Kamu...!" Savanna cemberut karena wajah dan bajunya sedikit basah, jadi Savanna langsung membalasnya dengan mencipratkan air ke arah Romeo juga.

Untuk beberapa menit, yang mereka lakukan hanya saling mencipratkan air hingga keduanya sama-sama basah. Untung saja barang-barang berharga seperti dompet dan ponsel disimpan di dalam mobil.

"Udah ah, aku capek." Savanna duduk begitu saja di pinggir pantai, membuat celananya yang basah menjadi kotor oleh pasir. "Kamu sih, aku jadi kotor gini, aku kan nggak bawa baju."

"Emang aku bawa?" Romeo terkekeh.

"Tapi makasih ya, aku seneng banget barusan."

"Izinin aku bikin kamu seneng seterusnya, Va," ucap Romeo. "Aku janji bakal bikin kamu bahagia terus."

Savanna menoleh, menatap Romeo lekat.

"Aku sayang sama kamu."

"Tapi aku takut," ucap Savanna langsung. "Aku takut kalo ini cuma sementara. Atau lebih parahnya, ini semua cuma ilusi aku aja."

Romeo mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Savanna. "Ini semua nyata."

"Termasuk perasaan kamu?"

Romeo mengangguk. "Will you be mine?"

Untuk sesaat Savanna terdiam, bingung ingin menjawab seperti apa.

"Lucu ya, aku jatuh cinta sama penggemarku sendiri," ucap Romeo sambil mengelus pipi Savanna.

"Ini beneran, 'kan?"

"Mau aku teriak di sini supaya semua orang di pulau ini tau?"

Savanna terkekeh. "Emang berani?"

"Nantangin nih?" Romeo berdiri namun Savanna langsung menahannya agar Romeo tidak melakukan hal konyol itu.

"Ih, kamu!" Savanna terkekeh namun juga sedikit kesal.

"Jadi gimana? Kamu mau jadi milik aku atau kamu mau aku miliki?"

Gadis itu mengulum senyum. "Emang apa bedanya dari kedua pilihan itu?"

"Nggak ada. Biar kalo kamu jawab, bikin aku senang."

Savanna tertawa. Hari ini—atau lebih tepatnya saat ini, sejak ia menginjakkan kakinya di pantai—Savanna benar-benar senang. Mau seperti apa pun Seno menyakitinya dan sang mama, pantai akan selalu menjadi tempat yang menyenangkan untuk Savanna mengukir kenangan manis.

"Jadi...?"

Rupanya Romeo masih menunggu jawabannya.

"Memang aku punya pilihan lain?" Savanna tersenyum lalu beranjak. "Sekali lagi, makasih ya ..... Sayang," ucapnya sambil menatap Romeo, berbicara pelan pada kata terakhir namun Romeo masih bisa mendengarnya.

🎬

Part ini terinspirasi dari KornIntouch di UWMA. Yang suka Thai pasti tau🙂

Pecah telor akhirnya🤣 lama juga ya, bab 19 baru official🤣🤣

Ayo vote dan komennya. Bantu share juga biar orang2 pada tau kalo ada RomeoSavanna yang uwu uwu gumush🥺🥺

Jangan lupa vote dan komen! Sampai jumpa di bab selanjutnya❤️

Jangan lupa vote dan komen! Sampai jumpa di bab selanjutnya❤️

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
DATING FANМесто, где живут истории. Откройте их для себя