1O. apakah ini akhir dari pertemuan kita?

12.6K 2.4K 1.3K
                                    

Luka cakaran ditangan Junkyu semakin banyak dan melebar. Kulitnya mengelupas parah seperti kulit kentang yang dikupas menggunakan pisau dapur. Air matanya terus menetes membasahi pipi setiap kukunya beraksi mencakar lagi. Dia tidak bisa berhenti, siapapun tolong hentikan ini!

Haruto menoleh menghadap Junghwan, "Hwan, ini gimana? Gue harus apa? Tolong bantu gue!" Raut wajahnya panik dan terlihat mendesak kepada Junghwan agar segera membantunya.

Mulut Junghwan terbuka hendak memberikan instruksi kepada Haruto, namun suara seseorang menghentikannya.

"Kalian gak akan bisa membantu Jun. Ini hukuman buat dia yang masih memaksa untuk hidup. Lebih baik kalian pulang," manik lelaki bersurai cokelat itu beralih melirik Junghwan, "Kamu.... berbahagia lah dengan pemilikmu."

Tentu saja Junghwan menggeleng. Mana bisa ia berbahagia sedangkan seniornya di akademi sihir yang sudah ia anggap sebagai kakak itu menderita bahkan akan pergi.

Junghwan akan menghentikan semua ini. Junkyu harus tetap hidup abadi seperti dirinya.

"Gak. Aku bakal bikin Kak Jun hidup abadi," tegas Junghwan mengangkat dagunya menantang.

Di lain sisi, Jeongwoo terpana akan ketampanan dan ketegasan Junghwan, matanya berbinar-binar membayangkan betapa indahnya jika ia dan Junghwan berpacaran. Ah, indah sekali.

Si surai cokelat tersenyum sinis, "Coba lawan aku." Tangannya kemudian mengeluarkan cahaya biru berupa sengatan listrik ke arah Junghwan.

Tanpa pikir panjang, Junghwan menodongkan tongkatnya pada sekumpulan patung kecil di ruangan itu, "Avifors!"

Sejenak patung-patung itu berubah menjadi sekumpulan burung yang terbang kencang ke arah Tuan, menyerangnya dan mematuknya. Cahaya biru tadi sekejap hangus dan beruntungnya tak berhasil mengenai Junghwan.

Tuan menggeram marah, apa yang ia lakukan kepada Junkyu sama sekali tak ada salahnya. Ia hanya melakukan kewajiban dari atasannya, namun Junghwan begitu keras kepala ingin merubah takdir Junkyu.

Ia menjentikkan jari, ajaibnya burung-burung tersebut berjatuhan dilantai dengan bentuk yang telah kembali menjadi seperti semula, yaitu patung.

Tak mau kalah, si surai cokelat mengeluarkan tornado kecil dari balik telapak tangannya, berlari menghampiri Junghwan dan menyerangnya tepat pada bagian dada.

Junghwan terpental menabrak dinding cukup keras hingga mengeluarkan cairan merah dari mulutnya. Jeongwoo dengan panik berlari mendekat, menangkup wajah Junghwan yang menahan sakit.

Mimik wajah Jeongwoo mengeras, memaksa untuk berbicara namun mulutnya tak bisa terbuka akibat sihir Junghwan yang diberikan padanya sebelumnya.

Lelaki jelmaan boneka sapi itu tersadar dengan apa yang ia lakukan beberapa menit lalu, ia pun mengacungkan tongkatnya ke arah bibir Jeongwoo dan lelaki manis itu berhasil membuka mulutnya bahkan mengeluarkan suaranya kembali.

"Wan? Apa yang bisa gue bantu?"

Benar, Junghwan mana mungkin melawan Tuan dalam kondisi sekarang. Jeongwoo pasti bisa ia andalkan.

"Bawa tongkatku dan serang dia," lirihnya seraya menyodorkan tongkat sihir kepada Jeongwoo.

Pemuda Park itu mengangguk mengerti, walaupun sebenarnya dia tidak tahu menahu cara menggunakan tongkat ini. Ia berdiri, memantapkan tekadnya demi membantu Junghwan.

Matanya menatap nyalang kepada si surai cokelat, ia melirik tongkat digenggamannya, 'gue pasti bisa'.

Jeongwoo mulai mengangkat tongkat dan ia tudingkan ke arah Tuan, "Gue gak takut sama lo. Ayo lawan gue."

A Koala Doll | harukyu ✓Where stories live. Discover now