Part 3

184 17 0
                                    

Hidup itu bukan perjuangan tapi perjalanan. melangkahlah kemanapun kau mau tapi ingat cepat atau lambat kita semua akan bertemu ditempat yang sama.

.
.
.
.

Bicara soal tempat, kini mereka telah sampau di sebuah mall yang terletak tak jauh dari tempat Devano bekerja. 1 jam lebih mereka menghabiskan waktunya untuk membeli peralatan camping.

"Lama amat sih lu ra" Kesal Arga, karena hanya dia yang belum selesai belanja padahal belanjaan dia sudah terbilang banyak.

"Sabar bro, ini juga tinggal bayar doang" Jawab Ara. Setelah menunggu selama 15 menit, mereka keluar dari mall dengan menenteng tas belanjaan masing-masing.

"Eh, kita mampir ke restoran dulu yak, gw dah laper banget nih" Ajak Ara

"Makan mulu hiduplu ra" Ucap Arga dingin

"Kalau gak makan ntar gw bisa mati, trs kalau gw mati ntar lu kangen gw gimana?" Jawab Ara diiringi tawa Devano.

"Betul tuh si Ara" Jawab Devano sambil menunjukkan ibu jarinya ke Ara

"Bacot.." Kesal Arga

"Bhaks, dia marah ra" Ejek Devano

"Diem!!" Ucap Arga dingin

Saat tiba di restoran, mereka memilih tempat duduk diujung yang bersebelahan dengan jalan yang hanya dibatasi oleh kaca, lalu mereka memesan makanan dan minuman.

"Btw kita camping berapa hari, soalnya gw lupa" Tanya Devano untuk memecah keheningan sejak pesanan mereka datang.

"Dua hari bro" Jawab Arga

Sekita 25 menit mereka berada di restoran tersebut, dan ini waktunya mereka pulang karena ini sudah terbilang cukup malam.

"Skuy pulang, udah gw bayar tuh" Ucap Arga

"Makasih ya bang Arga yang gantengnya sedunia" Jawab Ara sambil menahan tawanya.

"Bacot lu" Sahut Arga dingin

"Thanks ya bro, btw bisa gak lu antar gw ke restoran bang Kelvin, sepeda gw kan masih disana" Ucap Devano

"Jelas bisa, eh knp lu gak langsung gw antar ke rumah aja?" Tanya Arga

"Terus besok gw ke sekolah naik apaan" Jawab Devano

"Eh iyha ya" Sahut Arga sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal

Devano kini telah berada di depan restoran bang Kelvin tak lupa ia ucapkan terimakasih ke Arga. Setelah itu ia ambil sepedanya dan menjalankannya dengan sekuat tenaga karena jalanan yang sudah sepi dan tentu saja ia juga takut diberi hadiah oleh ayahnya, walaupun itu hal yang sudah biasa yang sering ia terima selama ini.

*******

Tepat pukul 21.00 Devano sampai dirumahnya, sayup-sayup ia mendengar suara tawa bahagia keluarganya yang berada diruang keluarga. Tanpa memperdulikan itu, Devano langsung menaiki tangga namun saat di pijakan tangga kedua ia terpaksa berhenti ketika ucapan kakaknya menyapa indra pendengarannya.

"Dasar anak gak tahu diri, jam segini baru pulang mau jadi anak berandalan, Hah!?" Ucap Alvaro membuat Devano memejamkan matanya guna meredakan rasa sakit hatinya.

"Paling tuh anak habis keluyuran gak jelas bareng temennya" Sahut Bastian sinis

"Dari mana aja kamu?" Tanya Dava dingin

"Aku baru.." Belum selesai ia menjawab, sebuah tangan ayahnya terlebih dulu menarik tangannya.

"Ikut saya" Ucap Dava dingin lalu langsung menarik tangan Devano, membuat Devano kesulitan untuk menyesuaikan langkah besar ayahnya.

"Yah" Panggil Devano sambil menggelengkan kepala saat Dava membawanya ke gudang. Dava mendorong tubuh Devano hingga tubuh itu mengenai sebuah meja yang terletak di ujung gudang.

Bughh..
Brakk..

Satu pukulan dan tendangan keras mengenaj perut Devano membuat ia tersungkur dan ia mencengkeram perutnya yang sangat sakit.

"Kali ini kamu lolos anak sial" ucap Dava yang menekankan kalimat anak sial. Setelah mengatakan kalimat tersebut, Dava langsung pergi meninggalkan Devano dengan rasa tak bersalahnya. Devano mencoba berdiri dengan bantuan meja di belakanganya, setelah berhasil ia langkahkan kakinya menuju tempat ternyamannya yaitu kamar yang terletak tak jauh dari gudang ini.

Devano merebahkan tubuh kurusnya di kasur sesekali meringis kala sakit diperutnya menyerangnya.

"Kenapa dunia ini begitu kejam bagiku. Kenapa aku harus terlahir jika aku hanya diperlakukan seperti ini oleh keluargaku sendiri" Lirih Devano sambil meneteskan air matanya, ntah berapa kali Devano menangis karena keluarganya sendiri. Devano itu kuat tapi ia juga mempunyai sisi lemah, sisi lemahnya yaitu jika diperlakukan seperti ini oleh keluarganya. Mata indah itupun tertutup secara perlahan untuk menyelami dunia yang menurutnya indah.



TO BE CONTIUNE
.
.
.
.
.
.
.

Makasih yang udah mau membaca cerita ini dan makasih juga buat yang udah vote cerita ini.
Jangan lupa ninggalin jejak coment ya:)
Eh, jangan lupa juga ditambahkan ke daftar baca biar kalau update langsung baca:)

Nih dapat salam dari Devano, gilaa senyumannya manis kek gula:)

My story [HIATUS]Where stories live. Discover now