When We Meet after A Long Time

4 0 0
                                    


Sore ini adalah giliran kerja Jingga di minimarket tempatnya mencari penghasilan. Usai acara dengan ketiga temannya di kedai es krim langganannya tadi, tanpa solusi tentunya, Jingga bergegas menuju mini market ujung blok apartemennya untuk bekerja.

Ia sudah bekerja sekitar satu tahun, namun Ia masih terbilang karyawan baru di sana. Tentu karena karyawan lainnya sudah bekerja lebih lama, lebih memiliki kompetensi dan pengalaman kerja yang lebih baik daripada dirinya.

Saat ini Jingga sedang berdiri diantara rak-rak tempat beraga, jenis roti singgah, mengambil roti lain dari sebuah keranjang besar di sampingnya kemudian meletakkannya bersama roti-roti lain di rak yang sama. Ia cukup telaten (untuk ukuran lelaki), meletakkan makanan pengganti nasi itu sesuai bentuk, ukuran, jenis dan merek. 

Jingga baru menyelesaikan setengah dari roti yang ada di keranjangya ketika seseorang secara lembut mengejutkannya karena menabraknya dari belakang. Saat itu Jingga sedang membungkuk untuk mengambil roti dari keranjang rendah yang diletaakkan di sampingnya. Ia secara refleks menegakkan tubuhnya dan tanpa sengaja menjatuhkan roti di yang sudah ada di tangannya.

" Ah, maaf!" seru seseorang yang menabraknya tadi. Jingga terkesiap saat mendengar suara lembut yang menyapu gendang telinganya, suara seorang perempuan. Ia kembali menunduk, mengambil roti yang tadi dijatuhkannya ke lantai.

"Tidak apa-apa nona," balasnya sambil memutar tubuhnya menghadap seseorang di belakangnya.

Jingga kembali menjatuhkan roti yang ada di tangannya ke lantai, tubuhnya mendadak kaku setelah berbalik menghadap orang itu. Kedua matanya membulat kaget, mulutnya sedikit terbuka seakan rahangnya jatuh tanpa kira. Degup jantungnya tak berjalan seirama, pun dengan pembuluh darahnya yang terasa ingin pecah saat detak jantungnya tidak terkendali dengan baik. Desiran aneh di dalam tubuhnya juga tak membantunya tersadar dari tindakannya saat ini. Jingga melihatnya, gadis itu.

Gadis yang ada dalam bayang masa lalunya. Mengisi masa dimana Jingga masih lugu, menarik perhatiannya tanpa sengaja dengan keanggunan yang dimiliki gadis itu. Menjadi oang terdekatnya ketika ia masih menyandang status sebagai pelajar. Menghubungkannya dengan dimensi yang terasa berbeda dengan dimensinya. Sebagai seorang yang membagi kehangatan murni dan kenyamanan yang berarti. Gadis yang membuatnya menjadi girang dan payah pada saat yang sama. Gadis yang mencuri hatinya dan membawanya ke dimensi aneh, dunia cinta. Ia, gadis yang Jingga sukai sejak pertama kali mereka bertemu.

Jingga merasa hatinya mencelos begitu melihat gadis itu kembali, tanpa kesadaran penuh ia menyebut namanya dalam buaian kenangan yang kembali berputar.

"Touska..."

Tak berbeda jauh dengan Jingga, gadis itu juga mengalami hal yang sama. Hanya saja gadis itu masih menggenggam erat keranjang belanjanya. Gadis itu pun seakan tek percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Ia melihatnya, pemuda itu.

Pemuda yang dulu dekat dengannya di masa tingkat atas, duduk sebangku dengannya, mengantarkannya pulang setiap hari, orang yang selalu mengkhawatirkannya dan melindunginya. Orang yang selama ini dirindukannya dan ditunggunya selama bertahun-tahun. 

Tak jauh berbeda dengan JIngga, gadis itu juga mengalami hal yang sama. Hanya saja gadis itu masih menggenggam erat keranjang belanjaannya. Gadis itu pun seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. 

Ia melihatnya, pemuda itu.

Pemuda yang dulu dekat dengannya dimasa tingkat atas, duduk sebangku dengannya, mengantarkannya pulang setiap hari, orang yang selalu mengkhawatirkan dan melindunginya, orang yang selama ini dirindukkannya, dan ditunggunya selama bertahun-tahun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 05, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Jingga Untuk JinggaWhere stories live. Discover now