Arrayan Velintino.
Cowok Sma Nusantara yang terkenal di sekolahnya. Namun, dia bukan terkenal karena memiliki wajah tampan bak seperti cerita lainnya. Ryan terkenal dengan gaya culun nya, berkacamata, dan bullyan yang selalu dia dapat dari orang-or...
Ryan menunduk lemah, selalu saja seperti ini hidupnya. Ingin rasanya dia pindah sekolah, namun dia tidak bisa karena nanti Ibunya akan menanyakan alasan kenapa pindah sekolah dan Ryan tidak tau harus menjawab apa.
"Wah, lumayan juga lo kalo ngak pake kacamata ditambah rambut lo berantakan ya." ucap cowok berkalung rantai itu, Dareen. "Tapi sayang lo LEMAH." lanjut Dareen mendorong tubuh Ryan hingga dia jatuh tersungkur kebawah lantai.
"Ka–kalian ng–ngapain?"
Suara seseorang yang memasuki toilet membuat semuanya menoleh. Dika, dia adalah salah satu teman Ryan. Namun, sekarang Ryan dan Dika tidak lagi berteman karena geng iblis itu telah mengancam Dika untuk tidak berteman lagi dengan Ryan. Dan—beginilah Ryan tidak punya teman sama sekali.
Bams mengkode Ardi untuk mengatasi Dika. Ardi mengangguk, dia mendekati Dika lalu mengelus pipi Dika dengan kuku yang menancap di pipinya.
"Mending lo pergi sebelum nasib lo sama kayak dia." pinta Ardi menepuk pundak Dika lalu mendorong Dika dengan keras dan mengunci pintu utama toilet.
Kini Bams yang memulai sebagai aksinya. Cowok dengan tindik ditelinga kanannya itu tersenyum menyeringai dengan tubuh berjongkok menghadap Ryan yang tak berekspresi. Bams mengambil sabun yang ada digenggaman Ryan dengan kasar, beberapa kali Ryan menepisnya namun lagi, Ryan kalah kekuatan.
"Ke–kenapa kalian selalu kayak gini sama gu–gue sih?" Ryan bertanya dengan terbata-bata karena ada sedikit rasa ketakutan yang menjulur ditubuhnya.
Bams tersenyum 'iblis, tangannya bergerak mengkode Dareen supaya tidak merekam kejadian ini lagi. Cowok bertindik itu memegang lengan Ryan dengan sangat keras sehingga Ryan meringis kesakitan.
"Berani juga ya lo," Bams melepaskan tangan Ryan, dia membuang ludah kasar tepat disamping Ryan. Sedangkan Ryan semakin mengepalkan tangannya.
"Gu–gue salah apa?!"
Geng iblis itu menatap takjub atas keberanian Ryan, Bams yang mendengar bertepuk tangan dengan kedua temannya yang menusul. Bams berdiri, "Salah lo itu, karena lo lemah!" bentaknya menekan kata 'lemah'
Ryan bergeming tak bergerak.
Sekarang Bams mulai menendang berkali-kali tubuh Ryan dengan keras sehingga tubuh itu jatuh tersungkur lagi. Ryan meringis, dia memegang lengan yang terasa sangat sakit.
"Cabut." Perintah sang ketua, mereka bertiga pergi dengan tawaan yang puas seperti 'iblis. Ardi yang paling terkahir pergi, dia menggebrak pintu toilet itu dengan keras.
Ryan bernafas dengan lega ketika melihat punggung ketiga cowok itu semakin menjauh. Ditutup lagi pintu berwarna cokelat itu, lalu Ryan duduk kembali dengan nafas yang memburu.
Ryan ingin melawan, Ryan ingin melaporkan mereka dan Ryan ingin membalas dendam atas perlakuan yang mereka lakukan kepadanya. Namun, itu hanyalah sebuah keinginan saja karena sekuat apapun Ryan melawan, membalas ataupun melaporkan tidak ada gunanya.
Karena, seorang ketua geng 'iblis itu adalah anak dari kepala sekolah dan ponakan dari pihak kepolisian.
-°0°-
Bau menyengat tercium dikelas 11 IPS 4. Guru yang sedang menjelaskan materi berhenti ketika melihat seorang murid cowok basah kuyup dan bau yang sangat menyengat. Seluruh penghuni kelas menutup hidung dengan tangannya masing-masing, tak lupa dengan bisikan-bisikan serta senyuman menyeringai dari geng iblis.
Ya, hidup Ryan memang selalu menderita karena ditambah ketiga orang yang sikapnya seperti iblis itu dimasukkan kelas yang sama dengan Ryan.
Guru yang mengerti akan situasi pun mendekati Ryan, "kamu langsung duduk aja ya." perintah Bu Gita dengan diberinya anggukan kecil dari Ryan.
Percayalah, semua guru di Sma Nusantara sangat amat merasa kasihan kepada Ryan. Para guru sudah sangat sering melihat Ryan dibully habis-habisan oleh geng iblis. Namun kembali lagi, mereka hanya bisa diam seperti para murid karena mereka tidak ingin dipecat menjadi guru.
Ryan mulai melangkahkan kakinya dengan kepala menunduk. Sudah pasti penghuni kelas yang sudah Ryan anggap neraka ini tengah menatap Ryan dengan jijik.
Cowok bermata empat itu mulai duduk dikursinya paling pojok, belakang dan sendiri. Dia mengeluarkan buku matematika dari kolong meja lalu di bukanya buku itu dan betapa terkejutnya dia ketika melihat isi buku matematikanya itu telah dicoret-coret dengan kata-kata yang menohok.
Hidup lo cuma nyusahin orang!
Sampah!
Lemah!
Mati aja lo anjing!
Sebelum lo mati, gue akan terus kasih lo penderitaan!
Mata Ryan tertuju pada kursi sebelah kanan itu, mereka bertiga juga tengah menatap Ryan dengan senyum iblisnya.
Mereka benar, sebaiknya Ryan mati saja jika hidupnya akan terus menderita seperti ini.
Hmm, sepertinya pulang sekolah adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri semua ini.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.