Saat makan begini, tidak ada yang boleh bicara atau mengganggu mamanya. Jadi sudah bisa dipastikan kalau ruang makan cuma diisi suara denting garpu dan pisau yang beradu dengan piring.

Livy mempercepat kegiatan makannya saat melirik makanan milik mamanya sudah hampir habis. Namun, gadis itu tetap masih kalah cepat, mamanya yang memulai makan lebih dahulu, tentu saja bakal selesai lebih cepat daripada Livy.

"Habiskan makanmu," mamanya berpesan sebelum ia benar-benar beranjak dari tempatnya semula.

Waktu tubuh wanita itu sudah melewati kursi yang diduduki Livy, barulah Livy berani buka suara. "Apa ... Mama tahu lusa hari apa?"

Mamanya mengerutkan kening. Menjawab tanpa berbalik, "Lusa? Sepertinya hari Kamis." Setelah kalimat itu tamat, barulah ia berbalik menghadap sang putri. "Kenapa? Kau ada pertemuan bisnis? Mama akan mengingatkanmu nanti, kau cukup persiapkan diri dengan baik, jangan mengecewakan Papamu."

Senyuman menyedihkan kembali terpatri di wajah Livy selepas mamanya melenggang pergi. Gadis itu menunduk, menatap tangannya yang saling meremat satu sama lain. Di dalam mata gadis itu memang ada sorot kesedihan dan kekecewaan, tapi wajahnya tetap datar seperti biasa.

Livy mengusir jauh-jauh kesedihan yang sempat mampir pada hatinya. Livy ingat, ia tidak boleh sedih atau kelihatan sedih. Mamanya tidak akan suka kalau melihat Livy tidak bahagia setelah menjadi anak keluarga konglomerat yang punya segalanya.

Gadis itu meraih gelas berisi air putih di samping kanannya, menenggaknya hingga tandas, lalu buru-buru beranjak pergi meninggalkan meja makan. Ia tidak boleh telat menghadiri pertemuan atau mamanya akan marah.

-

"Unit jatanras satu, panggilan untuk unit jatanras satu."

Lelaki dengan tanda pengenal bertuliskan 'Inspektur Jeon Wonwoo' itu mengirim sinyal tanda siap pada seseorang yang bicara di walkie talkie.

"Putar balik, ada pencurian di kawasan Mapo," Wonwoo memberi instruksi pada rekan satu tim-nya.

Lee Seokmin-rekan satu tim Wonwoo-menurut pada sang ketua tim, memutar balik arah mobil mereka dan memacu lajunya.

"Astaga, orang gila mana yang mencuri di pagi-pagi seperti ini," Seokmin menggerutu.

"Lebih cepat lagi."

Mobil mereka dipacu makin cepat begitu Wonwoo memberi titah, membelah jalanan yang semula padat. Bagaimana pun, mereka harus cepat sampai di lokasi dan menangkap pencuri itu.

"Aish, sial. Kenapa jalannya ramai sekali? Apa mereka tidak bisa memberi polisi jalan untuk menangkap penjahat?" Seokmin lagi-lagi menggerutu.

Wonwoo membuka kaca jendela, melongokkan kepalanya keluar sedikit. Memang benar, jalanan kelewat padat hingga nyaris mustahil bagi mereka untuk menerobos dengan cepat meski sudah memasang sirene. Wonwoo juga tidak heran, ini masih pagi dan jamnya orang-orang berangkat kerja atau pun sekolah.

Si pemuda Jeon memasukkan kembali kepalanya, menutup kaca jendela mobil. "Apa tidak aja jalur lain?"

Seokmin mendesah lelah. "Astaga, Hyung. Kalau kita mau memutar balik dan cari jalan lain pun percuma. Bergerak saja sulit begini."

Di tengah suasana itu, mendadak sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi dari arah belakang mereka, sukses menyingkirkan beberapa kendaraan yang semula memakan jalan menjadi berdempetan sehingga terbentuk sebuah jalur yang dilewati mobil tadi.

"Hey, dasar orang gila!" Wonwoo dan Seokmin menangkap suara teriakan marah dari mobil di sisi kanan mereka. Namun, sepertinya pemilik mobil tadi tidak perduli dan tetap melajukan mobilnya sambil terus menekan klakson.

"Wah, memang benar kalau pemilik mobil itu gila," Seokmin ikut berkomentar.

"Seokmin-a." Wonwoo menepuk-nepuk paha rekan satu timnya sambil pandangannya terus mengikuti arah mobil itu. "Ayo kita ikuti dia," titahnya.

"Apa? Kenapa?"

Wonwoo menoleh pada Seokmin. "Sudah cepat ikuti saja. Kau mau dapat jalan dan cepat sampai lokasi, tidak?"

Seokmin menurut, cepat-cepat melajukan mobilnya sebelum jalur tadi kembali tertutup oleh mobil lain yang mulai maju mencari celah. Memang cukup sulit untuk membuat celah lagi dan mengikuti jalur yang sebelumnya dilewati mobil tadi, tapi Wonwoo dan Seokmin tetap berhasil ke luar dari deretan kendaraan padat di belakang mereka.

Seokmin menghela napas panjang setelah kembali ke jalanan yang cukup lenggang. "Nanti kita harus berterimakasih pada mobil itu."

Wonwoo mengetuk-ngetukkan jarinya pada kursi. Pandangannya masih belum lepas dari mobil berwarna hitam yang sudah lewat jauh dari hadapannya. "Tidak. Dia harus dilaporkan karena melanggar batas kecepatan dan mengancam nyawa pengemudi lain."

-

Livy memacu laju mobilnya secepat mungkin ketika melihat kendaraan-kendaraan yang padat memenuhi jalan. Tangan kirinya menekan-nekan klakson mobil secara terus-menerus, membuat mobil-mobil di depannya refleks menyingkir dan memberikan jalan.

"Hey, dasar orang gila!"

Kedua telinga Livy dapat menangkap umpatan-umpatan dari pengguna jalan lain. Namun, gadis itu tetap melanjutkan laju mobilnya. Livy tidak punya waktu untuk mendengarkan atau peduli pada pengguna jalan lain-setidaknya untuk saat ini. Ia dikejar waktu karena sebentar lagi pertemuan dengan klien dari Jepang akan segera dilakukan.

Livy tidak mau repot-repot mendengarkan omelan dan umpatan dari pengguna jalan lain yang berujung pada omelan mamanya kalau sampai ia telat.

"Aish, harusnya mereka menyingkir sebelum aku melakukan hal seperti ini." Gadis itu menggerutu sambil terus menekan-nekan klakson mobilnya.

Beberapa kali, Livy hampir menabrak pengguna jalan lain, tapi karena mereka segera menyingkir, jadi tidak ada yang harus terluka.

"Bagus, seperti itu. Menyingkirlah, ratu sedang butuh jalan." Senyuman miring langsung terpatri pada sudut bibirnya.

Waktu mata Livy melirik pada spion, gadis itu mendapati sebuah mobil dengan sirene polisi mengikutinya.

"Apa-apaan? Apa aku akan ditangkap karena menyebabkan kerusuhan?" gumam gadis itu.

Matanya menerawang ke deretan mobil di hadapannya. Tinggal sedikit lagi, Livy bisa bebas dari kemacetan sialan itu. Maka diinjak pedal gas sedalam-dalamnya hingga mobilnya mencapai kecepatan maksimal.

"Selamat tinggal." Senyuman Livy semakin lebar ketika ia sudah berhasil ke luar dari kemacetan. Gadis itu kembali melirik pada spion, masih mendapati mobil polisi tadi berada di belakangnya, tapi dengan jarak yang semakin jauh.

[]

Konfliknya nanti dulu, deh. Btw, Mortala ada trailer-nya, tapi masih di instagram. Cek aja di IG nya sugarluve_

Jangan lupa fhalaw hyung.

𝓶𝓸𝓻𝓽𝓪𝓵𝓪。Where stories live. Discover now