Kunimi Akira ➵ Lazybones Love Story

7.3K 778 279
                                    

Suatu percobaan yang mantap
Reader POV
I hope you like it

Aku tahu, Kunimi adalah orang yang tidak suka membuang-buang tenaga untuk hal-hal yang tidak perlu, ya sebut saja mageran. Dengan mata sayunya itu dan kuapan berkali-kali saat pelajaran di kelas, melekat sudah kata 'malas' yang melabeli tubuhnya.

Aku juga tahu dengan sifat pemalasnya itu, ia pasti sangat benci jika ada seseorang yang memaksanya untuk lebih bertenaga. Aku tidak akan pernah melupakan tatapan benci yang ia uarkan saat guru olahraga menyuruhnya untuk mengerahkan kemampuan yang ada saat penilaian lari.

Aku juga tahu bahwa aku dan Kunimi itu sangat berbeda. Aku akan mengerahkan segenap kemampuanku untuk hal-hal apapun. Berteriak-teriak, melepaskan emosi yang tak tertahan. Mulut yang tak akan berhenti membacot karena selalu menemukan hal-hal yang menarik untuk dibahas. Bergerak ke sana kemari karena penasaran. Tubuhku telah diracik oleh Tuhan untuk hiperaktif dan berapi-api.

Dengan begitu, kami berdua adalah minyak dan air yang mustahil bersatu. Aku dengan duniaku dan Kunimi dengan dunianya itu bagaikan kutub utara dan kutub selatan.

Namun, saat aku melihat Kunimi yang begitu mengerahkan tenaganya di pertandingan voli melawan Karasuno, rela berlari sampai menjatuhkan diri untuk menyelamatkan bola yang dirasa mustahil untuk diterima, saat itulah ... aku melihat pesona dari pemuda itu.

Ia bagaikan pahlawan kesiangan, seluruh kemampuannya ia kerahkan di saat-saat terakhir demi menyelamatkan tim. Itu sangatlah keren dan aku mengaguminya.

Sejak saat itu, diriku yang hiperaktif ini jatuh suka kepada si pemalas Kunimi.

Aku tahu sifat kami sangatlah berbeda, mustahil untuk bersama. Walaupun begitu, setidaknya aku ingin berjuang memuluskan kisah cinta masa SMA-ku. Aku juga ingin membuktikan sebuah rumor bahwa pasangan yang berbeda sifat itu sangatlah ideal karena saling melengkapi satu sama lain.

Ya, dimulailah kisah asmaraku dengan si mata sayu.

*******

"KUNIMIII!!! AYO KE KANTIINN!!!"

Aku teriak-teriak bagaikan toa, tangan berusaha menarik lengan baju Kunimi. Pemuda itu sedang menidurkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan sebagai bantal. Kepala yang tadinya menunduk itu bergerak perlahan ke arahku. Dengan mata sayu, dia berujar dengan nada super duper lesu.

"Tidak mau. Sendirian ke kantin, kan bisa? Ngapain ngajak aku?"

"Tapi kan kamu punya hutang roti yakisoba ke aku! Ingat, yang kemarin itu!"

"Bukannya kamu yang tiba-tiba ngasih ke aku? Aku kan tidak minta."

"Itu karena kamu belum makan apa-apa padahal aktivitas klub voli mau dimulai. Emangnya kamu tidak butuh tenaga setelah seharian belum makan apa-apa? Bersyukur sedikit karena sudah kupedulikan!"

"Kalau peduli dan memang ikhlas ngasih, kenapa sekarang malah nganggep itu hutang?"

Tanganku masih menarik-narik lengan seragamnya. Kunimi masih mempertahankan posisinya.

"Itu karena aku meninggalkan dompetku di kamar! Aku lapar dan aku butuh makanan!"

"Ya, sudah ini."

Kunimi menyodorkan beberapa yen di atas meja. Aku terdiam sejenak menatap uang itu lalu tanpa sadar alisku tertekuk.

"Kunimi tidak gentle! Kalau begini kesannya kan aku malak kamu! Ayo ikut ke kantin juga biar kamu terbiasa berjalan! Habis ini pelajaran olahraga, kamu juga harus mengisi tenaga, ayo makan bareng di kantin!"

Halu Haikyu!! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang