'ARRAYAN; 4

38 4 7
                                        


Selamat membaca!

Sayang kalian 😚

-°0°-

Mungkin tuhan sudah mengirim sang penolong untuk
Arrayan Velintino.

-°0°-


SMA NUSANTARA.

Zira berdiri menatap sekolah barunya ini. Sangat besar mungkin perbandingan sekolah lama dia yang diBandung dan Sma Nusantara 1:3. Tumbuh-tumbuhan juga mengelilingi sekolah ini sehingga udaranya segar sama seperti diBandung, padahal ini diJakarta dengan polusi yang sangat lebat.

Zira berpikir bagaimana nanti dia akan mendapatkan teman sedangkan Zira itu orang tidak pandai bersosialisasi. Disekolah lamanya dulu juga dia hanya ada 1 teman cewek dan yang lainnya cowok semua. Percayalah, berteman dengan cowok itu lebih menyenangkan daripada berteman dengan cewek.

Menghela nafas, Zira melihat jam tangan berwarna hitam yang ada ditangan kirinya, 15 menit lagi pasti akan bel. Zira melihat sekeliling, sial dimana kantornya? Bangunan disini sangatlah banyak apalagi ini sampai ada tiga lantai. Zira mulai mendekati salah satu siswa yang masih duduk dimotor.

"Permisi, ruang guru dimana ya?" tanya Zira sopan.

Dia menoleh kearah Zira dan matanya melihat keatas sampai bawah memperhatikan penampilan Zira dengan senyum licik, "oh, murid baru ya? Lo ngikutin jalan yang disebelah kanan aja paling belakang ruang guru tuh." jawabnya menunjuk jalan sebelah kanan Zira.

Zira mengangguk paham, dia menoleh yang ditunjuk siswa itu, dia cukup ragu masa ruang guru adanya dipaling belangkang? Kan bisanya ruang guru itu adanya didepan atau ngak ditengah-tengah. Namun, Zira segera menepis pikiran itu, mungkin karena kebanyakan bangunan jadi ruang guru ditempatkan paling belakang.

"Makasih ya, permisi." ucap Zira lalu pergi melangkahkan kakinya.

Para murid menatap Zira dengan tatapan yang berbeda-beda, Aishh ada apa sih ini? Kenapa semua orang menatap Zira seperti itu? Apakah karena dia murid baru? Hmm Zira tidak peduli, dia terus menatap kedepan dengan dagu yang dinaikkan sedikit.

"Iya tau gue emang cantik makannya diliatin." batin Zira dengan kekehannya.

Zira sudah melewati sekitar 4 bangunan, namun tidak sampai-sampai seprti tidak ada ujungnya. Kakinya mulai merasa capek, dia sudah berjalan terlalu lama padahal Zira sangat ogah-ogahan jika harus berjalan kaki. Kapan sampainya astaga.

BRAK

Zira meringis, kepalanya baru saja menghantam seseorang yang berbadan kekar. Untung saja dia dapat menyeimbangkan tubuhnya hingga tidak terjatuh. Ditatapnya orang itu, waw sangat tampan. Zira menggeleng menyadarkan dirinya, dia ini selalu saja seperti ini ketika berhadapan dengan cogan.

"So-sory, lo ngak papa kan?" ucapnya menatap Zira.

"Iya, gue ngak papa kok."

"Lo--"

"BAMS! Lo kok minta maaf sama dia sih!" teriak seseorang yang Zira tebak dia adalah teman dari cowok yang ada dihadapannya ini.

Zira mencibir. Orang minta maaf kok ngak dibolehin.

Dia meninggalkan Zira setelah temannya memanggil. Cewek dengan rambut dikucir itu lalu melanjutkan langkahnya terus menerus dengan menatap kedepan tanpa menengok sama sekali. Kakinya mulai terasa sakit. Zira berhenti sejenak memijit kakinya.

ARRAYAN (on going) Where stories live. Discover now