Lampu Senter

1 0 0
                                    

Day 3

11.11

Dret drett.. Drett drett

Suara ponselku berbunyi dan membangunkan tidurku. Seseorang ada yang meneleponku. Aku mengangkat teleponnya dan dia berkata "Yaaa! Kau dimana?". Seketika aku langsung menjauhkan ponselku dari telingaku karena suara teriakan tersebut.

"Aishh.. Ada apa? masih pagi sudah teriak-teriak" ucapku dengan nada seorang yang baru bangun tidur.

"Masih pagi? Kau bilang masih pagi? Lihat jam berapa sekarang?!" masih dengan teriakannya.

"Mmm.. Ada apa?"

"Kau dimana? Aku datang ke kantormu dan orang kantor bilang kamu mengambil cuti selama 1 bulan. Aku datang ke apartemenmu dan kamu tidak ada. Sebenarnya kamu ini dimana? Kenapa bisa menghilang seperti ini?" ucapnya terdengar kesal.

"Bukan apa-apa. Aku hanya ingin menjernihkan pikiranku. Aku sekarang berada di desa tempat tinggalku dulu. Jangan khawatir. Aku baik-baik saja. Oh iyah eonni, jangan bilang kepada siapapun kalau aku ada disini. Aku benar-benar ingin sendiri saat ini. Eonni sampai ketemu bulan depan" akupun langsung menutup teleponnya. Ah, jiyeon eonni maafkan aku.

Hari ini aku berniat mengembalikan buku sewaanku ke toko buku milik taeyeong tersebut. Tapi sebelumnya, seperti biasa. Aku harus merapihkan rumahku dan membersihkan tubuhku terlebih dahulu.


Tak terasa hari semakin sore, keadaan langitpun cukup gelap karena musim dingin. Aku memutuskan ke toko buku itu sekarang, dengan berjalan kaki. Ku gunakan mantel tebalku, dan berjalan diatas aspal yang sedikit licin karena salju yang membeku. Setelah berjalan sekitar 5 menit, akhirnya sampai. Akupun masuk kedalam toko buku tersebut. Ku langsung melihat dia sedang serius mengerjakan sesuatu dengan laptopnya. Tentu saja, dia langsung menyambutku. Lagi-lagi dengan ekspresi yang sangat kaget. "Oh.. Jieun~a" ucapnya.

"Aku ingin mengembalikan buku yang aku sewa kemaren"

"Kamu sudah selesai membacanya?"

"Emm" sambil tersenyum.

"Waww.. Hebat. Hanya dengan sehari kamu bisa membaca isi seluruh buku ini" ucapnya dengan kagum. Yahh, akupun cukup kagum dengan hal itu.

Aku membalas pujiannya hanya dengan tertawa kecil dan tersenyum.

"Kamu ingin kopi?" tanyanya.

"Boleh" ucapku. Diapun membuatkan ku kopi hangat dengan menggunakan alat pembuat kopi miliknya.

Kami berdua duduk dimeja yang teletak didapur sambil menikmati kopi hangat. Kulihat kearah jendela dan berkata "Salju turun lagi". Diapun langsung melihat kearah jendela. "Indah" ucapnya.

"Jieun~a. Bagaimana kehidupan dikota?"

"Sangat melelahkan"

"Karena itulah kamu kesini?"

"Emm.. Aku ingin menenangkan pikiranku dan mengistirahatkan tubuhku sampai satu bulan kedepan"

"Apa pekerjaanmu dikota?"

"Menjadi seorang translator bahasa inggris. Menerjemahkan buku dan film, terkadang akupun menjadi tour guide. Sebagai penghasilan tambahan aku juga bisa menjadi guru les private"

"Wah pekerjaanmu sangat banyak" dengan kagum.

"Karenanya aku juga menjadi stres seperti ini. Banyak sekali masalah yang aku hadapi. Seperti dimarahi atasan karena tidak bekerja dengan cepat, mengendalikan orang asing yang sulit mengatur waktu, dimarahi orang tua murid karena anaknya tidak bisa-bisa. Haih, aku sudah mengerjakan pekerjaanku secepat mungkin namun masih saja dibilang kurang cepat. Atasanku adalah orang yang sangat perfeksionis dan sangat memperhitungkan waktu, oleh karena itu aku selalu dicepat-cepat olehnya. Masalah orang tua murid yang marah kepadaku, bukan salahku anaknya tidak bisa-bisa berbahasa inggirs, itu salah anaknya karena belajar malas-malasan, tetapi orang tua hanya akan menyalahi gurunya karena alasan aku tidak mengajar dengan benar. Aku benar-benar muak akan semua itu" ucapku. Entah mengapa aku menceritakan kepadanya beban pekerjaan yang membuatku stres hingga datang ke desa ini.

"Bukankah lebih baik jika kamu mengambil satu pekerjaan dan satu sampingan yang mudah saja agar tidak begitu berat untuk menjalankan hidup. Kamu mendapatkan banyak uang akan pekerjaan yang kamu kerjakan sekarang. Tapi buruknya, sekarang km merasakan stress dan kehilangan kebahagiaan atas pekerjaan yang sudah kamu perjuangkan sedari dulu" ucapnya seraya memberikan nasehat.

"Kamu benar" ucapku sambil tersenyum.

Kamipun mengobrol-ngobrol tentang kehidupan kota yang begitu menyesakkan. Dan tak terasa hari sudah malam. Akupun memutuskan untuk pulang.

"Taeyeong~a.. Makasih telah mendengarkan keluh kesahku selama aku tinggal dikota. Makasih juga kopinya. Aku pulang"

"Emm" dan tersenyum.

Akupun keluar dari toko buku itu dan berjalan kearah rumahku. Baru sekitar 10 langkah ku berjalan. Tiba-tiba ada seseorang yang berlari sambil menyenteri kakiku. Aku menongok ke belakang, orang itu adalah Taeyeong.

"Akan ku antarkan pulang, jalanan cukup gelap dimalam hari" ucapnya.


Jieun Part End.

12 Days Winter TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang