Memang manusia berhati iblis.

Terkadang, Ryan merasa kasihan kepada mereka bertiga sampai mau mempermainkan manusia hingga mempunyai niatan bunuh diri. Bahkan kemarin Ryan bilang ingin mengakhiri hidupnya, namun mereka tidak menghalanginya melainkan malah sangat memperbolehkan Ryan pergi.

Sebenci itukah mereka kepada Ryan? Tapi apa alasannya?

"Lo tau kenapa kita dateng pagi-pagi?" tanya Bams. Dia mulai menyeringai. Ryan menggeleng pelan sebagai jawaban. "Karena kita mau ngeryaiin kematian lo! DAN KARENA LO MASIH HIDUP, KITA NGAK JADI NGERYAIIN BANGSAT!" Bams memukul wajah Ryan dengan keras hingga dia jatuh dari kursinya.

Astaga, orang seperti apa yang akan merayakan kematian orang lain? Setidaknya dibacaiin Yasin dan tahlil, ini malah mau ngerayaiin? Benar-benar tidak punya hati nurani.

Oke fiks, mereka akan masuk neraka melalui jalur prestasi.

"Ardi, Dareen bawa dia kegudang belakang sekolah!" perintah Bams, dia sangat marah kepada siculun ini. Bisa-bisanya dia masih hidup.

Mendengar perintah dari sang ketua, Ardi dan Dareen langsung menarik tubuh Ryan yang terjatuh. Bams, dia berjalan lebih dulu didepan dengan Ardi dan Dareen dibelakang yang sedang menyeret tubuh Ryan dengan kasar.

Beberapa kali Ryan meronta, semakin kencang genggaman Ardi dan Dareen di lengan kanan dan kirinya. "LEPASIN! LEPASIN GUE! ATAU GUE LAPOR KALIAN!"

Bams berhenti melangkah. Cowok bertindik itu menoleh kebelakang lalu mendekati Ryan yang melemas. "Lo mau lapor ke siapa pun percuma, mending lo diem daripada semakin menderita." Bams tersenyum, dia memutar tubuhnya lagi dan berjalan menuju gudang.

"GUE PUNYA SALAH APA KE KALIAN? KENAPA SELALU GUE YANG JADI INCARAN? GUE MAU HIDUP TENANG! ASAL KALIAN TAU, GUE CAPEK! KA--"

PLAK

BUGH

Ardi dan Dareen menampar dan menendang Ryan dengan keras hingga dia jatuh tersungkur. "Bisa diem ngak sih lo? Berisik tau ngak!" bentak Dareen emosi.

"Gu--"

BUGH

Ardi menendang perut Ryan, "sekali lagi lo ngomong, mati lo disini!"

"Ta--"

BUGH

Kini Bams lah yang menendang kepala Ryan sampai terbentur keras mengenai lantai hingga kepalanya mengeluarkan cairan berwarna merah.

Ryan meringis. Sakit sekali rasanya, kepalanya mulai pusing. Ryan menatap sekelilingnya, dia mengerjap beberapa kali, pandangannya memburam dan--seketika semuanya berwarna hitam.

-°0°-

Ryan membuka matanya. Dia memegang kepala yang terasa nyeri. Betapa terkejutnya dia ketika tangan yang habis memegang kepala itu terdapat banyak darah.

Dia baru tersadar, dilihat sekeliling yang sangat gelap, pengap dan kotor. Sial, geng 'iblis itu telah mengurungnya digudang belakang sekolah ini.

Ryan mencoba berdiri, Arggh rasanya kepala ini sangatlah sakit. Namun, Ryan menahannya dia harus mencari jalan keluar walaupun hanya sedikit kemungkinan dia bisa keluar karena tempat ini tidak pernah didatangi oleh siapapun karena yang Ryan dengar tempat ini dihuni oleh 'makhluk halus.

Kalian jangan berpikir Ryan takut hantu, tidak sama sekali. Ryan tidak takut dengan hantu, karena mereka itu tidak membunuh.

Ryan menggebrak-gebrak pintunya dengan berteriak minta tolong. Sial, kepalanya semakin pusing dan-- apa ini? Kenapa darah dari kepalanya semakin banyak? Ryan merogoh sakunya mencoba mencari ponsel namun, nihil. Mungkin para geng 'iblis itu telah mengambilnya.

Mata Ryan menyelusuri tempat ini, terdapat jendela kecil yang berada paling atas. Dia tidak mungkin tidak bisa memanjat dan saya sepertinya jendela itu tidak muat jika tubuh Ryan keluar.

"SESEORANG TOLONGIN GUE!"

"GUE MOHON,"

"BUKA PINTUNYA!"

Pasrah. Tidak mungkin ada orang yang menolongnya ditempat seperti ini. Tubuh Ryan mulai melemas, tubuhnya kini bersender dipintu dan terduduk karena tidak kuat untuk berdiri lagi.

"Kalau ada orang yang nolongin gue, gue akan turuti semua permintaan dia."

"HALO? APA ADA ORANG?" suara seseorang dari balik pintu lantas langsung membuat Ryan berdiri dengan sekuat tenaga.

Ryan menggedor-gedor pintu, "IYA, TOLONG GUE KEKUNCI!"

"LO MUNDUR JANGAN DEKET-DEKET PINTU DULU BIAR GUE DOBRAK." pintanya, Ryan menurut. Tunggu, suaranya kan seperti seorang gadis, mana bisa dia mendobrak pintu.

BRAK

Ryan menganga, pintunya telah terbuka. Dilihat dia berjalan mendekati Ryan dan histeris karena melihat tetesan darah yang semakin banyak. Pandangannya buram dan--lagi, semuanya gelap. Yang Ryan ingat terkahir kalinya adalah dia menjatuhkan tubuhnya tepat digadis yang pernah ia lihat waktu itu.

-°0°-

Maaf ya, part ini pendek hehe

Terus dukung cerita ini dengan cara vote dan komen ya, terimakasih.

dan

Krisannya jangan lupa kalau aku buat kesalahan dalam nulis cerita ini.

Sampai jumpa di part selanjutnya!

Salam istri sah satu-satunya Nanon, Ohm, Harit, Chimon, Marc, Tawan, New, Off, Gun, Krist, Singto, Aj, Jj, Fiat, Bright, Win, Frank, Drake, Pluem, Toptap, Patrick dan aktor GMM lainnya.




(Plis jngn dibully:v)




Tertanda diriku, Yunita

ARRAYAN (on going) Where stories live. Discover now