Farhan melihat sekelilingnya. "Saya akan pergi ke Jakarta malam ini juga, karna saya harus berangkat ke London besok paginya. Saya harap kamu bisa jaga papa kamu dengan baik. Satu lagi ...," Farhan menatap mata Intan tajam. "Jangan coba-coba untuk membantah apa yang sudah saya katakan sama kamu semalam!" Peringat Farhan mengingat ucapannya semalam tentang kegiatan gadis itu.

"Terimakasih banyak sudah membantu keluarga Intan, terimakasih juga sudah membawa papa berobat. Intan janji enggak akan kerja lagi." Intan ragu untuk melanjutkan perkataannya.

Farhan yang melihat Intan berhenti berbicara menaikkan alisnya satu. "Katakanlah!"

"Kalau Intan gak bantu ibu kantin, enggak jualan koran lagi. Bagaimana Intan dan papa bisa bertahan hidup, sementara papa harus menjalani kemoterapi?" akhirnya ia mengeluarkan apa yang ia tahan sejak tadi.

Farhan terkekeh ditempatnya. "Semua biaya pengobatan papa kamu sudah saya bayar. Kamu cuman perlu membawa papa kamu kerumah sakit yang sudah saya katakan tadi. Soal biaya hidup kamu, saya yang akan menanggung semuanya." Farhan menatap orang kepercayaannya.

"Bagaimana?"

"Sebentar lagi mereka akan sampai, Tuan." Tepat saat itu juga, suara mobil mengalihkan perhatian Farhan. Ia pun bergegas keluar untuk melihat apa yang ia tunggu.

Intan yang melihat Farhan dan yang lainnya keluar pun ikut keluar, ia penasaran apa yang terjadi di luar sana.

Intan menatap dua kendaraan di depannya dengan pandangan heran.

"Ini semua punya kamu, saya belik 'kan kamu motor buat pergi ke sekolah. Itu mesin cuci buat kamu nyuci biar enggak terlalu lelah kalau nyuci sehabis pulang sekolah," ucap Farhan saat melihat Intan yang diam dengan wajah bingungnya.

"Saya harap ini bisa membantu kamu, dan maaf saya harus pergi dari sini," ucap Farhan. Sebenarnya ia tak tega meninggalkan Intan di sini sendirian mengurus papanya. Namun membawanya ke London juga bukan pilihan yang tepat. Apalagi Hando yang notabennya orang yang sudah merusak perusahaan papanya hingga di ambang batas bangkrut.

Farhan akan mencari jalan keluarnya, mungkin ia akan membawa gadis ini ke Jakarta. Karena Farhan berniat menetap kembali di Jakarta setelah ia menyelesaikan tugasnya di London. Dan tentunya ketika perusahaan papanya sudah kembali stabil.

Aldi - salah satu orang kepercayaan Farhan berjalan mendekatinya dan membisik 'kan sesuatu. Farhan pun mengangguk dan bersiap untuk pamit dengan Intan.

"Saya harus berangkat sekarang, ucapkan salam saya sama papa kamu ketika beliau sudah bangun. Sekali lagi, maaf saya harus pergi sekarang juga." Farhan pamit dari rumah Intan.

Mereka semua lantas bergerak menuju bandara Kuala Namo. Sesampainya di sana mereka langsung memasuki area pesawat.

Semuanya di luar dugaan Farhan, malam ini juga dia langsung mengambil penerbangan menuju London. Karena jadwal meeting mereka dimajukan besok pagi.

Farhan pun merebahkan tubuhnya yang sudah kelelahan di kursi penumpang yang ia pesan. Beberapa hari ini ia tidak tidur nyenyak memikirkan masalah yang belum ia selesaikan. Tapi Farhan bersyukur, setidaknya masalah Hando sudah ia selesaikan walau pada akhirnya tidak membuah 'kan hasil yang ia harapkan.

Farhan pun terlelap dalam tidurnya.

***

"Mau sampai kapan lo gini terus? Tiap malam nangis dengan keadaan yang lo pilih. Seharusnya lo dengarkan dulu penjelasan dia, bukan malah pergi gitu aja!"

Reina mengelap ingusnya kembali, tisu berceceran dimana-mana. Hidungnya bahkan sudah merah dengan muka sembab.

"Gue kecewa sama dia, Ndah. Kenapa dia gak cerita semuanya sama gue dari awal! Kenapa dia gak terbuka sama gue?" aku Reina.

"Gue juga gak mau egois, Ndah. Gue gak mau dia batalin perhodohan itu cuma karena gue. Gue cuma cewek yang baru dikenalnya beberapa tahun. Sedangkan bunda, bunda orang yang ngelahirkan dia kedunia ini." lanjut Reina.

"Lo tau, Farhan itu sayang banget sama lo. Kesya ... bahkan lo gak tau kan? Angga itu cinta pertamanya kesya. Dan sampai saat ini angga masih jadi penghuni hatinya. Dan angga datang ke hadapan lo itu untuk minta maaf sama apa yang udah dia lakukan ke lo. Jadi gak mungkin kesya sama Farhan tunangan kalau mereka gak saling cinta. Itu akan menyakitin hati mereka masing-masing. Seharusnya lo dukung Farhan bukan malah jauhin dia!" Indah pun bangkit dari duduknya. Lama-lama ia jenuh sendiri menasihati Reina.

Reina terkejut mendengar penuturan Indah barusan. Jadi, Kesya dan Angga saling cinta?

"Di sini itu lo udah egosi, Rei. Lo mentingin diri lo sendiri! Lo gak mikirin gimana perasaan Farhan. Apa lo siap buat kehilangan dia selamanya? Lo pikirin lagi semuanya baik-baik!"

Reina terdiam di tempat. Apa ia egois? Selama ini ia hanya memikirkan bagaimana kemungkinan-kemungkinan yang belum terjadi. Reina harus memberi kabar kepada Farhan untuk meminta maaf atas keegoisannya.

Tbc

Terimakasih sudah mampir dilapak ini. Maaf jika masih ada typo ada kesalahan dalam menulis. Jangan lupa vote dan komentarnya, ya.

Windystory11

Long Distance RelationshipWhere stories live. Discover now