Wisnu dan Javas

7 1 0
                                    

Aku melihatnya berdiri, badannya tegap dengan wajah ramah menyapa penjaga kampus itu membawa buku-buku tebal ditangannya.

Aku ingin memanggilnya untuk bergabung, tapi rasa minder jauh lebih besar.

"Ganteng kan, Kar ?" Lusi menyenggol lenganku dengan senyum maut yang rasanya membuatku malu, Lusi terus memandangi lelaki yang juga aku pandangi. Wisnu memang ganteng, ditambah punya otak yang cerdas semakin menjadi-jadi nilai plus untuknya.

Aku melihat kearah lain, melihat diriku dipantulan kaca ponsel yang mati.

Aku seketika merasa iba pada diriku, lalu aku menatap buku bacaan saat ini yang tertulis 'Fakultas Bahasa dan Seni' itu semakin membuatku iba dengan diriku sendiri.

Bukan hal asing lagi ketika kamu mengambil jurusan Bahasa dan Seni banyak orang di luaran sana yang memandang kamu dengan sebelah mata, banyak orang meremehkan pelajaran bahasa dan seni yang dianggap sangat mudah. Terlebih lagi orang yang mengambil jurusan bahasa Indonesia, mungkin mereka berpikir 'orang Indonesia buat apa belajar bahasa Indonesia lagi?'

Padahal jika mereka tau bagaimana sulitnya mempelajari bahasa itu mulai dari bahasa itu di peroleh, lalu di proses hingga dia keluar menjadi kumpulan huruf yang memiliki arti dan makna. Belum lagi ketika harus menulisnya kedalam tulisan detail titik koma sangat penting agar tak menimbulkan salah persepsi ketika orang lain membacanya, pemilihan kata yang baik dan tepat juga tak kalah penting sehingga ketika seseorang berbicara atau membaca tulisan, bahasa itu akan terlihat indah dan penuh makna.

Mereka yang mengambil jurusan lain, mana tau hal itu ?

Aku bukan membandingkan jurusan lain dengan jurusan bahasa yang aku pilih, tapi menurutku setiap jurusan punya keunggulan dan kesulitannya tersendiri.

Banyak orang Indonesia yang pandai berbahasa Indonesia, tapi tak sedikit yang cuma bisa berbahasa Indonesia tapi dengan aturan yang salah.

Jika kita memahami bahasa Indonesia dan menghargainya kita pasti akan mengetahui ada berapa banyak pembawa acara di TV, petinggi negara yang berpidato masih salah dalam penyusunan kalimat hingga menjadi kalimat yang padu.

Apa orang Indonesia tau atau memerhatikan itu ? Aku rasa jarang, bahkan dari mereka pasti tidak tau.

Kenapa ?

Karena orang Indonesia terlalu bangga dengan bahasa lain hingga lupa dengan bahasa mereka sendiri.

Mendalami bahasa asing tapi lupa mempelajari bahasa sendiri.

Tapi yasudah lah, hidup ini bukan hanya seputaran itu.

Meski kadang hatiku kesal mendengar orang meremehkan jurusan bahasa Indonesia.

"Sekar!"

Lamunanku tentang bahasa buyar seketika ketika mendengar bisikan Lusi yang memekakkan telinga.

Aku memandangnya, tapi dia melirik kearah lain dan aku mengikutinya.

Aku terdiam, melihat Wisnu sudah berdiri didepanku.

"Boleh gue gabung ?" Tanyanya.

Aku bahkan tak berani menjawab, aku hanya melihat Anto dan Lusi.

"Duduk aja bang" sahut Anto.

Wisnu duduk tepat disamping Anto, berhadapan langsung denganku. Rasanya perpustakaan yang memang sudah sunyi semakin menjadi sunyi baginya.

"Anto"

"Wisnu"

Keduanya berjabatan tangan saling berkenalan, diikuti Lusi yang langsung menyodorkan tangannya.

Lost On YouWhere stories live. Discover now