47

37 4 1
                                    

Brian tampak terdiam setelah mendengar kalimat yang keluar dari mulut Sasa tersebut. Pria itu kemudian memandang ke arah wanita itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Memang benar perkataan Sasa. Ia tidak punya wewenang secara pribadi untuk bisa tidur berdua bersama sang koordinator logistik. Tentu saja wanita itu berhak marah dan Brian sebagai pria yang tidak bisa menjaga dirinya untuk tidak bertindak lebih ini, juga patut untuk disalahkan.

"Maafin gue.. ". Ucapnya menyesal lalu beranjak dari tempat tidur untuk berjalan keluar menuju ruang tamu.

Pria itu kemudian memilih untuk merebahkan dirinya pada sofa sambil memijit kepalanya pelan. Pusing oleh pesona wanita yang kini masih berada di dalam kamar. Kenapa juga Brian bisa lepas kendali seperti semalam, tapi pesona Sasa memang diluar dugaan Brian. Cara wanita itu memahami setiap ceritanya dan memahami emosinya membuat sang bassist enam hari itu hanyut dalam perasaan nyaman dan hangat. Pria itu terus memikirkan hal tersebut hingga tidak sadar ia kembali lelap dalam tidurnya.

"Brian ga mau dibangunin aja?". Sayup-sayup bassit enam hari itu mendengar namanya disebut oleh seseorang wanita yang sudah ia hafal suaranya yaitu Sasa. Suara tersebut menggema samar melalui indera pendengaran Brian karena posisinya yang masih setengah sadar.

"Biarin aja, ngapain juga dia nginep mulu di apart lu sih?". Balas seorang pria dengan nada sinis.

Brian sedikit tersentak dan spontan mengerutkan dahinya ketika mendengar suara lain dari ruangan tersebut. Apalagi suaranya adalah suara pria.

Pria itu lantas membuka matanya secara perlahan karena sedikit silau oleh cahaya matahari yang mulai menyingsing. Kini suara dentingan sendok dan piring dari arah meja makan serta suara percakapan kecil antara seorang pria dan wanita semakin jelas terdengar.

"Sa?". Panggil Brian lirih untuk mencoba memastikan pendengarannya. Ia sendiri pun bingung kenapa nama itu yang pertama kali ia sebut setelah ia bangun dari tidurnya. Apa karena Brian sadar bahwa ia masih berada di apartemen Sasa atau apa, entahlah.

"Udah bangun bang?". Balas seorang pria dengan nada sinis yang langsung membuat Brian mendudukkan tubuhnya untuk mencari sumber suara.

Dilihatnya Septian dan Sasa tengah duduk berhadapan sambil menyantap makanan dari piring mereka masing-masing. Sasa tampak menatap Brian dengan pandangan ragu karena wanita itu beberapa kali melihat ke arah Brian dan Septian secara bergantian. Sementara Septian tampak tidak ingin repot-repot melihat sosok Brian dan memilih untuk fokus pada makanannya.

Brian semakin mengerutkan dahinya, namun kali ini karena sebal. Sejak terakhir kali ia bertemu dengan pria tinggi tersebut di depan pintu apartemen Sasa lusa lalu, sang bassist enam hari itu mulai menganggap Septian sebagai saingannya. Tunggu dulu.. saingan?

"Lo ngapain disini sep?"

"Lo yang ngapain tidur di apartemen cewek gue?". Tembak pria berkaos abu-abu itu dengan tajam.

Spontan Sasa menaikkan alisnya terkejut. Sejak kapan ia dan Septian berpacaran sehingga statement tersebut dapat keluar dari mulut sang koordinator bidang acara.

Perhatian Septian kini turun ke arah badan atletis Brian yang tidak tertutup kain. "Lo ngga mau pake baju? Sopan lu begitu di apartemen cewek gue?"

Damn! Perkataan Septian tersebut sangat menusuk Brian. Tapi Brian tidak mau terbawa emosi walaupun suasana diantara mereka nampaknya mulai memanas.

Bassist enam hari itu kemudian ikut melihat kearah tubuhnya sendiri dengan santai. "Oh, kenapa? Masalah buat lo?"

Mendengar hal tersebut membuat Septian seketika berdiri dari duduknya untuk menuju ke arah Brian yang tentu saja langsung ditahan oleh Sasa.

The ConcertWhere stories live. Discover now