Andis hanya diam dengan seribu kata.

"Bantu aku biar bisa kelihatan lagi kak,"

Andis tak kuasa meneteskan air mata, Anak itu tak sadar bahwa dirinya telah mati. Hal yang wajar ketika seseorang baru saja meninggal, mungkin anak itu belum lama meninggal, ia tak sadar dan menganggap bahwa ia sedang berada di dunia dongeng karena banyak mahluk-mahluk aneh dan di tambah, manusia biasa tak bisa melihatnya.

"Mama sebentar lagi ulang tahun, mungkin kalau Aurel jadi anak baik dan kasih mama hadiah, mama bisa liat Aurel lagi," ucap anak itu.

"Tahun lalu, Aurel sama papa beli hadiah buat mama, tapi pas Aurel pulang ke rumah, mama ga bisa lihat Aurel lagi," sambungnya.

Ya, sebuah kecelakaan dahsyat terjadi, mobil tronton menghantam Aurel dan ayahnya lantaran sopirnya mengantuk. Mereka berdua harus kehilangan nyawa, entah kemana ayahnya sekarang, yang jelas anak ini masih tertahan di dunia.

"Mau beli apa buat mama?" Andis melihat isi dompetnya, jika memang cukup ia akan membantu anak itu membelikan hadiah untuk ibunya.

"Origami," jawab anak itu

"Aku janji mau bikinin mama seratus origami," sambungnya sambil tersenyum.

"Okedeh, ayo kita beli," ucap Andis sambil tersenyum.

Andis segera menuju toko merah yang berada di jalan gejayan untuk membeli kertas origami, Aurel ikut naik duduk di motor Andis. Mereka sampai di toko merah dan Andis membeli kertas origami berwarna warni.

"Nih kertasnya, kapan ulang tahun mama kamu?" tanya Andis.

"Besoook," ucap anak itu.

"Tinggal kita kasih aja besok," jawab Andis enteng.

"Eh dibuat-buat dulu kakak," pinta anak itu.

"Dibentuk?" tanya Andis.

Anak itu mengangguk.

"Kampret, gua ga bisa origami," gumam Andis dalam hati.

Andis segera tancap gas menuju mantra, ia berharap ada teman-temannya yang bisa membantunya perihal berorigami. Sesampainya di sana, mantra sedang full tim dengan Abet dan Karmila, di sana juga ada Varah, Indah, dan Aqilla.

Andis menjelaskan pada mereka semua tentang situasinya, dan mereka setuju membantu Andis. Mereka semua membuat origami bersama-sama.

"Yah Sekar ga bisa bantu," ucap Sekar.

"Sekar nonton aja sama Aurel," balas Andis.

Sekar dan Aurel menonton anak-anak muda itu sedang membuat kerajinan origami.

"Andis payah," ucap Sekar.

"Ahahahahaha," Dirga tertawa. Semua heran melihat Dirga yang tertawa sendiri.

"Kenapa lu pada ngeliatain gua? Andis abis di cengin kuntil anak," ucapnya.

"Di cengin apaan si Andis?" tanya Indah.

"Katanya dia payah," sambil semua melihat origami buatan Andis yang meletot-meletot.

"Kalo gua bisa, gua bikin ini sendirian," ucapnya dongkol.

Semua menertawakan Andis. Mereka semua bergadang untuk menyelesaikan kerajinan origami untuk sang ibu. Dirga melihat Andis yang sangat dekat dengan kedua hantu itu.

"Lu kayak bapaknya Dis, Sekar kayak ibunya, dan itu anak lo," ucap Dirga.

Andis yang sedang fokus tidak mendengar ucapan Dirga. Andis tiba-tiba terpikirkan sebuah ide, ia mohon berpamitan kepada teman-temannya untuk pergi keluar sebentar.

Mantra Coffee ClassicWhere stories live. Discover now