6. Ponsel Baru

261 23 8
                                    

Setelah menerima beberapa bungkusan dari Fauzan. Nara langsung memberikannya pada pria itu. Pertama yang ia berikan adalah bungkusan baju. Nara sangat menginginkan pria itu untuk segera mengganti bajunya, karena baju yang sekarang dikenakan pria itu adalah milik Nara dan sering dipakai untuk tidur karena bahannya yang sangat nyaman dan terbuat dari 100 persen katun. Kebetulan membelinya di Singapura.

"Ini, ganti baju sana!" perintah Nara sambil memberikan bungkusan baju.

Tanpa aba-aba pria itu bergegas membuka bajunya di depan Nara dan Yona.

"Hei, kau jangan memamerkan dada bidangmu di sini! Sana kamu ke kamar mandi!" pekik Nara.

Pria itu seperti mengerti perintah Nara dan ia kembali lagi setelah 3 menit mengganti baju di kamar mandi. Nara dan Yona langsung dibuat melongo oleh pria itu. Pria itu terlihat sangat tampan sekali. Perawakannya tinggi dan senyum yang khas sukses membuat Nara menjadi grogi. Pipi Nara memerah seketika melihat pria itu telah berganti baju dengan baju yang dibeli Fauzan tadi.

Pria itu memilih kaos oblong putih dan celana cargo selutut. Benar-benar penampilan yang teramat sempurna. Benarkan setampan ini tenaga kerja asing? Benarkan orang setampan ini buronan Korea Utara yang kabur? Tidak, sepertinya tidak dua-duanya. Pria itu justru lebih mirip seorang superstar.

Nara menggelengkan kepalanya, lantas ia memberi kode utuk meminta pria muda itu duduk di sebelahnya dengan menepuk sofa yang ia duduki. Ini sebuah kesempatan emas bisa duduk bersebelahan dengan pria super ganteng seperti dia. Kalau bisa Nara juga ingin menyandarkan kepalanya pada bahunya. Ohhh so sweet! Nara berhayal sendiri.

Pria itu mengikuti perintah Nara dan duduk di sebelah Nara. Ia menatap Nara dengan suka cita dan tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih dan rapi. Pria itu sepertinya sangat bahagia karena Nara telah memberinya baju. Dari sikap yang diperlihatkan, nampaknya ia merasa nyaman dengan baju yang ia kenakan itu.

"Kau jangan tersenyum seperti itu! kau membuatku grogi," kata Nara sebal.

Membaca ekspresi wajah sebal Nara, pria itu akhirnya menutup mulutnya rapat-rapat. Sepertinya ia sadar telah membuat Nara sebal.

"Ini ponsel, ayo kita bercakap-cakap dengan ponsel ini!" kata Nara sembari memberikan ponsel baru itu.

Pria itu mengambil ponsel itu dan mengotak-atiknya. Sepertinya ia tak tahu apa guna ponsel itu. Ia masih membolak-balik ponselnya dan sesekali menggaruk kepalanya. Gelagat seperti ini menunjukkan kalau pria ini tidak tahu apa gunanya ponsel.

"Kau berasal dari mana sih? Kalau dari hutan rasanya tak mungkin, sebab pakaianmu basahmu pakaian mahal," protes Nara.

Lagi-lagi pria itu tersenyum, kali ini ia menggeleng dan mengembalikan ponsel itu pada Nara.

"Ya ampun, kamu sukses membuatku gila. Hari gini kamu enggak tahu gunanya ponsel? Kembali ke laut saja," protes Nara.

"Kak, jangan terlalu keras kasihan," Yona mulai angkat suara.

"Jadi bagaimana ini, pakai ponsel saja tidak tahu," geram Nara.

"Mungkin sebaiknya, Kakak saja yang mengajarinya," Yona memberi saran.

Kini perhatian Nara berbalik pada Pria itu. Nara memegang tangan pria itu, dan meminta pria itu untuk memperhatikan apa yang dilakukan Nara. Setelah pria itu mengangguk, Nara mencoba membuka aplikasi penerjemah bahasa. Nara menyeting terjemahan Korea ke Indonesia pada ponsel baru yang ia berikan pada pria itu. Selanjutnya Nara menyeting terjemahan Indonesia ke Korea pada ponselnya. Ia berharap komunikasi seperti ini akan berhasil dan bisa bercakap-cakap dengan pria ini.

Nara mengajari cara penggunaan 'alat' ini. Untuk sementara pria aneh ini hanya tahu ponsel ini gunanya adalah alat penerjemah bahasa. Padahal kalau dia tahu guna ponsel ini sangatlah banyak, apalagi ponsel ini dibuat dan dirancang di negaranya sendiri. Masa dia tidak tahu!

"Tahan tombol ini, lalu masukkan suara mu. Lalu lepaskan! Seperti ini! selamat datang!" Nara mengajari dan lalu mencobanya.

Ting...
"Annyeong!" Ponsel itu berbunyi dan mengeluarkan suara wanita yang sepertinya suara robot penerjemah.

"Ahhh," pria itu senang dan bertepuk tangan.

"Sekarang giliranmu!" perintah Nara.

Pria itu mencobanya seperti yang diajarkan Nara. Ia memasukkan suara baritonnya dan seraya melepas tombolnya.

Ting...

"Terima kasih," jawabnya.

Ting...

"Sama-sama," jawab Nara dari alat itu.

"Kau cantik!" kata pria itu tiba-tiba.

"Berhenti bermain-main dengan alat itu!" jawab Nara.

"Aku suka alat ini, dan aku juga menyukaimu!" jawab pria itu.

"Jangan macam-macam, aku bisa mengusirmu! Ini rumah ku!" kata Nara tajam.

Melihat tingkah laku kakaknya dan pria asing itu Yona hanya bisa tertawa. Mereka berdua bercakap-cakap dan saling mencerca dengan bantuan alat itu. Karena terlalu seringnya menyalahgunakan alat itu akhirnya Nara lupa menanyakan Nama pria itu dan asalnya? Mengapa bisa terdampar Di Indonesia? Mereka berdua masih sibuk saling mencerca dengan alat itu.

"Kak, buruan tanya namanya? Asalnya?" Yona mengingatkan Nara.

"Astaga aku lupa!" jawab Nara.

"Hei kamu, siapa namamu!" tanya Nara.

"Aku tidak punya nama!" jawab pria ganteng itu.

"Hey, tampan! Aneh-aneh saja kau! Setiap orang punya nama. Masa kau tidak punya nama!" serang Nara.

"Aku tak tahu apa-apa!" jawab pria itu.

Nara dan Yona saling berpandangan. Bagai mana ini? bukankah ini namanya gawat? Sudahlah masuk ke rumah tanpa permisi ia juga tak tahu siapa dirinya? Ini sangat mirip dengan cerita film action atau drama amnesia? Kalau sudah begini bagaimana mau mengembalikan dia ke negara asalnya? Sementara KTP dan kartu identitas lainya, paspor dan lainya tidak ada pada dirinya. Sungguh memusingkan.

 Jodohku Oppa Korea (Sudah terbit)Where stories live. Discover now