"Untuk semua pengurus OSIP santri putri, diharap segera berkumpul di Masjid Al-Hasan!"

"El ini gimana?" Izza mulai panik sendiri. "Coba cek semua kolong meja, kamu yang disana!" Izza dan Elsa mulai mengecek seluruh kolong meja di kelas sebelas C.

Lima menit kemudian hasilnya masih sama, sertifikatnya masih tidak ditemukan.

"Kok nggak ada sih!" Elsa juga mulai panik. "Lo tadi liat kan, Gue naruhnya dikolong meja." Elsa mengangguk mengiyakan. Izza berpikir, mencari cara lain. Sebuah ide melintas dipikirannya.

"El! Kita ke ruang OSIP lagi, File nya masih ada kita cetak lagi." Mereka berduapun bergegas menuju ruang OSIP. Setelah sampai kesialan masih menghinggapi Izza. MATI LISTRIK!

"Bangsat!! Kenapa mati segala sih!" Frustasi Izza.

"Untuk saudari Elsa dan Izza di harapkan segera menuju Masjid Al-Hasan! Sekarang!"

"Mampuss" Batin Izza.

"Kita kesana aja, jelasin apa adanya." Kini Izza mulai bisa mengontrol dirinya.

"Kamu kayak nggak tahu Kak Ilham aja, dia terlalu disiplin. Bulan lalu aja ada yang kena semprot!" Izza tetap Izza yang tidak takut dengan apapun, ia hanya sempat panik tadi.

"Udahlah nggak papa." Izza mengangguk yakin, lantas berderap bersama Elsa menuju Masjid Al-Hasan.

"Assalamu'alaikum," ujar keduanya ketika sampai di pintu masuk masjid Al-Hasan. Hawa mencekam mulai terasa saat Ilham hanya menatap datar mereka berdua.

Elsa segera duduk di bangku sebelah Dila, diikuti Izza disampingnya.

"Assalamu'alaikum," kini semua perhatian teralihkan kepada seseorang yang baru datang. Gus Faqih juga Gus Adnan.

"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh," jawab semuanya. Kecuali satu orang, kalian pasti tahu siapa itu.

Gus Faqih mengambil duduk di samping Ilham.

"Bisa kita mulai sekarang?" Tanya Ilham menatap semua orang yang ada didalam masjid Al-Hasan. Yang dibalas anggukan semua orang.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh," salam Ilham kepada semua anggota rapat.

"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh."

"Perlu saya beritahukan sebelumnya bahwasanya Kyai Rahman sedang tidak ada di pesantren, untuk itu semua Kegiatan hari Santri akan dipegang Gus Faqih yang sekarang juga menjadi Pembina OSIP Santri putra," ujar Ilham.

"Jadi, saya harap kalian semua bisa melaksanakan tugas kalian dengan sebaik mungkin," sambung Gus Faqih.

Semua anggota mengangguk patuh kecuali Izza yang berusaha memutar otak untuk menyelesaikan masalahnya. Bola matanya tak sengaja bertemu tatap dengan seseorang yang tepat duduk diseberangnya. Gus Adnan.

Beberapa detik berikutnya keduanya masih saling mengunci tatapan. Baru setelah suara bariton Ilham terdengar. Izza dan Gus Adnan memutus kontak mata itu. Izza berusaha acuh, namun ada yang aneh.

"Peringatan hari Santri kali ini, semua kegiatannya akan dijadikan satu antara santri putra juga putri di masjid Al-Hasan." Semua nampak sedikit terkejut, namun tersenyum dalam hati. Bagi santri putra inilah kesempatan emas melihat mbak-mbak santri yang uwaww Sebaliknya juga santri putri.

Ilham menatap salah satu santri putra yang berada didekatnya lantas bertanya. "Fariz, datanya sudah selesai kan?"

Fariz Santri putra yang menjabat sebagai ketua panitia mengangguk mantap. "Sudah Kak, semuanya lengkap." Data yang dimaksud adalah data semua santri yang akan berpartisipasi dalam kegiatan peringatan hari santri.

"Tapi masih ada beberapa yang belum mengumpulkan persyaratan," sahut Santri putra bernama Adib, wakil Fariz.

Ilham mengangguk, berganti menatap santri putri. "Siapa ketuanya?" Elsa mendongak lalu menjawab.

"Saya Kak." Ilham mengangguk.

"Bagaimana sudah selesai datanya?" Elsa mengangguk, "sudah Kak."

"Sama seperti Santri putra, masih ada beberapa santri putri yang belum mengumpulkan persyaratan juga Kak," sambung Vina.

Kembali lagi ke santri putra. "Bendahara, Fahmi. Dananya sudah clear?" Fahmi mengangguk. "Alhamdulillah sudah."

"Santri putri?" Tanya Ilham.

"Sama, Santri putri juga sudah Kak," jawab Lutfi.

"Sekarang sertifikatnya, Said?" Santri yang dipanggil Said itu mengangguk lantas berdiri menyerahkan beberapa lembar sertifikat kepada Ilham.

Ilham menelitinya sebentar lalu diberikan kepada Gus Faqih untuk ditandatangani. Gus Faqih menerimanya dan segera menandatangani.

Selesai.

"Santri putri? Bagaimana sertifikatnya?" Suasana mendadak hening tidak ada yang menjawab.

"Sertifikatnya hilang!"

"Sertifikatnya hilang!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Itu buat yang bingung posisi rapatnya 😂

Gabut sii aku😂
Tau lah


___________________________

Udah lebih sebulan ya nggak update. Susah banget buat konsisten. Tau lah😂

Fii ingetin jangan lupa tinggalkan jejak. Yang Ikhlas tapi 😂

See you next part
Entah kapan itu😂

Rian_Fi
Kediri, 1 September 2020

Gue Santri [END]Where stories live. Discover now