0.8 What do you think?

857 123 72
                                    

Mengayuh sepeda kelewat tidak santai guna menyingkat waktu agar pesanan segera sampai ke tangan pelanggan. Agaknya ia telah menghabiskan waktu 45 menit untuk menemukan alamat yang tertera.

Seokjin memutar leher, lalu sebelah tangannya mengusap bulu tegak yang menempel di tengkuknya. Suatu atmosfer yang membuatnya merinding di sore hari, dan tepat, ia sedang memijak tanah yang diselimuti udara tak sedap yang membuatnya merinding.

"Permisi, pesananmu sampai, tuan!"

Ada banyak sekali kotak makanan di tangannya. Ini berat, jadi tolong segera buka pintu dan beri uang lalu Seokjin bisa melesat dari tempat tak menyenangkan ini. 

"Huh?" Seokjin disambut oleh seorang pria yang tangan kirinya menggenggam sebuah botol berisi minuman alkohol yang hampir habis isinya. Menatap Seokjin linglung bersamaan dengan cegukannya yang membuat Seokjin semakin ingin kabur dari sini.

"Kau memesan makanan pada kami," Seokjin menunjukkan identitas tempatnya bekerja sekaligus bukti pemesanannya beberapa waktu yang lalu. "Dan ini pesananmu sampai, tuan."

"Oh, ok!" Im Yunsoo menarik tangan Seokjin untuk memasuki perkarangan miliknya. Membuat Seokjin kikuk setengah mati yang kini sedang terduduk gugup bersama kukunya yang dijepit oleh gigi.

"Hei, makanannya sampai. Ayo makan, berhenti menyuntik tanganmu!"

Seokjin mengusap tengkuk, bersusah payah menelan ludah dan sebentar-sebentar berkeringat. Ia gugup, sama sekali tidak nyaman.

"Maaf, aku harus segera pergi." Tetapi dirinya malah diberikan tatapan bingung yang membuatnya harus merutuk di dalam hati.

"Duduk saja dulu, kau mau minum? Aku ingin mengajakmu berbincang." Im Yunsoo menyodorkan botol kaca berwarna hijau kepada Seokjin.

"Aku belum legal—"

"Berapa umurmu?"

Suatu pertanyaan yang membuatnya bingung untuk menjawab. Seokjin tidak nyaman karena beberapa alasan.

"Tu-tujuh belas tahun."

Beberapa orang disini terkekeh remeh. Adrenalin Seokjin semakin dipacu lebih keras sampai matanya memanas. "Berikan uangmu, aku harus mengerjakan pekerjaanku yang lain!"

"Wow, pekerja keras sekali!"

Seokjin mendengus kemudian memandang geram para pria yang sedang menyantap makanannya tanpa memperdulikan Seokjin yang berdiri menahan amarah di depan mereka.

"Tenang saja, duduk saja dulu. Aku hanya ingin berbincang."

Seokjin patuh, dia duduk bersama tangannya yang bergerak tak tenang. Ia cemas, semua yang ada di dalam rumah ini menyeramkan, ada banyak sekali benda terlarang disini. Takut-takut jikalau dirinya akan dicekok paksa oleh apa yang mereka jadikan pelampiasan hari-hari.

"Omong-omong soal umurmu, kenapa bekerja? Seharusnya hari ini kau bermain ponsel di atas ranjang."

"Tidak ada, hanya ingin."

Yunsoo mendengus kemudian lanjut melahap makanannya dan mengabaikan Seokjin yang membeku diserang gelisah. Setelah memasukkan segelas air, Yunsoo kembali membuka suara, "Kau punya masalah, bukan? Bicara saja, barangkali aku bisa membantu."

Kalimat yang keluar dari mulut Yunsoo itulah yang membuat Seokjin semakin keras menggigit bibirnya, wajahnya semakin kalut sedang Yunsoo semakin menekan Seokjin untuk bisa bercerita.

"Ah, apapun masalahku, itu bukan urusanmu, tuan."

Ya, begitu saja lebih baik. Mereka semua yang ada di depan mata Seokjin adalah orang asing, keluarga sendiri saja masih ragu untuk ia beri tahu apalagi para pria urakan di depannya ini.

CalamityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang