"Lo mau minum nggak? Gue yang bayar deh..". Ucap Brandon santai.

Mendengar perkataan dari sang adik yang terdengar sangat lancang tersebut spontan membuat Brian mengerutkan dahinya terkejut sekaligus merasa emosi karena merasa tidak dihargai oleh adiknya sendiri. Lalu entah setan mana yang merasuki Brian, pria itupun dengan cepat maju selangkah untuk menarik kerah baju Brandon. "Maksud lo apaan ngomong gitu?"

"Bang Brian, santai bang.. jangan emosi..". Ucap Wirya yang langsung mencoba menarik Brian dari Brandon agar keduanya tidak berkelahi. Begitupun dengan Denis yang langsung keluar dari tempatnya untuk menarik Brandon menjauh dari jangkauan Brian.

"Siapa yang ngajarin lo jadi kurang ajar sama kakak lo kayak gini?". Todong Brian tajam sementara Brandon hanya bisa mengacak-acak rambutnya frustasi pada situasi mereka justru yang semakin kacau.

"Duduk dulu bang.. biar enak ngobrolnya..". Kata Denis mencoba menengahi kedua kakak beradik itu agar situasi tidak semakin memanas.

Brian menghela nafasnya kasar. Pria itu mencoba meredam emosi yang sempat menyelimuti dirinya. Brian mencoba menjernihkan kepalanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan antara ia dan sang adik. 

Pria itupun menyapukan rambutnya kebelakang sebelum mengajak Brandon untuk duduk dan mengajak bocah itu bicara 4 mata terkait apa yang perlu mereka bicarakan saat ini. 

"Ikut gue, gue mau ngomong sama lo". Perintahnya dingin lalu berjalan mendahului Brandon menuju salah satu meja yang berada agak jauh dari meja barista.

Kini mereka berdua telah duduk berhadapan pada salah satu meja dengan tatapan mata tajam seolah lewat tatapan tersebut, keduanya sedang mencoba saling melukai satu sama lain.

"Lo kabur ya? Kenapa?". Buka Brian karena adiknya itu belum mau buka suara.

Brandon mengusap dahinya sekilas. Bocah itu merasa takut dan kesal pada waktu yang bersamaan. Kesal karena tiba-tiba kakaknya datang lalu membuat keributan dan membuatnya malu dihadapan Denis. Namun ia juga merasa takut karena bagaimanapun, Brian adalah kakaknya yang sangat ia segani.

"Kenapa diem?". Tanya sang kakak sebab adiknya tersebut hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

Brandon lantas menghela nafas kecil untuk memberikan kekuatan pada dirinya sendiri barangkali setelah ini ia dan Brian akan kembali terlibat dalam perseteruan.

"Males..". Jawabnya tak acuh.

"Kenapa males?"

Brandon melirik kearah Brian sekilas sebelum menjawab. "Papa nggak mau beliin gue mobil.."

Tepat setelah Brandon menjawab pertanyaan Brian, Denis datang ke meja mereka dengan membawa dua gelas minuman. Satu berisi vodka untuk Brian dan satu lagi berisi cola untuk Brandon.

"Minum dulu bro..". Ucap Denis sambil menyodorkan gelas vodka kehadapan Brian.

"Makasih.."

Kemudian Denis kembali ke barnya dan meninggalkan dua saudara itu untuk menyelesaikan masalah mereka.

Setelah kepergian Denis, Brian hanya bisa menatap ke arah adiknya dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana bisa Brandon kabur hanya karena tidak dibelikan mobil? Padahal dirumah mereka ada mobil keluarga yang bisa bocah itu pakai jika mau. Memikirkan hal tersebut membuat Brian spontan pusing sendiri oleh kelakukan Brandon yang sangatlah kekanakan dan menyebalkan untuknya. Sebab, karena bocah itu ia jadi harus kena marah oleh sang ayah dan tidak boleh pulang ke rumah sampai adiknya tersebut berhasil ditemukan. Well, sebenarnya tidak masalah juga bagi Brian seandainya ia tidak dibolehkan pulang kerumah. Toh, ia punya apartemen sendiri. Tetapi walaupun begitu, Brian tetaplah seorang kakak yang selalu menghawatirkan keadaan adiknya.

The ConcertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang