"Bagus deh. Awas aja lo sembunyiin sesuatu dari gue! Gue bilangin ke mama papa baru tau rasa!" ancam Adit.

Reina menghela nafasnya kasar, dasar tukang ngadu. Reina bersyukur, abangnya yang satu ini tidak menanyakan lagi. Jika tidak, bisa mati Reina mencari alasan lagi.

"Bang, nanti malam temanin gue diacara prom night, ya," ajak Reina.

"Ogah gue, ajak aja sana pacar lo!"

Reina pergi meninggalkan Adit di kamarnya sendiri.

Adit yang melihat Reina pergi pun mengikuti dari belakang. Ia tau, pasti adiknya sedang mode ngambek. "Kenapa gak ngajak Farhan sih?"

Reina meminum air putih yang ia ambil dari kulkas. "Dia kan lagi di London."

"Jadi lo mau ngurusin perusahaan papa yang di London itu karena mau dekat sama dia? Wahh parah lo, masa gak ikhlas ngurusin perusahaan papa?!" saut Adit semangat.

"Apaan sih lo, mana ada. Orang gue udah putus sama dia," jawab Reina yang langsung membuat Adit terkejut.

"Kok bisa? Pasti dia yang mutusin! Eh tapi gak mungkin Farhan yang mutusin, gue masih ingat banget gimana perjuangan dia dapati lo." Adit menerawang apa yang dulu pernah Farhan lakukan untuk mendapatkan adiknya.

"Dia dijodohkan," ucap Reina kemudian duduk di ruang tamu.

"Jadi, lo yang mutusin?"

Reina mengangguk sebagai jawaban, toh memang dia yang mutusin.

"Lo udah yakin sama keputusan yang lo ambil?"

Reina tak mampu menjawab pertanyaan itu. Bibirnya terasa kelu hanya untuk menjawab, pikirannya pun kembali pada masa saat Farhan berjuang demi dirinya. Apa ia seegois ini? Tapi yang ia lakukan juga demi orang tua Farhan.

"Gue gak mau egois, Bang!"

"Gue bicara bukan sebagai abang lo, tapi gue bicara sebagai seorang cowok yang lagi jatuh cinta sama seorang cewek. Lo pernah mikirin perasaan Farhan juga gak, sih? Dan ... apa lo siap, ngeliat Farhan bersanding dengan cewek itu?"

Reina menggeleng tegas." Gue gak siap! Gue gak bisa lepasin Farhan sama yang lain. Gue sayang sama dia! Tapi gue gak bisa maksaain keadaan, Bang!"

Reina pun bangkit menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Reina langsung menghempaskan tubuhnya dikasur dan menangis sejadi-jadinya.

Kenapa takdir seolah jahat pada dirinya. Apa enggak bisa buat hidupnya bahagia sebentar saja? Apa dirinya gak pantas buat bahagia?

***

Suasana di suatu ruangan tampak tegang. Pasalnya hari ini adalah penentuan siapa yang akan memenangkan tender ini. Farhan bersikap tenang, tapi siapa sangka jika dirinya juga takut jika tidak dapat memenangkan tender ini.

"Saya mengucapkan terimakasih banyak kepada semua yang sudah bekerja keras agar memenangkan tender ini. Tapi, saya harus memilih salah satu diantara kalian semua—," orang tersebut menatap orang-orang yang ada diruangan itu. "Selamat buat, Pak Farhan. Saya memutuskan untuk berkerja sama dengan anda. Semoga keputusan saya ini tidak salah."

Orang itu berdiri dan menghampiri Farhan, tangannya terulur untuk berjabat tangan dan langsung disambut dengan ramah oleh Farhan.

"Terimakasih banyak sudah memilih saya sebagai partner, Bapak. Semoga saya tidak membuat Bapak kecewa."

Rapat yang berjalan kurang dari dua jam itupun telah selesai. Farhan keluar dari ruangan itu dengan senyum yang tak pudar. Hingga salah satu staf perusahaannya menyapa dirinya.

"Selamat pagi, Pak,"

"Pagi, Put."

"Kelihatannya lagi senang banget, nih, Pak?" tanya Putra saat melihat bosnya tak henti tersenyum.

"Akhirnya perusahaan papa bisa kembali seperti semula, Put. Saya baru memenangkan tender itu," jawab Farhan bersemangat.

"Alhamdulillah." Putra ikut senang melihat perusahaan tempat ia bekerja akan kembali seperti semula.

"Yaudah, saya pamit keruangan saya dulu," ucapnya kemudian berlalu.

Farhan mengecek ponsel yang ia matikan sejak pagi tadi. Saat sampai di kantor, Farhan langsung mematikan ponselnya karena ingin fokus. Sejak semalam juga ia tak ada membuka ponselnya.

Saat ia membuka aplikasi WhatsApp, nama Reina tertera paling atas. Dan di bawahnya ada pesan dari Kesya dan Adit, abangnya Reina.

Farhan mengerutkan keningnya saat ia melihat pesan dari abang mantan kekasihnya itu. Ia bergegas membuka pesan itu.

Bang Adit
Gue harap lo bisa selesaikan masalah ini secepatnya.
Gue kasih waktu sampai besok,
Kalau besok gue gak dapat kabar soal hubungan lo sama adek gue!
Jangan harap lo bakal ketemu sama dia lagi!

Farhan mematung ditempatnya, ponselnya ia genggam erat.

Me
InsyaAllah gue bakal selesaikan semuanya malam ini juga, bang.

Farhan kemudian membuka pesan dari Kesya.

Kesya
Gue minta maaf udah peluk lo gitu aja waktu di bandara.
Gue beneran gak tau kalau ada Reina di situ.

Me
Gak papa kok
Btw gimana lo sama dia?

Kesya
Gue gak tau, Han.
Dia udah balik ke surabaya

Me
Kalau jodoh pasti ketemu lagi kok

Farhan beralih ke room chat Reina. Terdapat beberapa panggilan dari gadisnya. Farhan senang jika Reina menghubungi dirinya. Semoga ini sesuai apa yang ia pikirkan.

Tangannya bergerak untuk mengirim pesan kepada Reina.

Me
Faan kangen, Rei
Ada apa nelpon Faan?
Hei, do you miss me?

TBC

udah mau ending nihh, maunya sad apa happy? Jujur, aku gak tau ini dapat apa enggak pesannya ke kalian. Karena aku juga nulisnya sehari ngebut, apalagi keadaan aku yang juga kerja.

Dan aku mau minta maaf juga kalau beberapa hari yang lalu sempat gak up, karena aku mau UTBK. Pejuang UTBK pasti tau kan gimana kita harus fokus buat dapat hasil yang memuaskan? Itu sebabnya aku fokus buat ujian dulu. Ya, walaupun aku gak belajar" amat hehe.

Windystory11

Long Distance RelationshipWhere stories live. Discover now