Ice Cream and Chocholate

4 1 0
                                    

Tempat itu begitu ramai di tengah hari yang terik seperti ini. Orang-orang yang mengunjungi kedai itu sekedar untuk membeli beberapa menu minuman dingin atau es krim yang disediakan oleh kedai sederhana itu, atau hanya untuk berkumpul bersama teman. Begitupun dengan Jingga yang sudah terlihat jengah memandang ke arah luar kedai yang dipadati penduduk dan kendaraan yang sibuk berlalu-lalang. Bibirnya sedikit mengerucut lucu, dengan jari tangannya memainkan sendok dari semangkuk kecil es krim berwarna oranye yang dipesannya beberapa puluh menit yang lalu.

Meskipun setelah jam kuliahnya selesai dan diajak salah satu temannya berkumpul bersama teman-temannya yang lain di sana, Jingga masih merasa jengkel. Alasannya sejak berpuluh menit yang lalu ketiga teman akrabnya itu membicarakan topik yang sama, yaitu pacar mereka. Pembicaraan yang selalu Jingga hindari.

Jingga itu single

Itu alasan mengapa Ia enggan bergabung dalam pembicaraan mereka kali ini, juga Jingga tidak suka pembicaraan seperti gadis-gadis centil yang sering ditemuinya di berbagai tempat, menjijikan menurutnya.

Jingga jomblo bukan karena tidak laku, tapi karena ia sendiri yang belum mau. Hei, meskipun dengan wajah yang tidak begitu tampan dan tubuh yang biasa saja Jingga sudah pernah didekati beberapa gadis cantik yang seumuran dengannya. Tapi Jingga selalu menolak ketika gadis-gadis itu memintanya menjadi pacarnya. Dan oh, Jingga selalu saja mengucapkan kalimat yang sama ketika menolak ajakan gadis-gadis itu. "Maaf, aku belum ingin memiliki pacar. Nanti jika aku membutuhkannya aku akan menghubungimu." Kalimat macam apa itu? Apa seperti itu kalimat yang baik saat menolak cinta? Dan apa pula hubungannya? Apa kau ingin merendahkan nilai seorang gadis, Tuan?.

Tapi sesungguhnya bukan begitu maksudnya, Jingga hanya belum bisa melupakan seseorang yang telah mengisi hatinya sejak awal sekolah menengah pertama. Belum bisa move on, heh? Mungkin saja.

"Hei, Tuan Jeruk! Apa kau akan terus melamun saja tanpa peduli pada es krimmu?" ujar seorang temannya yang turut membuyarkan lamunannya, dan membuatnya beralih memandang temannya yang juga menatapnya dengan tatapan mengejek. Akai, pemuda itu menyeringai kecil di balik kalimat ejekannya.

"Apa kau tidak kasihan dengan es krim yang mulai mencair itu? Jika kau tidak mau, aku bisa menghabiskannya untukmu." Kini temannya yang dominan warna biru itu menyambung ejekan dari teman merahnya. Blue memandang es krim jeruk milik Jingga dengan mata berbinar, berharap Jingga akan memberikanya.

Jingga menghela nafas kasar, kemudian menyendok sepucuk es krimnya yang masih tegak di dalam mangkuk.

"Kalaupun aku tidak memakannya, aku tidak akan meminta bantuanmu untuk menghabiskannya, Blue!" ujar Jingga kesal. Ia lelah meladeni temannya ini jika masalah makanan, dia terlalu agresif untuk membahas makanan. Padahal wajah dan tubuhnya tidak mencerminkan kalau lelaki itu suka sekali makan.

"Kau tidak memakan es krimmu karena sibuk memikirkan penggemar rahasiamu itu 'kan?." Tebak temannya yang lain sambil menyesap es krim vanila yang suda mencair dari cangkirnya. Kalau kedua temannya yang tadi dominan warna primer, kali ini sekunder. Pencampuran warna kertas dan tinta, Grey.

Jingga menggerutu pelan setelah mendengar satu kalimat pertanyaan atau lebih tepatnya pernyataan, dari pemuda tenang dan keren itu. Dan Ia juga semakin menggerutu tidak jelas saat teman hypoaktifnya itu kembali bersuara.

"Ah, atau mungkin saja kalau kau memikirkan gadis dari masa lalumu itu?." Kali ini bahan terkesan menggodanya.

Mungkin Jingga harus melihat wajahnya yang sudah merona merah di cermin sekarang. Ia tersipu malu.

Ugh, selamatkan juga dirinya dari tatapan penuh selidik dari teman-temannya.

Rahang Jingga terasa jatuh ketika disela gerutuannya justru terdengar kalimat yang menohoknya. Matanya juga merasakan hal yang sama, membulat pertanda bahwa ia terkejut. Andaikan sekarang bukan di tempat umum mungkin Jingga akan lebih lama tersadar dari keterkejutannya.

Jingga Untuk JinggaWhere stories live. Discover now