•| Prolog |•

364 180 16
                                        


Meletakan pensil ke atas meja. Seorang gadis kecil berusia 10 tahun yang saat ini duduk di kelas 4 SD tampak merenggangkan otot-otot pada tubuhnya setelah empat jam lamanya berkutat pada soal-soal dan materi yang akan diujikan besok.

Kemudian, dia mulai merapikan meja belajarnya dari buku-buku dan alat tulis yang berantakan. Tubuhnya mulai lelah, matanya terasa sangat berat dan berulang kali mulutnya terbuka mengeluarkan uap kantuk. Dirinya sudah sangat ingin merebahkan tubuhnya ke atas ranjang empuk miliknya. Saat menoleh ke arah jam dinding, ternyata waktu sudah menunjukan pukul 11 malam.

Gadis kecil itu beranjak berdiri, berjalan menuju nakas putih yang terletak tepat di samping ranjang. Mengambil gelas yang sudah kosong.

Menghela napasnya kesal, dia menyesal sebelum belajar tadi tidak mengambil air putih terlebih dahulu. Dia takut keluar dari kamar karena semua lampu di rumahnya sudah mati. Iya, dia takut gelap.

Namun, jika tidak dipaksakan untuk mengambil minum sekarang. Dia tidak akan bisa tidur karena kerongkongannya sudah sangat membutuhkan cairan.

Jika, bukan karena kedua kakaknya yang iseng setiap weekend memaksanya nonton film horor bersama saat malam hari, mungkin dia tidak akan takut gelap.

Setelah memantapkan hatinya jika tidak akan terjadi sesuatu yang mengerikan di luar kamar, kakinya mulai melangkah menuju pintu, membukanya perlahan lalu berjalan keluar dari kamar dengan jantung berdebar kencang.

Helaan napas lega terdengar kala melihat sebuah pintu yang terbuka sedikit dan lampu di ruangan tersebut tampak masih menyala. Dia akan memaksa kakaknya menemani mengambil minum di dapur.

"Kak Alice—AAAA!!!"

Prang!

Gelas dalam genggamannya terjatuh. Jantungnya berpacu dengan sangat cepat, napasnya tercekat, wajahnya pucat pasi. Gadis kecil itu tidak mampu menggerakan tubuhnya yang tiba-tiba terasa kaku.

Selama beberapa menit lamanya berada dalam posisi tersebut, akhirnya tubuh gadis itu terjatuh ke lantai dan berteriak sangat kencang.

"MAMA! PAPA!"

Tubuhnya bergerak mundur masih dengan posisi duduk sampai membentur dinding dengan perasaan takut yang luar biasa.

Apa yang terjadi?

Kenapa dirinya harus melihat kejadian seperti ini?

Apa yang dilihatnya saat ini membuatnya semakin takut berada di dalam kegelapan. Kejadian seperti ini tidak pernah ada dalam bayangannya. Kakak perempuannya tergantung di dalam kamar. Wajahnya tampak sangat menyeramkan. Matanya melotot dan lidahnya menjulur, kulitnya putih pucat seakan sudah tidak ada lagi aliran darah di dalam tubuhnya.

Suara orang berlari mulai terdengar, membuatnya bisa mengeluarkan air mata dan menangis sesenggukan.

"Ana? Kenapa?" Papa yang lebih dulu sampai. Bersimpuh di depan Ana yang menangis sesenggukan dengan pandangan ke arah depan, tepatnya ke dalam kamar kakaknya.

"Kakak ...," kata gadis itu sambil terisak. Perlahan mengangkat jari telunjuknya, menunjuk ke arah kamar kakaknya.

Dengan bingung, Papa mengikuti arah yang ditunjuk putri bungsunya. Melihat apa yang terjadi di dalam kamar putri keduanya, Papa segera berlari masuk memanggil nama putrinya dengan histeris.

"ALICE!"

Mama yang baru sampai memandang putrinya yang menangis dengan pandangan bingung dan khawatir. Mengikuti arah pandangnya, jantungnya tiba-tiba merasa lemas. Mama terdiam sebentar sebelum akhirnya berlari masuk ke dalam memanggil nama putrinya.

Why Me?Where stories live. Discover now