5. Orang Korea

282 24 11
                                    

Menjelang Fauzan datang, Nara mencoba mengetes pria ini. Sebab dari perawakan dan wajahnya belum pasti dia berasal dari Tiongkok. Wajah oriental dengan kulit putih seperti dirinya menunjukkan kalau dia berasal dari Asia timur, bisa saja dia berasal dari Jepang, Korea, Mongolia atau orang Thailand yang juga memiliki wajah oriental walau Thailand adalah Asia Tenggara.

"Sepertinya dia orang Asia Kak!" kata Yona tiba-tiba.

"Tentu saja, siapa bilang dia orang Eropa, ada-ada saja kamu ini," protes Nara dengan mengibaskan tangannya.

"Kak, coba Kakak pancing dia dengan bahasa Mandarin," Yona memberikan Ide.

"Maksutmu apa? Aku mana bisa berbahasa Mandarin," protes Nara.

"Ya kita pancing dengan bahasa yang kita biasa tahu Kak, misalnya aku cinta kamu. Kakak pasti tahu kan, aku cinta kamu dalam bahasa mandarin!" kata Yona dengan raut bersemangat.

"Jadi kali ini aku harus menyatakan cinta padanya?" Nara terbelalak.

"Hanya mengetes saja Kak, tidak lebih!" tambah Yona. "Ayo!" Yona mendorong bahu Kakaknya untuk mendekat pada pria itu.

Nara pun duduk di samping pria itu. lagi-lagi ia menelan salivanya, ia merasa tak kuat jika beradu pandang dengan pria itu, sangat rupawan.

"Ehem," Nara membuka pembicaraan dengan sedikit mendehem dan berhasil mengalihkan perhatian pria itu hingga pria itu menoleh.

Nara menelan salivanya, lantas ia berkata. "Wo ai ni!"

"Hah!" jawab pria itu dengan wajah tak mengerti.

"Oke, dia bukan orang China," kata Nara pada Yona.

"Mungkin dia orang Jepang," Yona berpendapat.

Nara kembali menoleh pada pria itu dan kembali berkata aku cinta padamu dalam bahasa Jepang, "Aishiteru!"

Pria itu justru mengerutkan keningnya pertanda tak mengerti.

"Bukan orang Jepang," Kata Nara sambil menggelengkan kepalanya.

"Oke, coba dengan bahasa Korea, siapa tahu dia orang Korea!" Yona memberikan saran.

"Kalau bukan juga bagaimana?" protes Nara.

"Kalau dia bukan orang Korea, Jepang atau Cina. Kita bawa saja dia ke panti jompo!" cerca Yona.

"Kurasa tak ada panti jompo yang akan menerimanya, sebab dia masih muda." cerca Nara.

Nara kembali menatap pria itu lekat-lekat. Ia berharap semoga tebakannya kali ini tidak salah supaya pria itu bisa menceritakan asal-usulnya dan bisa dipulangkan ke negara asalnya. Tapi bicara negara asalnya mengapa Nara merasa pria ini sebaiknya di sini dulu? Apakah cinta itu tak memandang apapun? Dan siapapun? Apakah ini cinta pada pandangan pertama? Nara menepisnya walau sejujurnya pria ini teramat sangat menarik.

 Tapi bicara negara asalnya mengapa Nara merasa pria ini sebaiknya di sini dulu? Apakah cinta itu tak memandang apapun? Dan siapapun? Apakah ini cinta pada pandangan pertama? Nara menepisnya walau sejujurnya pria ini teramat sangat menarik

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.


"Saranghae!" tiba-tiba Nara menarik perhatiannya dengan mengatakan aku mencintaimu dalam bahasa Korea.

"Hmm, ha ha ha," pria itu terkekeh menampilkan deretan giginya dan mata sipitnya seolah terpejam ketika tertawa.

"Korea?" Nara mencoba meyakinkan.

"Hm," pria itu mengangguk.

"Syukurlah, seharusnya kau katakan sejak tadi kalau kau itu orang Korea!" dengus Nara.

"Apa kau dari Korea Utara?" tanya Nara kembali.

Lalu pria itu menjawab dengan bahasa yang sama sekali tak mereka mengerti. Dia bercerita dengan wajah sedih dan kepala menggeleng-geleng seolah tak mengerti apa-apa.

"Percuma saja Kak, kita tak tahu dia bicara apa," kata Yona masih memandangi pria itu seperti memandangi alien yang baru turun dari luar Angkasa.

"Melihat keadaannya yang memprihatinkan seperti ini, jangan-jangan dia berasal dari Korea Utara?" Nara memandangi heran pria yang kini tengah duduk di sampingnya dengan raut wajah takut-takut.

"Belum tentu Kak, setidaknya kita harus tahu dulu dia bercerita tentang apa," jawab Yona.

"Aku sudah membeli ponsel baru, tadi aku meminta Fauzan membelinya," kata Nara.

"Ponsel? untuk apa Kak?" tanya Yona tak mengerti.

"Untuk menerjemahkan bahasanya dengan bantuan aplikasi penerjemah," kata Nara.

"Oh iya ya, mengapa aku tak berpikiran ke sana?" tukas yona.

Pria itu masih menatap televisi dengan tatapan kosong. Sepertinya ia merasa percuma bercerita dengan dua gadis-gadis ini. Gadis-gadis ini tak mengerti apa yang ia sampaikan. Parahnya mereka tak menjawab omongannya bahkan mereka cenderung menatapnya heran seperti melihat alien dari planet lain. Entah bagaimana nasibnya? Bagaimana jika semua orang tak mempercayainya? Sedangkan nasibnya sekarang saja terasa beruntung karena gadis-gadis ini tak mengusirnya.

Pria itu menggigit jarinya, ia memikirkan nasibnya kelak jika mereka tak mempercayainya? Sementara ia tak ingat siapa dirinya, siapa dia? Rumahnya juga ia tak ingat bahkan semua nama orang terdekatnya ia pun tak kenal. Sungguh menyedihkan, semoga mereka berbaik hati membantunya hingga ingatannya kembali.
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh ketukan pintu, sepertinya Fauzan. Nara pun berjalan bergegas menuju pintu depan dan menemui Fauzan.

Wajah Nara seketika menjadi sumringah karena Fauzan membelikan apa yang ia inginkan seperti satu unit smartphone dan beberapa pakaian laki-laki yang berukuran XL karena pria asing itu sangat tinggi dan badannya tidak bisa dikatakan kurus.

"Ini," Fauzan menyerahkan beberapa bungkusan.

"Thanks Fauzan," jawab Nara mengambil beberapa bungkusan itu yang lainnya ponsel baru dan baju pria.

"Ada siapa di rumahmu!" tanya Fauzan ingin tahu, Fauzan merasa jika Nara jarang sekali berurusan dengan pria.

Pria yang berprofesi sebagai sekuriti bank itu sedikit menaruh curiga karena Nara memintanya membeli sejumlah baju pria. Sementara Nara jarang sekali berurusan dengan pria kecuali teman kerjanya dan itu hanya urusan kantor saja.

"Oh kebetulan sepupuku datang dari Jakarta. Sepertinya ia tak membawa banyak baju makanya aku berinisiatif membelikannya baju," jawab Nara.

"Oh iya, kalau begitu aku pamit dulu," tukasnya.

"Oke hati-hati, sekali lagi terima kasih ya Fauzan, aku akan mentransfer uang mu segera," jawab Nara lega.

"Oke," jawab Fauzan.

Nara pun menutup pintu dan bergegas menemui Yona dan pria itu, ia sangat berharap mengetahui lebih dalam siapa pria itu sebenarnya. Apa benar dia berasal dari Korea Utara? Apa betul dia kabur dari negaranya?

 Jodohku Oppa Korea (Sudah terbit)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz