2|Jatuh ke Lumpur

64.8K 10K 3.6K
                                    

Kalian baca cerita ini jam berapa aja nih?

"Meskipun mereka tidak menganggapmu ada, bagiku kamu selalu nyata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Meskipun mereka tidak menganggapmu ada, bagiku kamu selalu nyata."

🍂

Argi memarkir sepedanya di depan toko bunga milik bibinya, Sonia Florist. Langsung saja masuk ke dalam toko, menundukkan kepala sopan menghampiri bibinya di meja kasir.

Sonia memicingkan matanya. "Kenapa kotor gitu?"

Argi menatap seragamnya yang kotor karena ulah geng Kazama tadi pagi. Lalu menyengir. "Tadi pagi—"

"Terserah deh." Sonia mengibaskan tangannya, memilih tidak peduli. "Lama banget kamu pulangnya. Ini pesanan bucket bunga udah banyak, nggak ada yang anterin."

Argi menundukkan kepalanya memohon maaf. "Maaf, bi."

"Tadi ibu kamu datang," ungkap Sonia memberi tahu seraya mengambil kertas dan menyalin sesuatu.

Mendengar itu Argi seketika semringah. "Ibu datang? Udah lama pulangnya?"

Sonia berdeham. "Dia cuma nyuruh saya ingetin kamu supaya jangan pernah ke rumahnya lagi."

Argi menurunkan sudut bibirnya. Sebegitu bencinya kah ibunya dengan dirinya?

Tidak, Argi tidak boleh berpikir begitu. Mungkin ibunya hanya tidak ingin ada masalah di keluarga barunya jika dia datang. Kalau begitu, Argi akan berkunjung hanya jika ibunya mengizinkan. Untuk saat ini Argi menuruti perintah ibunya saja untuk tidak melihat ibunya dulu.

"Iya, bi."

"Tuh, liat. Ibu kamu aja menelantarkan kamu. Membuang kamu. Seharusnya kamu bersyukur saya masih mau menerima kamu," ujar Sonia seraya menyodorkan kertas pada Argi.

"Ini daftar pesanan sama alamat yang harus kamu antar. Cepet diantar. Saya nggak mau ya sampai ada pelanggan yang ngeluh gara-gara kamu lama."

Argi menatap isi kertas itu dan mengangguk. Mengambil dan menyusun bunga-bunga sesuai besar buket yang telah dipesan. Sonia Florist menjual bunga-bunga asli yang dikirim dari desa oleh petani bunga langganannya. Semua bunganya diberi baskom di ujung tangkainya agar tetap segar dan tidak rusak.

Biasanya, Argi mengantar bunga dengan sepeda. Bibinya punya motor, mobil juga bahkan. Tapi semua itu milik bibinya, Argi tidak pernah diizinkan memakai itu untuk mengantar bunga. Dipinjamkan sepeda ontel nan lusuh saja Argi sudah bersyukur.

Mungkin orang lain menganggapnya aneh. Laki-laki tapi mengantar bunga, mungkin itu arti tatapan orang-orang saat melihatnya. Tapi Argi tidak begitu menggubris, mendengar komentar orang lain itu tidak akan ada habisnya. Kalau Argi terus memikirkan pendapat orang lain, Argi tidak bisa bertahan hidup.

Orang lain hanya memberinya komentar, tapi tidak memberinya makan. Benar kan?

Argi tersentak saat sebuah motor tiba-tiba mendempet ke arah sepedanya. Pengendaranya sedang tidak fokus, memainkan ponsel. Alhasil handle rem pengendara motor itu menyangkut di batang penghubung rem sepeda Argi. Keduanya spontan membelakkan matanya sama-sama kaget, si pengendara motor berteriak. Keduanya oleng, lantas sama-sama refleks tertuju ke tepi jalan.

Gemitir✔️Where stories live. Discover now