2. Cocokologi

57 5 0
                                    

🌱

Masih dengan mata yang sayu, Kia berusaha mengumpulkan nyawa untuk memulai kembali segala kegiatan yang sejak kemarin sudah ia tinggalkan.

Mulutnya menguap sangat lebar, Kia berusaha mengganti semua oksigen dalam tubuhnya dengan oksigen yang baru. Namun, seketika ia tersadar bahwa kini ia bukan berada di ruang tamu. Melainkan di kamar barunya.

"Ehhh udah bangun, baru mau di bangunin pake cara romantissss"

Kia langsung memutar bola matanya ketika suara bariton itu kini meledeknya.

"Gimana, mimpi apa semalam? Hmmm?"

Pertanyaan Bayu dan kerlingan mata yang ia lempar kepada Kia barusan membuat Kia mengerutkan alisnya dengan sudut bibir yang mengangkat.

"Dihh, lu gak cocok banget Bay begini. Serius dah" Cibir Kia dengan suara khas bangun tidurnya.

"Suara lo seksi juga ya, kalau baru bangun" Ledek Bayu dengan genit.

"Najis. Otak lu kotor banget ya!"

Mendengar balasan itu membuat Bayu tertawa geli. Istrinya ini gampang sekali digoda ternyata.

Celotehan mereka tidak berhenti sampai disitu saja, Kia dan Bayu terus berdebat bahkan sampai mereka sudah berada di perjalanan menuju kantor.

"Gila ya, Oca tahan banget punya pasangan kaya lo! Gue aja udah eneg' banget ngejalanin beberapa hari ini berdua sama lo! Salut banget si gue sama Oca, parahh!!" Kia bertepuk tangan dengan penuh emosi.

Yang di sindir pun malah tertawa bangga. "Oh iyaa jelas dong, kan Oca bangga milikin gue. Baginya gue itu bak pangeran berkuda putih yang tampan nan rupawan juga bijaksana dan selalu dalam kebaikan"

"Idiihhhh, narsis banget lo! Lagian kalau orang yang selalu dalam kebaikan, ga mungkin lah tega ngelakuin pernikahan di belakang pasangannya."

Cibiran Kia semakin menajam, Bayu hanya menanggapinya dengan tertawa selengean.

"Sebenernya pernikahan ini termasuk dalam kebaikan sih. Pertama, kebaikan untuk eyang-eyang dan keluarga kita. Kedua, kebaikan buat gue juga sih untuk lebih tau gimana rasanya 'menikah'. Toh ini kan ga berlangsung lama, jadi segala teori yang gue dapet dari pernikahan ini bisa gue jadikan tolak ukur untuk kehidupan rumah tangga gue dan Oca kedepannya. Bener kan? Bener dong pastinya. Hahahaha"

Sahutan Bayu barusan entah mengapa membuat Kia geram namun Kia hanya bisa diam. Kali ini Kia tidak menyangkal dan tidak juga membenarkan. Entah apa alasannya, Kia merasa bahwa ucapan Bayu terasa menyakitkan.

"Nanti tolong berhenti di halte depan aja."

Bayu yang menyadari suasana canggung ini langsung bertanya kepada Kia. "Lo gapapa kan Ki?"

Kia pun langsung bersikap seolah dirinya baik-baik saja. "Gapapa. Emang lo mikirnya gue kenapa?" Tanya Kia, suaranya terdengar agak bergetar. Bayu pun menyadarinya

"Lo marah ya? Sama ucapan gue yang tadi?" dengan hati-hati Bayu menanyakannya pada Kia.

"Dih ngapain marah dah. Aneh lo" Sungutan itu kembali lagi, namun suaranya tidak semulus biasanya. Kali ini Bayu merasa bahwa Kia tidak baik-baik saja.

"Itu. Lo kok minta di turunin di halte depan? Soalnya dari film Raditya Dika yang gue tonton. Biasanya cewe kalau marah pasti minta di turunin di pinggir jalan, nah kaya lu gini. Lu marah ama gue?" Bayu berucap santai, ia berusaha untuk mengembalikan suasana.

Namun perkataannya malah memperkeruh suasana. Pukulan yang dilayangkan Kia ke kepala Bayu membuat dirinya menyesal berucap barusan.

"Kebanyakan nonton pilem nih bocah! Gue bilangin ya, ga semua cewe begitu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Theatrical MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang