chapter 5 - kebenaran

Comenzar desde el principio
                                    

Aku kembali mengambil handphoneku dan menyentuh touchpad nya untuk mengetik beberapa kata, ditunggu pulang sekolah dibelakang kantin. Sendiri aja.

          ***

*KRINGGG!!* Bel pulang sekolah berbunyi.

“Clar, sempet nongkrong di cafe seberang dulu ga, sambil kerjain PR matematika bareng-bareng? Soalnya Griselle sama Camila katanya ada kerja kelompok nih, jadi kalo bisa kita bertiga doank sama Janice.” Carla menjelaskan.

“Duh sorry Car, bukannya gw ga mau tapi keknya mau langsung pulang deh soalnya agak gaenak badan.” Kataku berbohong.

“Oh.. gitu ya. Kalo gitu cepet sembuh, ya. Cuma ga enak badan kan, bukan patah hati karena kejadian istirahat tadi, ehh,” Ledek Carla yang dilanjutkan dengan tawa kita berdua.

Memang Carla selalu berhasil membuat mood ku meningkat.

Carla langsung berpamitan dan pergi dari kelas. Beberapa saat kemudian, aku mengambil tasku dan langsung menuju belakang kantin, menunggu Alex. Tiba-tiba..

“Lu udah sebar hoax nya kan kalau Claren pake guna-guna biar cowo-cowo pada suka sama dia?”  kata seseorang.

Sontak, aku berhenti melanjutkan langkahku dan bersembunyi dibalik tembok. Aku langsung merogoh sakuku untuk mengeluarkan handphoneku dan merekam pembicaraan mereka.

Aku mengintip sedikit dari balik tembok untuk melihat siapa yang sedang berbicara. Aku tertegun saat aku melihat bahwa ternyata itu adalah Griselle dan Camila yang berbicara.

“Oh ya bonusnya, sebenernya kalo gw boleh jujur akhir-akhir ini gw agak ngelebihin cerita tentang Alex sama Riska, sih. Alex emang kegoda tapi ga sampe gitu banget. Ohya, lu tau si Diego kan, cowo paling keren dikelas gw. Kemungkinan besar dia suka gw deh. Dia sering chat gw terus kalo gw liat dia dikelas suka curi-curi pandang gitu,” jelas Camila dengan nada yang bisa dibilang membanggakan.

“Eitss.. bukan lu doang yang ada fans, gw juga kali. Lu tau Michael kan, anak yang segeng juga sama Diego. Dia juga sering ngeliatin gw donk kalo dikelas. Gile, gile. Hahaha” balas Griselle seperti tidak mau kalah.

Tiba-tiba...
“Claren!” terdengar suara dari belakang yang memanggilku.

Alex! Dengan cepat, aku menoleh kebelakang dan lari sambil menarik lengan Alex. Camila dan Griselle pun ikut lari ingin menyusulku dan Alex karena mereka pasti tahu aku sudah menguping pembicaraan mereka. Aku mengajak Alex turun bersembunyi dibelakang tangga untuk menghindar dari kejaran mereka.

“Ada apasih, Clar?” tanya Alex terlihat sedikit panik.

“Shhh!” aku balas dia menandakan dia harus diam.

Setelah beberapa menit, tidak jauh disekitarku dan Alex terdengar suara mereka berdua berbicara, “Mereka kemana nih, Cam? Sial, kita ketahuan. Gw jamin seratus persen pasti Claren rekam suara kita. Dia kan licik kayak setan.” Kata Griselle dengan kesal.

“Udah yuk, Shelle, kita langsung pulang aja daripada ada yang curiga sama kita.” Balas Camila.

Mereka langsung berjalan menuju lobi sekolah. Aku menghela napas dan berusaha mengendalikan napasku yang masih tersengal setelah tadi lari.

“Ada apa sih, Clar?” Tanya Alex yang masih penasaran disebelahku. Aku menjelaskan apa yang terjadi termasuk apa yang aku rekam.
Seselesainya aku menjelaskan, Alex mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

“Clar, sorry ya, aku sebenernya gatau apa-apa tentang yang dikantin tadi. Aku disuruh temuin Nico, sepupunya Riska dikantin. Eh taunya aku tiba-tiba didorong kearah Riska.” Begitulah penjelasan Alex.

“Yaudah gapapa kok, Lex. Lain kali lebih hati-hati ya. Riska pasti bakal nyoba segala cara buat pisahin kita.” Kataku.

Alex pun mengangguk. “Mau pulang bareng, ga? Aku anterin.” Tanya Alex

“Oh.. gausalah, Lex. Aku bentar lagi dijemput Papa soalnya mau langsung kerumah saudara.” Balasku.

“Ok, perlu aku tunggu kamu dijemput ga?” tanya Alex lagi.

“Umm.. gausah Lex kamu pulang duluan aja gapapa.”

Alex berpamitan denganku dan langsung berjalan kearah parkiran motor dan langsung keluar komplex sekolah. Aku berjalan hendak menuju ke lobi sekolah menunggu dijemput Papaku. Saat aku sedang jalan, tiba-tiba.. “dukk,” ada yang tidak sengaja aku tersenggol kakiku. Yaampun, handphone Alex ternyata. Pasti terjatuh saat aku dan dia lari tadi.

*bip bip*
Ada notifikasi yang masuk. Aku membuka handphone nya dan ternyata... itu dari Riska.

Lebih kaget lagi saat aku melihat bahwa history chat mereka sudah sangat panjang yang artinya mereka sudah chatting lama. Aku mulai membaca chat tersebut dan betapa terkejutnya aku saatku menyadari Alex ternyata sudah lama ini berhubungan dengan Riska. Jadi.. apa yang dikatakan Camila bagaimanapun ada benarnya, namun hanya dilebih-lebihkan saja. Mataku membeku melihat satu bagian dimana tertulis namaku.

Riska : Claren gapapa Lex kita chatting?

Alex : gapapa lah, dia gatau. Lagian, aku udah ga sayang lagi kok sama dia. Aku cuma manfaatin dia buat pansos aja Ris.

Aku screenshot chat tersebut dan mengirimkannya ke kontakku. Hingga akhirnya terdengar suara langkah kaki dari arah lobi. Siapa yang kesekolah sore-sore begini? Pikirku.

“Claren?” Suara Alex. Aku menghampirinya dan mengembalikan handphonenya dengan kasar, lalu balik badan dan melangkah menjauh darinya.

“Clar, kamu kenapa? Kok marah lagi? Apa aku ada salah lagi?” tanya Alex bingung, atau pura-pura bingung.

Aku segera membalikkan badanku dengan kasar. “GAUSAH PURA-PURA GATAU DEH! DASAR LU COWO BUSUK, GA KURANG PECUNDANG TUH DARI CAMILA SAMA GRISELLE! KITA PUTUS! SANA LU KEJAR RISKA! BIAR PUAS LU SAMA DIA SANA! GW KAN CUMA ALAT PANSOS LU!” Aku reflek melabrak Alex.

Semua kata-kata itu seperti keluar begitu saja, tanpa kusaring terlebih dahulu. Alex sangat terkejut sejenak, namun kemudian ia membalasku, “Bagus deh kalo lu sadar. Harusnya lu tuh mikir napa gw bisa selingkuh, ya pasti karena lu ga sebaik yang gw harapin lah.”

Mendengar kata-kata Alex, Aku langsung mengambil tasku dan keluar dari lobi sekolah. Jujur saja, sejauh ini entah kenapa aku tidak sedih, tapi aku merasa marah dikhianati oleh tiga orang yang kupercayai sekaligus.

Aku menunggu dipinggir jalan untuk memesan kendaraan online. Namun sebelum jariku sempat menekan aplikasi tersebut, handphone ku bergetar dan layarnya memunculkan nomor orang yang tidak kukenal, menunjukkan ada seseorang yang meneleponku.

Tanpa berpikir dua kali, aku langsung menekan tombol merah untuk menghentikan panggilan tersebut, dan langsung menekan aplikasi kendaraan online untuk pulang.

Tiba-tiba, muncul pesan notifikasi di handphoneku dari nomor tersebut. Orang tersebut mengirimkan gambar diriku yang lagi berdiri dipinggir jalan, masih mengenakan seragam sekolah persis seperti saat ini. dibawahnya, terdapat pesan : Papa tau kamu lagi berdiri sendiri disana, kalau kamu gamau kasih uang jajan dan kartu debit kamu sekarang juga, papa bakal nyulik kamu untuk minta tebusan sama Mama kamu. Itu adalah Daniel!
Aku segera melihat kesegala arah untuk mengetahui dimana dia berada, namun aku tidak menemukan siapapun. Apa yang harus kuperbuat? Aku tidak bisa berdiam diri disini sementara Daniel mengancam ingin menculikku.
Aku melihat kendaraan online yang aku pesan. Sial! Supirnya masih jauh sekali untuk sampai kedepan sekolah.

God Sees My StrengthDonde viven las historias. Descúbrelo ahora