27 - our first date

2.1K 305 17
                                        

Kami resmi berpacaran.

Tapi kali ini kami kencan tidak seperti kebanyakan pasangan lain, mungkin pasangan lain akan pergi ke tempat yang menyenangkan yang bisa membuat pasangan tersebut bahagia. Tapi tidak dengan kami.

Tapi aku senang pergi kesini, tidak ramai dan sesak. Juga, Jaehyun suka kesini.

Tempat ini sunyi, jarang ada orang, hanya ada petugas yang sering berkeliling, semua yang disini sudah tidur dengan tenang. Pergi meninggalkan orang tersayang, dan juga kejamnya dunia. Kita semua juga pada akhirnya akan tidur disini, rumah abadi.

Jaehyun mengajakku ke makam ibunya.

Sudah beberapa bulan semenjak kepergian ibunya, Jaehyun sangat tegar dan kuat. Dia tidak pernah menangis lagi, atau bahkan membahas tentang ibunya didepanku. Jaehyun bilang, itu hanya akan mengungkit masa lalu. Biarkan ibunya tidur tenang disana.

Tak lupa sebelum ke pemakaman, kami mampir ke toko bunga langganan Jaehyun. Dia membeli bunga Paperwhite, ibunya menyukai ini. Dulu, ia membeli nya setiap minggu untuk diletakkan di kamar ibunya. Walau bunga ini sulit hidup diluar, ia tetap membeli nya.

Jaehyun berjongkok, dan mengelus batu nisan didepannya. Mencabuti rumput-rumput yang hidup di makam itu.

"Hai, ma." sapanya lalu tersenyum.

Aku mengeluarkan bunga Paperwhite itu, juga gelas kacanya. Aku isi gelas kaca tersebut dengan air, Paperwhite akan lebih indah jika hidup di dalam air.

Senang sekali mendapat pacar yang sangat sayang dengan ibunya. Bagiku, ibu adalah nomor satu. Aku tidak keberatan jika harus seperti ini, jika ini membuat rindu nya hilang dengan sosok kehadiran seorang ibu. Aku siap menemani nya.

"Jaehyun bawa pacar nih," ujarnya lalu menoleh padaku.

Aku tersenyum. "Hai, tante." aku juga mengelus makam ibunya.

Ibunya beruntung, mendapat anak sebakti Jaehyun.

"Andai ada satu cara bisa kasih tau mama, kalo aku sekarang bahagia." kata Jaehyun.

"Dia tau, Jaehyun." jawabku.

Aku menghela nafas kasar. "Seorang ibu punya kontak batin yang kuat sama anaknya, dia tau kamu bahagia." kataku.

Jaehyun tersenyum. "Kok kamu tau,"

"Aku perempuan, nantinya juga bakal jadi seorang ibu." jawabku.

"Oh iya, bunga mawar dirumah kamu masih ada?" tanyaku.

Jaehyun menggeleng. "Mati, tepat sehari setelah mama pergi. Bunga nya mati semua,"

"Bunga nya sedih," kataku dengan nada sedih juga.

"Iya, pemiliknya pergi. Dia ikutan pergi juga, padahal cantik." ujar Jaehyun lalu terkekeh.

"Kamu jangan pergi juga," sambung Jaehyun.

Aku memukulnya. "Kamu sumpahin aku mati?!" tanyaku dengan nada marah.

"Nggak, pergi dari hati maksudnya."

a story by icegrassjelly

"Cie, udah baikan. Langsung jadian," goda Lisa saat mereka bertemu ber-empat di kantin.

"Emang selama ini kita berantem?" tanya Jaehyun.

"Iyalah, apalagi." sahut Eunwoo.

"Gak lagi deh Jaehyun digodain kating, udah ada pawangnya." sambung Eunwoo. Sehabis itu ia dipukul oleh Jaehyun.

"Aduh! Selow dong," desisnya.

[✔] unpredictable ; jaeroséМесто, где живут истории. Откройте их для себя