2

8 3 7
                                    

Kabar hilangnya Sang Putri telah menyebar di penjuru Kerajaan Amalanka. Semua penduduk kerajaan membicarakan hal itu. Selebaran-selebaran telah di sebar di seluruh desa di Kerajaan Amalanka bahkan gambar lukisan Sang Putri pun telah ditempel di rumah-rumah rakyat, berharap ada yang melihat Sang Putri. Bahkan, Sang Raja akan memberikan hadiah apabila bisa menemukan Putri mereka.

Mendengar akan ada hadiah, apabila bisa menemukan Sang Putri banyak rakyat bahkan bangsawan serta kesatria kerajaan mencari Sang Putri. Tetapi, sudah beberapa hari tidak ada satupun dari mereka yang dapat menemukan Sang Putri. Bahkan, sudah beberapa hari Ratu Amina, Ibunda dari Sang Putri menangis tiada henti memikirkan anaknya. Raja yang tidak tega segera memeluk Sang Ratu, berusaha menenangkan Sang Ratu.

Sambil mengusap kepala Sang Ratu, Raja pun berkata," Sudahlah istriku, jangan menangis lagi. Kita akan segera menemukan Putri kita. Jadi, berhentilah menangis." Ratu mendongak menatap sang suami, "Bagaimana aku tidak sedih, sudah berapa hari Putri kita hilang, bahkan tidak ada satupun yang bisa menemukan dia," lirih Sang Ratu. Raja yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas, memang benar sudah seminggu putri mereka hilang dan tidak ada satupun jejak yang bisa ditemukan. Seakan-akan putri mereka hilang ditelan bumi.

"Istriku ..., Aku sedang berusaha mencari Putri kita dan mengutus kesatria berpengalaman untuk melacaknya," ucap Sang Raja. Ratu pun hanya diam, tak menanggapi sang suami. Dia hanya menangis dalam diam.

***

Sedangkan di tempat lain tepatnya di Istana Bumi Rafflesia, Sang Putri baru terbangun dari tidurnya.

"Hoam," Sang Putri pun bangun dari tidurnya sambil melihat ke arah sekitar, tampak sinar matahari menembus celah-celah jendela kamar ini, pertanda hari sudah siang. Sang Putri pun bangkit dari tempat tidur, tetapi sebelum itu pintu pun diketuk dari luar.

Sang Putri yang mendengar itu, langsung berkata," Siapa di luar?" tanyanya segera menuju pintu tersebut.

"Saya Mirna tuan Putri dayang istana," ucapnya. Aku pun segera membuka pintu tersebut, tampaklah dayang tersebut membawa sarapan pagi untuk Sang Putri. Sang Putri pun menyilahkan datang tersebut untuk masuk.

"Mirna, letakkan saja sarapannya, di meja itu ya. Saya ingin mandi dulu. Dan kalau boleh saya tanya kamar mandinya dimana ya?" ucapnya, sambil tersenyum malu.

Mirna, dayang tersebut tersenyum dan menunjukkan kamar mandi yang ada di kamar itu.

"Sebelah sini tuan Putri," sahutnya sambil menunjuk ke arah pintu berwarna kecoklatan.

"Oh, di situ ya, terima kasih Mirna. Kamu boleh  keluar," ucapnya. Setelah itu, Mirna pun keluar dan Sang Putri pun segera memasuki kamar mandi tersebut.

***

Setelah selesai mandi, Sang Putri pun lalu duduk di kursi yang ada di ruangan tersebut dan langsung memakan sarapan yang diberikan oleh Mirna tadi. Baru beberapa suap dia makan, pintu pun diketuk lagi, kali ini Sang Pangeran yang masuk. Sang Putri menatap ke arah pintu, sejenak tatapan mereka bertemu. Tetapi, seolah sadar Sang Putri pun langsung memutus tatapan itu. Karena tidak tahan ditatap seintens itu. Sang Pangeran pun masuk dan berjalan ke arah Sang Putri. Lalu berkata," Setelah selesai sarapan, temui aku di taman istana, ada yang aku bicarakan padamu," ucapnya lalu berdiri dan meninggalkan Sang Putri tanpa memberi kesempatan untuknya berbicara.

"Apa-apaan Pangeran itu, seenak dirinya saja memerintahku," omel Sang Putri. Setelah itu, Sang Putri pun menghabiskan sarapannya dan langsung berpakaian, dan turun menemui Sang Pangeran. Saat di jalan dia disapa oleh datang-datang di sana, entah itu hanya formalitas saja atau apalah , Sang Putri tak peduli. Sang Putri hanya tersenyum membalas sapaan mereka. Lelah ia berjalan, tetapi tak bisa dia temukan taman yang dimaksud oleh Pangeran itu," Aduh, aku kan gak tau dimana tamannya. Dan juga kenapa aku tidak bertanya tadi?" gumamnya. Ia pun melihat ke sekeliling nya , siapa tahu ada para pekerja di istana ini tempat dia bertanya. Dan kebetulan, tak jauh dari Sang Putri tampak tukang kebun istana sedang memotong tanaman. Sang Putri pun perlahan mendekat ke arah tukang kebun.

"Permisi," ucapnya.

Mendengar ada yang menegurnya, tukang kebun itu pun mendongak dan melihat ada seorang perempuan di depannya. Dari pakaian nya tukang kebun itu berfikir, pasti perempuan di depannya ini adalah bangsawan.

"Iya nona, ada apa?" tanya tukang kebun itu, setelah berhenti memotong tanaman.

"Hmm, saya ingin bertanya, taman istana ini dimana ya?" ucapnya.

Mendengar itu, tukang kebun mengernyitkan keningnya, seolah bingung dengan putri tersebut. 'Berarti dia bukan orang kerajaan ini' pikirnya.

"Oohh, di sebelah sana nona," sahut tukang kebun itu menunjuk ke arah barat istana ini. Setelah itu, Sang Putri pun berjalan ke arah yang ditunjuk oleh tukang kebun itu. Tak lupa mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Terima kasih ya pak," ucapnya. Tukang kebun Tiu hanya mengangguk, dan Sang Putri segera beranjak dari sana dan pergi ke arah taman tersebut.

***

Masih semangat nungguin?
Harus dong😅
Vote & Comment ya😍😘
@Light_pen

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Putri Kecil dan Bumi RafflesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang